WAFATNYA ORANG-ORANG SHOLEH

suitcase, travel, train, trunk, baggage, vintage, retro, antique, suitcase, baggage, baggage, baggage, baggage, baggage

1. Shalihin adalah bentuk plural dari shalih.

Ibnu Hajar berkata, “Shalih sendiri berarti,

الْقَائِم بِمَا يَجِب عَلَيْهِ مِنْ حُقُوق اللَّه وَحُقُوق عِبَاده وَتَتَفَاوَت دَرَجَاته

“Orang yang menjalankan kewajiban terhadap Allah dan kewajiban terhadap sesama hamba Allah. Kedudukan shalih pun bertingkat-tingkat” (Fath Al-Bari, 2:314).

2. Dalil dan keutamaan orang shaleh

a. Orang-orang Sholeh akan didoakan oleh orang-orang yang sholat

At-Tirmidzi Al-Hakim berkata,

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَحْظَى بِهَذَا السَّلَام الَّذِي يُسَلِّمهُ الْخَلْق فِي الصَّلَاة فَلْيَكُنْ عَبْدًا صَالِحًا وَإِلَّا حُرِمَ هَذَا الْفَضْل الْعَظِيم

“Siapa yang ingin meraih ucapan salam yang diucapkan oleh setiap orang yang sedang shalat, maka jadilah hamba yang shalih. Jika tidak, maka karunia yang besar (berupa doa selamat) diharamkan untuk diperoleh” (Fath Al-Bari, 2:314).

b. Orang-orang yang selalu mendapatkan kenikmatan

Allah berfirman,

 صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ} [النساء:69]

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.

b. Kematian orang Sholeh hilangnya kebaikan di dunia

Semua manusia baik orang saleh maupun orang yang tidak saleh pasti mati. Tetapi ketika orang saleh itu pergi satu per satu mendahului orang yang masih hidup, tentu nilai dan harkat manusia akan merosot. Dengan kepergian orang-orang saleh, dunia akan diisi oleh kebanyakan orang yang tidak saleh.

Ketika banyak orang yang tidak saleh mengisi dunia, maka nilai-nilai kesalehan itu tidak tampak di atas bumi. Dari sini kemudian harkat dan derajat manusia jatuh di sisi Allah swt sebagaimana hadits riwayat Imam Bukhari berikut ini:

عن مرداس الأسلمي قال: قال النبي صلى الله عليه وسلم: يَذْهَبُ الصَّالِحُونَ الأَوَّلُ فَالأَوَّلُ حَتَّى يَبْقَى حُفَالَةٌ كَحُفَالَةِ الشَّعِيرِ وَالتَّمْرِ، لا يُبَالِيْهِمُ اللَّهُ بَالَةً قال أبو عبد الله يقال حُفَالَةٌ وَحُثَالَةٌ

Artinya, “Dari sahabat Mirdas Al-Aslami, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, ‘Orang-orang saleh pergi satu per satu sehingga tersisa hanya ampas gandum dan kurma di mana Allah tidak lagi mempedulikan mereka sama sekali.’ Abu Ubaidillah berkata, lain redaksi mengatakan, ‘hufālah (yang rendah dan hina dari sesuatu) wa hutsālah (ampas/rendahan).” (HR Bukhari).

Hadits ini, kata Ibnu Bathal, mengisyaratkan fenomena musnahnya orang-orang saleh di akhir zaman sehingga yang tersisa di atas muka bumi adalah orang-orang jahat belaka. (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari, [Kairo, Darul Hadits: 2004 M/1424 H], juz XI, halaman 284).

Ilmu Allah memang tidak pernah akan berkurang karena kematian ulama. Tetapi ilmu Allah lenyap dari muka bumi karena orang-orang saleh yang mengemban ilmu-Nya telah pergi dan selama ini menjadi obor dunia yang membimbing orang awam dengan nilai-nilai kesalehan dan kebaikan telah meninggal.

