Ya’juj dan Ma’juj adalah keturunan anak-anak Adam dari keturunan nabi Nuh yang muncul di zaman nabi Isa setelah diturunkan di atas muka bumi. Ya’juj dan Ma’juj sudah ada sejak zaman Zulkarnain yang telah disebutkan di dalam surat Al-Kahfi, dimana dia membuat bendungan dari besi yang bercampur tembaga untuk menghalangi mereka.
Suatu ketika Zulkarnain bertemu dengan suatu kaum yang terletak di antara dua gunung yang sangat tinggi, mereka hampir-hampir tak mampu memahami apa yang dibicarakan oleh Zulkarnain,
حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْمًا لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا (93) قَالُوا يَاذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا (94)
“Hingga ketika dia sampai di antara dua gunung, didapatinya di belakang (kedua gunung itu) suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan. Mereka berkata, “Wahai Zulkarnain! Sungguh, Ya’juj dan Ma’juj itu (makhluk yang) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?” (QS. Al-Kahfi: 93-94)
Kaum tersebut mengeluhkan kepada Zulkarnain tentang Ya’juj dan Ma’juj yang melakukan kerusakan di atas muka bumi. Mereka meminta agar Zulkarnain menolong dan membangunkan bendungan atau dinding yang menjadi penghalang antara mereka dengan Ya’juj dan Ma’juj dengan sebuah imbalan. Akan tetapi, Zulkarnain menolak imbalan tersebut,
قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا (95) آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا (96) فَمَا اسْطَاعُوا أَنْ يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا (97)
Dia (Zulkarnain) berkata, “Apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan, agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka. Berilah aku potongan-potongan besi!” Hingga ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia (Zulkarnain) berkata, “Tiuplah (api itu)!” Ketika (besi) itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu). Maka mereka (Ya’juj dan Ma’juj) tidak dapat mendakinya dan tidak dapat (pula) melubanginya.” (QS. Al-Kahfi: 95-97)
Dia menolak pemberian mereka, akan tetapi dia hendak memberikan kerjasama dengan saling tolong menolong antara dia dan kaum tersebut. Hal itu dilakukan agar mereka saling merasakan adanya kegiatan dan manfaat dari perbuatan tersebut. Akhirnya, Zulkarnain menjelaskan kepada mereka untuk membuat benteng yang terletak di antara dua gunung yang saling berhadap-hadapan.
Kemudian Zulkarnain memerintahkan untuk meletakkan potongan-potongan besi untuk disusun di antara dua gunung tersebut. Potongan besi-besi tersebut ditumpuk hingga sejajar dengan kedua puncak gunung yang tinggi tersebut dan menutupinya.
Setelah itu, dia memerintahkan untuk menyalakan api dan membakar potongan-potongan besi tersebut dengan api yang sangat membara,
قَالَ انْفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا
“Dia (Zulkarnain) berkata, “Tiuplah (api itu)!” Ketika (besi) itu sudah menjadi (merah seperti) api.” (QS. Al-Kahfi: 96)
Saking panasnya api tersebut membuat besi-besi tersebut ikut menyala, lalu Zulkarnain berkata,
قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا
“Dia (Zulkarnain) pun berkata, “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu).” (QS. Al-Kahfi: 96)
Perhatikan! setelah besi-besi tersebut terkumpul, Zulkarnain memerintahkan untuk membakarnya hingga besi-besi tersebut menyala sampai derajat panas tertinggi dan meleleh. Ketika besi-besi tersebut panas dan menyala, dia memerintahkan lagi untuk meletakkan dan memenuhinya dengan cairan tembaga yang panas. Untuk menjadikan tembaga cair, maka perlu untuk dibakar dan dipanaskan juga.
Sama sekali tidak terbayangkan bagi kita, bagaimana mereka memanaskan besi-besi yang memenuhi celah dua gunung tersebut dan memenuhinya dengan cairan tembaga yang sangat panas? Hal ini tidaklah mudah. Sebagian ulama mengatakan belum tentu di dalam segala sisi teknologi orang-orang sekarang lebih baik dari teknologi orang-orang terdahulu. Bisa jadi mereka memiliki ilmu yang tidak dimiliki oleh orang-orang pada masa kini.