قوله ينزل فيها الجهل ويرفع فيها العلم معناه ان العلم يرتفع بموت العلماء فكلما مات عالم ينقص العلم بالنسبة إلى فقد حامله

Artinya, ‘’Sungguh beberapa hari menjelang hari kiamat turun kebodohan dan diangkat ilmu” adalah bahwa ilmu itu diangkat melalui kematian ulama.  Setiap kali seorang alim meninggal, maka ilmu itu berkurang (di atas muka bumi) dari segi kepergian orang yang mengemban ilmu,” (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: XIII/22).

c. Kematian orang Sholeh adalah musibah yang tak tergantikan

مَوْتُ الْعَالِمِ مُصِيبَةٌ لا تُجْبَرُ، وَثُلْمَةٌ لا تُسَدُّ, وَنَجْمٌ طُمِسَ، مَوْتُ قَبِيلَةٍ أَيْسَرُ مِنْ مَوْتِ عَالِم

“Meninggalnya seorang ulama adalah musibah yang tak tergantikan, sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal, laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih ringan dari meninggalnya satu orang ulama.” (HR Ath Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan Al Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’).

Meninggalnya alim ulama adalah musibah yang tak tergantikan dan kebocoran yang tidak bisa ditambal. Selain itu, seperti bintang yang padam dan membuat malam semakin gelap karena tidak ada sinar.

Bahkan ada hadits dengan redaksi yang lebih dahsyat dibandingkan hadits yaitu bahwa meninggalnya satu alim atau ulama itu adalah bagaikan kematian alam semesta, jadi lebih luas, alam lebih luas dibandingkan kabilah.

Hadits ini bukan berarti meremehkan sebuah nyawa dalam sebuah kabilah, bukan sama sekali. Baginya, Islam tetap menjunjung tinggi dan menghormati nyawa manusia meskipun hanya satu.

Apalagi satu suku tetap memuliakan dan wajib dijaga nyawa. Itu siapapun manusianya punya kewajiban hifdhun nafs (menjaga jiwa).

Tetapi, yang dimaksud dengan hadits ini bahwa terjadinya kematian satu orang alim atau ulama itu karena saking mulia dan pentingnya ulama bagi kehidupan. Kematian satu ulama menyebabkan hilangnya ilmu Allah di muka bumi yang melimpah ruah.

Hal ini sebagaimana ditunjukkan sebuah riwayat pendapat Ibnu Abbas yang dinukilkan dari kitab Sunan Imam Al Baihaqi. Suatu ketika Said bin Al Musayyib, menyaksikan pemakaman jenazah sahabat Nabi Muhammad, Zaid bin Tsabit RA. Saat hendak dimakamkan,

Ibnu Abbas berkata:

يا هؤلاء، مَن سرَّه أن يعلم كيف ذَهابُ العلم؟ فهكذا ذَهاب العلم، وايمُ اللهِ، لقد ذهب اليوم علمٌ كثير

“Wahai (dimana) mereka, barang siapa yang ingin mengetahui bagaimana sirnanya ilmu? Beginilah sirnanya ilmu. Dan demi Allah, hari in telah pergi ilmu yang banyak.”

Inilah mengapa, dalam hadits riwayat Bukhari dijelaskan bahwa Allah mengangkat ilmu-Nya di muka bumi, dengan wafatnya para ulama, hingga ketika tak ada lagi tersisa ulama, tinggal para pemimpin yang tak pandai, mereka sesat dan menyesatkan.

d. Meninggalnya orang-orang Sholeh adalah tanda kiamat

Rasulullah bersabda:

لَيُحَجَّنَّ الْبَيْتُ وَلَيُعْتَمَرَنَّ بَعْدَ خُرُوجِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ

“Sungguh bahwasanya Ka’bah ini, orang akan datang berhaji kepadanya, dan orang-orang akan berumrah kepada Ka’bah, meskipun setelah keluarnya Ya’juj dan Ma’juj.”

Jadi setelah muncul kekacauan dan huru hara besar ka’bah masih dikunjungi untuk haji. Kita tahu bahwa huru hara yang sangat besar pada hari kiamat kelak adalah keluarnya Ya’juj dan Ma’juj yang akan melakukan kerusakan di atas muka bumi, membunuh makhluk-makhluk yang ada di atas muka bumi, ternyata setelah mereka keluarpun haji masih terlaksana.

Kapan haji berhenti? Kapan ka’bah tidak dikunjungi lagi? Jawabannya adalah tatkala ruh-ruh kaum mu’minin di akhir zaman telah dicabut oleh Allah dan tidak tersisa di atas muka bumi kecuali orang-orang yang terburuk yang kemudian akan merasakan tibanya hari kiamat dan mereka dalam kondisi hidup. Saat itulah maka hajipun berhenti.

Rasulullah bersabda:

لا تَقومُ الساعَةُ حتى لاَ يُحَجَّ الْبَيْتُ

“Tidak akan tegak hari kiamat kecuali sudah tidak ada orang Iagi yang berhaji (tidak ada lagi yang datang menuju Ka’bah Allah).”

Pada saat itulah ka’bah sudah tidak diagungkan lagi, maka Allah membiarkan ka’bah dihancurkan oleh seorang dari Habasyah.

Nabi bersabda:

يُخَرِّبُ الْكَعْبَةَ ذُو السُّوَيْقَتَيْنِ مِنَ الْحَبَشَةِ

“Ka’bah akan dihacurkan oleh seseorang dari Habasyah yang kedua betisnya kurus kerempeng.”

Dalam hadits yang lain Nabi bersabda:

كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ أَسْوَدَ أَفْحَجَ، يَنْقُضُهَا حَجَرًا حَجَرًا يَعْنِي الْكَعْبَةَ

“Seakan-akan aku melihatnya, berkulit hidam dan kedua pahanya saling menjauh. Ia membongkar ka’bah dengan mencongkel batu ka’bah satu demi satu.”

Lihatlah Allah pernah menghancurkan tentara bergajah yang dipimpin oleh Abrahah yang berasal dari Habasyah, padahal Abrahah dan bala tentarnya begitu kuat dan dahsyat. Sementara di akhir zaman ada seorang dari Habasyah yang kurus kerempeng menghancurkan ka’bah namun Allah tidak membela ka’bah sama sekali karena tidak ada seorang pun yang mengagungkan ka’bah ketika itu.

Tidak ada lagi yang mengucapkan, الله الله

Nabi bersabda:

لَا تَقوُمُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ

“Tidak akan tegak hari kiamat hingga tidak dikatakan lagi di bumi: Allah, Allah.” (HR. Muslim no. 148)

e. Orang sholeh nyawanya dicabut dengan penuh kelembutan.

Allah berfirman,

وَالنَّاشِطَاتِ نَشْطًا

“Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut.” (QS. An-Nazi’at: 2)

Dikatakan kepada ruh orang yang beriman:

يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28)

“Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya (QS. Al-Fajr: 27-28)

Ketika seseorang akan meninggal dunia, sedangkan dia adalah orang yang beriman, maka malaikat akan datang memberikan kabar gembira kepadanya.

Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (QS. Fushshilat: 30)

Para ulama menafsirkan bahwa maksud dari تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ adalah malaikat turun kepadanya menjelang kematiannya, yaitu ketika al-ihtidhoor. Kondisi al-ihtidhoor adalah kondisi yang sangat mengerikan lagi berat bagi seorang hamba karena dia akan meninggalkan kehidupan ini.

f. Hanya orang-orang Sholeh yang mendapatkan karomah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Setiap Mukmin yang bertakwa adalah wali Allah.”

Derajat kewalian tidak diraih dengan klaim dan angan-angan, akan tetapi ia diraih dengan iman dan takwa, kalau ada yang berkata bahwa dia adalah wali tetapi dia tidak bertakwa kepada Allah, maka perkataannya adalah palsu.

Karamah adalah perkara di luar kebiasaan yang Allah jadikan melalui seorang wali sebagai bantuan, dukungan, dan peneguhan baginya atau sebagai pertolongan kepada agama.

1) Shilah bin asyyam, kudanya mati, lalu Allah menghidupkannya Kembali, sehingga bisa pulang kerumahnya, sampai dirumah dia berkata kepada anaknya, ambil pelananya karena dia adalah pinjaman. Ketika pelananya diambil, kudanya mati lagi.

2) Al-A’la bin al-Hadhrami pada saat menyeberangi lautan, begitu juga Sa’ad bin Abi Waqqash pada saat menyeberangi Sungai dajlah.

3) Ashhabul Kahfi

4) Kisah Maryam

5) Kisah seorang laki yang dimatikan Allah 100 tahun, lalu Allah bangkitkan Kembali

6) Abu Bakar dengan ilmunya Allah buat bisa mengetahui janin di Rahim istrinya Perempuan

7) Khutbah Umar di mimbar

8) Kisah 3 orang terkurung di dalam gua

9) Kisah pemuda dialog dengan dajjal

Paling tidak, pertanda kesalehan seseorang dapat terlihat dalam dua hal, yakni ketika ia ditimpa derita (sakit) dan kematian. Pada saat sakit, banyak orang yang menjenguk dan mendoakan untuk kesembuhannya. Kala ia wafat, berduyun-duyun orang mensholatkan dan menghantar jenazahnya ke liang kubur.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top