Contohnya, ketika membuat piramida, sphinx, dinding Zulkarnain ataupun istana raja Namrud yang konon katanya tingginya adalah lima ribu hasta yang setara dengan 2,5 KM. Artinya teknologi yang dilakukan oleh raja Zulkarnain adalah teknologi yang luar biasa, hingga mampu menjadikan dinding besar menutupi celah-celah kedua gunung yang besar lagi tinggi dengan cairan besi dan tembaga yang sangat panas.
Ini menunjukkan teknologi yang canggih pada zaman tersebut. Karena untuk membakar gunung besi tersebut tidaklah mudah, sehingga semua partikel tersebut menyala dengan nyala yang luar biasa. Entah alat apa yang digunakan untuk membakar tumpukan besi-besi tersebut dan dengan alat apa untuk mengangkut cairan tembaga yang sudah sangat panas itu. Tentunya, tembaga tidak mungkin melebur kecuali dengan dipanaskan api yang bersuhu ratusan hingga ribuan derajat.
Setelah tembaga tersebut mencair, lalu ditumpahkan ke dalam tumpukan besi yang panas tersebut. Ini menunjukkan teknologi pada zaman tersebut sudah sangat maju, sehingga potongan besi-besi tersebut bercampur dengan cairan tembaga dan menjadi dinding yang kukuh dan kuat.
Jika di zaman sekarang saja dengan teknologi yang canggih dan modern tidaklah mudah menyusun besi hingga sejajar dengan dua gunung, apalagi di zaman tersebut?
Lalu jadilah dinding campuran besa dan tembaga tersebut menjadi sangat kuat yang tidak bisa ditembusi atau dipanjat oleh Ya’juj dan Ma’juj.
Allah berfirman,
فَمَا اسْطَاعُوا أَنْ يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا
“Maka mereka (Ya’juj dan Ma’juj) tidak dapat mendakinya dan tidak dapat (pula) melubanginya.” (QS. Al-Kahfi: 97)
Dinding besar, tebal, dan kukuh tersebut menjadikan Ya’juj dan Ma’juj tidak mampu untuk menaiki atau melewatinya dan melubanginya.
Setelah itu, Zulkarnain berkata dengan perkataan yang diabadikan di dalam firman Allah,
قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا
“Dia (Zulkarnain) berkata, “(Dinding) ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila janji Tuhanku sudah datang, Dia akan menghancur luluhkannya, dan janji Tuhanku itu benar.” (QS. Al-Kahfi: 98)
Dinding itu bisa berdiri karena rahmat dari Allah. Zulkarnain sama sekali tidak merasa sombong ataupun angkuh. Dia tidak mengatakan dinding tersebut dapat berdiri megah karena kecerdasan atau kepandaiannya. Bahkan, dia mengakui bahwa itu semua dari Allah semata. Jika telah datang janji Allah, maka kapan saja dinding tersebut akan dilebur oleh Allah dan saat itulah Ya’juj dan Ma’juj keluar.
Sebagian ulama berpendapat bahwasanya Zulkarnain hidup di zaman nabi Ibrahim, dimana beliau hidup ribuan tahun sebelum zaman masehi. Intinya, hal ini menunjukkan bahwa terdapat suatu zaman yang sudah sangat lama dan saat itu sudah ada Ya’juj dan Ma’juj. Mereka terjebak di dalam dinding tersebut, hingga menyebabkan mereka beranak pinak.
Disebutkan di dalam sebuah riwayat,
إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ أقَلُّ مَا يَتْرُكُ أحَدُهُمْ لِصُلْبِهِ ألْفاً مِنَ الذُّرِّيَّةِ
“Sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu paling sedikit di antara mereka mampu meninggalkan ribuan keturunan.”
Artinya mereka telah diberikan suatu batas umur dan tidaklah satu orang di antara mereka meninggal, kecuali meninggalkan anak yang sangat banyak. Mereka cepat sekali tumbuh dan berkembang biak di dalam kediaman mereka.
Pengertian Ya’juj dan Ma’juj
Secara bahasa arab berasal dari kata أَجَّجَ – يُؤَجِّجُ dengan bermacam-macam makna. Ada yang mengatakan bahwa maksudnya adalah تَأَجَّجَ – يَتَأَجَّجُ yaitu “api yang menyala-nyala”. Ada pula yang mengatakan maksudnya adalah شِدَّةُ الْمُلُوْحَةِ yaitu “asin (air laut) yang berlebihan”. Ada juga yang mengatakan maksudnya adalah المَوْجُ yaitu “gelombang yang sangat besar”. Dilihat dari namanya yang berasal dari bahasa arab menunjukkan bagaimana sifat-sifat mereka begitu liar dan ganas.
Keberadaan Dinding Ya’juj dan Ma’juj (Sadd)
Tidak ada yang mengetahui posisi dinding Ya’juj dan Ma’juj tersebut. Sampai saat ini pun dinding tersebut tidak ditemukan. Sebagian orang mengingkarinya, mereka menganggap bahwa hal itu hanyalah khayalan belaka atau sebuah simbol dimana Allah hendak menunjukkan kekuatan tertentu, yaitu dengan menampakkannya sebagai simbol Ya’juj dan Ma’juj.
Anggapan tersebut muncul, lantaran di alam semesta ini tidak ada hal yang menunjukkan tentang keberadaan dinding Zulkarnain. Ahlussunnah wal jama’ah meyakini bahwa Allah memiliki kuasa untuk menutupi penglihatan manusia dari melihat itu semua, sehingga mereka tidak mampu melihat lokasi benteng yang menutupi keberadaan Ya’juj dan Ma’juj.
Meskipun sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa terdapat kemungkinan daerah-daerah pegunungan tersebut terletak di daerah sekitar Kazakhstan, Uzbekistan dan daerah semisalnya, di mana penampilan orang-orang yang tinggal di sana mirip dengan orang-orang Mongol atau Turki. Terlebih lagi, pada zaman dahulu sejarah mengatakan bahwa terdapat suku yang bernama Gog Magog, yang mungkin jika bahasa tersebut diarabkan menjadi Ya’juj dan Ma’juj.
Namun, ini hanya sekedar persangkaan belaka, entah lokasinya di tempat tersebut atau tidak, manusia sama sekali tidak mengetahuinya. Wallahu a’lam.
Ciri-ciri Fisik Ya’juj dan Ma’juj
Di antara ciri-ciri Ya’juj dan Ma’juj yang disebutkan di dalam Hadits adalah:
a. (صغار العيون) bermata sipit.
b. (عراض الوجوه) berwajah lebar
c. (صهب الشعور) rambutnya berdiri
d. (كأن وجوههم المجان المطرقة) wajah mereka seperti perisai yang berkulit, artinya gempal
Disebutkan juga di dalam sebagian riwayat bahwa hidung mereka kecil. Jika dikaitkan dengan zaman sekarang, secara fisik ciri-ciri itu sama seperti orang-orang Mongolia, ada juga yang mengatakan seperti orang Turki. Disebutkan pula di dalam sebagian riwayat bahwa rambut mereka pirang.
Adapun ciri-ciri fisik lainnya yang telah disebutkan di dalam buku-buku tafsir bahwasanya tubuh mereka ada yang setinggi pohon, ada juga yang mengatakan bahwa ukuran tubuh mereka hanya sejengkal, ada juga yang mengatakan bahwa telinga mereka lebar, satu telinga mereka gunakan untuk alas tidur dan telinga yang lain digunakan untuk selimut. Namun, semua ciri-ciri yang disebutkan tersebut tidaklah berdasarkan dalil. Yang benar mereka adalah manusia-manusia biasa, akan tetapi mereka memiliki sifat-sifat yang bengis.
Allah menyebutkan di dalam firman-Nya bahwa suatu saat mereka akan keluar dari dinding tersebut.
Allah berfirman,
حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ
“Hingga apabila (tembok) Ya’juj dan Ma’juj dibukakan dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” (QS. Al-Anbiya’: 96)
Ayat ini menjelaskan tentang tanda-tanda hari kiamat, dimana pada suatu hari dibukalah benteng yang menghalangi Ya’juj dan Ma’juj dan mereka akan keluar dengan jumlah yang banyak. Mereka turun dari setiap tempat yang tinggi, seperti kumpulan semut-semut hitam yang turun dari tempat yang tinggi, kemudian mendatangi mangsanya.
Ya’juj dan Ma’juj keluar dari segala arah dengan jumlah yang sangat banyak. Jika suatu negeri berpenduduk satu milyar lebih, maka bisa jadi jumlah Ya’juj dan Ma’juj lebih banyak dari mereka. Wallahu a’lam. Yang jelas, mereka disertai keturunan-keturunannya berjumlah sangat banyak seperti ombak yang datang menghantam bumi.
Pada zaman Nabi dinding tersebut mulai terbuka, sebagaimana sabda beliau,
وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ وَحَلَّقَ بِإِصْبَعَيْهِ الْإِبْهَامِ وَالَّتِي تَلِيهَا
“Celakalah kepada orang-orang Arab dari keburukan yang semakin mendekat, (sesungguhnya) pada hari ini telah terbuka benteng akibat Ya’juj dan Ma’juj dengan seukuran ini, sementara beliau (menggambarkan sebuah lubang) melingkarkan ibu jari dan jari lainnya).”
Waktu dibuka Dinding Ya’juj dan Ma’juj
Dinding Ya’juj dan Ma’juj akan dibuka pada hari kiamat, yaitu pada zaman diturunkannya nabi Isa. Tidak diketahui tinggi, lebar dan ketebalan dinding tersebut. Setiap hari Ya’juj dan Ma’juj berusaha melubangi dinding tersebut. Setiap kali melubangi dinding itu dan melihat cahaya matahari dari lubang tersebut, maka mereka berkata kepada temannya agar melanjutkan pekerjaannya pada esok hari.
Artinya hal ini menunjukkan bahwa mereka seakan-akan berada di tempat tertutup yang tidak terkena cahaya matahari. Setelah mereka berhenti dari melubangi dinding tersebut, kemudian Allah menutupnya kembali. Begitulah setiap hari kejadian tersebut berulang-ulang. Namun, mereka tidak pernah putus asa untuk melubangi dinding tersebut, hingga akhirnya salah seorang dari mereka mengatakan, Kita berhenti dan melanjutkan lagi pada esok hari, in sya Allah.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah bersabda.
إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ يَحْفِرُونَ كُلَّ يَوْمٍ، حَتَّى إِذَا كَادُوا يَرَوْنَ شُعَاعَ الشَّمْسِ، قَالَ الَّذِي عَلَيْهِمْ: ارْجِعُوا فَسَنَحْفِرُهُ غَدًا، فَيُعِيدُهُ اللَّهُ أَشَدَّ مَا كَانَ، حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ مُدَّتُهُمْ، وَأَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَهُمْ عَلَى النَّاسِ، حَفَرُوا، حَتَّى إِذَا كَادُوا يَرَوْنَ شُعَاعَ الشَّمْسِ، قَالَ: ارْجِعُوا، فَسَتَحْفِرُونَهُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى، وَاسْتَثْنَوْا، فَيَعُودُونَ إِلَيْهِ، وَهُوَ كَهَيْئَتِهِ حِينَ تَرَكُوهُ، فَيَحْفِرُونَهُ وَيَخْرُجُونَ عَلَى النَّاسِ، فَيُنْشِفُونَ الْمَاءَ، وَيَتَحَصَّنُ النَّاسُ مِنْهُمْ فِي حُصُونِهِمْ، فَيَرْمُونَ بِسِهَامِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ، فَتَرْجِعُ عَلَيْهَا الدَّمُ الَّذِي اجْفَظ، فَيَقُولُونَ: قَهَرْنَا أَهْلَ الْأَرْضِ، وَعَلَوْنَا أَهْلَ السَّمَاءِ، فَيَبْعَثُ اللَّهُ نَغَفًا فِي أَقْفَائِهِمْ فَيَقْتُلُهُمْ بِهَا
“Sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj melubanginya setiap hari, sampai ketika mereka hampir melihat sinar matahari, pemimpin mereka berkata, Pulanglah, kita akan melubanginya besok, lalu Allah mengembalikan lubang tersebut lebih kuat dari sebelumnya. Tatkala masa mereka telah tiba dan Allah hendak mengeluarkannya kepada manusia, maka mereka melubanginya, sampai ketika mereka hampir melihat sinar matahari, pemimpin mereka berkata, “Pulanglah, kalian akan melubanginya lagi besok in sya Allah Ta’ala’, mereka mengucapkan in sya Allah, lalu mereka kembali ke tempat mereka melubangi, sedangkan lubang tersebut seperti keadaan terakhir ketika mereka meninggalkannya. Akhirnya mereka melubanginya dan keluar kepada manusia. Mereka meminum air hingga mengering, manusia berlindung diri di benteng-benteng mereka, lalu mereka melemparkan panah-panah mereka ke langit, lalu panah-panah tersebut kembali dalam keadaan penuh berlumuran darah, lalu mereka berkata, “Kita telah menguasai penduduk bumi dan kita telah mengungguli penghuni langit. Maka Allah pun mengirim ulat-ulat yang menempel di leher-leher mereka, lalu ulat-ulat menghabisi mereka dengan serentak.”
Ya’juj dan Ma’juj keluar menghadapi manusia dengan begitu dahsyat, kemudian melakukan kerusakan. Mereka tidak menemukan satu makhluk pun kecuali mereka merusaknya. Tidaklah mereka melewati sumber air pun di atas muka bumi, kecuali mereka habiskan. Dikarenakan mereka memiliki jumlah yang sangat banyak.
Ketika kelompok dari mereka yang berada di depan melewati sungai Thabariyah/Tiberias, maka air sungai tersebut habis, hingga kelompok yang di belakang tidak mendapatkan bagian air sungai tersebut. Setelah itu, Allah memberikan wahyu kepada nabi Isa.
Sebagaimana disebutkan di dalam hadits panjang yang diriwayatkan oleh An-Nawwas bin Sam’an, Rasulullah bersabda,
إِذْ أَوْحَى اللَّهُ إِلَى عِيسَى: إِنِّي قَدْ أَخْرَجْتُ عِبَادًا لِي لَا يَدَانِ لِأَحَدٍ بِقِتَالِهِمْ، فَحَرِّزْ عِبَادِي إِلَى الطُّورِ. وَيَبْعَثُ اللَّهُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ. فَيَمُرُّ أَوَائِلُهُمْ عَلَى بُحَيْرَةِ طَبَرِيَّةَ فَيَشْرَبُونَ مَا فِيهَا، وَيَمُرُّ آخِرُهُمْ فَيَقُولُونَ لَقَدْ كَانَ بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ
“Ketika Allah memberikan wahyu kepada nabi Isa, “Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang mana tidak ada seorang pun yang mampu memerangi mereka, maka bawalah hamba-hamba-Ku yang shaleh ke Thur”. Allah mengeluarkan Ya’juj dan Ma’juj dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi, lalu kelompok dari mereka yang terdepan melewati danau Thabariyah atau Tiberias, lalu mereka meminumnya, hingga kelompok yang di belakang berkata, “Tadi disini ada airnya.”
Thur secara bahasa memiliki makna “gunung yang menumbuhkan pepohonan”. Berbeda dengan جبال “gunung-gunung tanpa pohon”. Setelah itu, nabi Isa membawa semua kaum muslimin ke Thur. Jika nabi Isa mampu melawan Dajjal, maka dengan Ya’juj dan Ma’juj, beliau tidak mampu melawannya. Karena Dajjal hanya seorang diri, sedangkan Ya’juj dan Ma’juj adalah sekelompok pasukan yang berjumlah sangat banyak.
Ya’juj dan Ma’juj menguasai dunia. Segala yang ada di muka bumi dihancurkan oleh mereka. Mereka semakin sombong dan angkuh, karena menyangka mampu membunuh seluruh penghuni langit. Sehingga mereka berkata,
فَيَرْمُونَ بِسِهَامِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ، فَتَرْجِعُ عَلَيْهَا الدَّمُ الَّذِي اجْفَظ، فَيَقُولُونَ: قَهَرْنَا أَهْلَ الْأَرْضِ، وَعَلَوْنَا أَهْلَ السَّمَاءِ، فَيَبْعَثُ اللَّهُ نَغَفًا فِي أَقْفَائِهِمْ فَيَقْتُلُهُمْ بِهَا
“Mereka melemparkan panah-panah mereka ke langit, lalu panah-panah tersebut kembali dalam keadaan penuh berlumuran darah, lalu mereka berkata, “Kita telah menguasai penduduk bumi dan kita telah mengungguli penghuni langit. Maka Allah pun mengirim ulat-ulat yang menempel di leher-leher mereka, lalu ulat-ulat menghabisi mereka dengan serentak.”
Tatkala mereka berada di tengah-tengah kepongahan mereka. Allah mengirimkan ulat begitu banyak yang kemudian mengenai mereka dan dengan serentak mereka mati saat itu juga. Mereka tewas di puncak-puncak kesombongan mereka.
Allah tidak mengirimkan halilintar ataupun besi untuk menghancurkan mereka. Allah hanya mengirimkan ulat, makhluk kecil. Mereka yang begitu pongahnya dengan kesombongan mereka, ternyata tewas akibat seekor makhluk kecil, yaitu ulat.
Begitu mereka binasa, bangkai mereka berhamburan di atas muka bumi. Hal itu membuat kaum muslimin mengeluhkannya kepada nabi Isa agar beliau berdoa kepada Allah, lantaran mereka tidak tahan dengan bau busuk yang bersumber dari bangkai Ya’juj dan Ma’juj.
Setelah itu, nabi Isa berdoa kepada Allah, maka Allah mengirimkan burung-burung yang memiliki leher seperti leher-leher unta, kemudian burung-burung tersebut membawa bangkai Ya’juj dan Ma’juj dan membuangnya ke lautan. Saat itu, bumi masih kotor dengan darah dan bau busuk mereka.
Nabi Isa berdoa lagi kepada Allah, lalu dikirimkanlah hujan oleh Allah untuk membersihkan bumi dari kotoran-kotoran sisa bangkai dari Ya’juj dan Ma’juj. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh An-Nawwas bin Sam’an,
ثُمَّ يَهْبِطُ نَبِيُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى الْأَرْضِ فَلَا يَجِدُونَ فِي الْأَرْضِ مَوْضِعَ شِبْرٍ إِلَّا مَلَأَهُ زَهَمُهُمْ وَنَتَنُهُمْ. فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللَّهِ فَيُرْسِلُ اللَّهُ طَيْرًا كَأَعْنَاقِ الْبُخْتِ فَتَحْمِلُهُمْ فَتَطْرَحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ. ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ مَطَرًا لَا يُكَنُّ مِنْهُ بَيْتُ مَدَرٍ وَلَا وَبَرٍ فَيَغْسِلُ الْأَرْضَ حَتَّى يَتْرُكَهَا كَالزُّلْفَةِ
“Kemudian nabi Allah Isa dan para sahabatnya turun, mereka tidak mendapati sejengkal tempat pun, melainkan telah dipenuhi bangkai dan bau busuk mereka, lalu nabi Isa dan para sahabatnya berdoa kepada Allah, lalu Allah mengirimkan burung seperti leher unta. Burung tersebut membawanya, lalu melemparkannya seperti yang dikehendaki Allah, kemudian Allah mengirimkan hujan, tidak ada rumah dari tanah atau bulu pun yang menghalanginya, hujan tersebut membasahi bumi hingga tergenang bagaikan kaca (karena jernihnya).”
Sejatinya saat ini Ya’juj dan Ma’juj belum muncul, karena menurut riwayat hadits yang disebutkan bahwa mereka akan muncul setelah turunnya nabi Isa. Adapun yang mengatakan bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah orang-orang Cina, maka itu tidaklah benar. Karena di antara mereka ada orang muslim, dan dai muslim.
Setelah itu, nabi Isa membawa kaum muslimin dan hidup selama tujuh tahun. Beliau menunaikan haji dan umrah, berhukum dengan hukum yang adil. Setelah memimpin selama tujuh tahun, beliau wafat dan dishalatkan oleh kaum muslimin. Setelah beliau meninggal dunia, kerusakan-kerusakan dan kemaksiatan-kemaksiatan di atas muka bumi yang dilakukan oleh manusia terjadi kembali. Ilmu dilupakan dan terjadi tanda-tanda hari kiamat yang lain.