TUGAS-TUGAS MALAIKAT (BAGIAN 3)

pedestrian bridge in the city

10. Menurunkan Hujan, Menumbuhkan Tanaman, Dan Membagikan Rezeki

Al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan: “Malaikat Mika’il diberi tugas untuk mengurus hujan dan tanam-tanaman yang darinya Allah menciptakan rezeki di dunia ini. Mika’il memiliki para Malaikat pembantu yang mengerjakan apa pun yang ia perintahkan atas dasar perintah Allah, Rabbnya. Mereka menggerakkan angin dan menggiring awan menurut yang Allah kehendaki.”

Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi, bahwa beliau bersabda:

بَيْنَا رَجُلٌ بِفَلَاةٍ مِنَ الْأَرْضِ، فَسَمِعَ صَوْتًا فِي سَحَابَةٍ: اسْقِ حَدِيقَةَ فُلَانٍ، فَتَنَحَّى ذَلِكَ السَّحَابُ، فَأَفْرَغَ مَاءَهُ فِي حَرَّةٍ،

“Suatu ketika ada seseorang berjalan di salah satu tanah terbuka di atas muka bumi ini, ia mendengar suara dari arah awan berakta, ‘Siramilah kebun si fulan’. Lalu awan itu bergerak dan mencurahkan airnya pada harrah (sebuah tempat yang penuh dengan bebatuan).

فَإِذَا شَرْجَةٌ مِنْ تِلْكَ الشِّرَاجِ قَدِ اسْتَوْعَبَتْ ذَلِكَ الْمَاءَ كُلَّهُ، فَتَتَبَّعَ الْمَاءَ، فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ فِي حَدِيقَتِهِ يُحَوِّلُ الْمَاءَ بِمِسْحَاتِهِ،

Tiba-tiba air tersebut turun di salah satu saluran air yang ada di harrah tersebut. Maka orang tersebut mengikuti ke arah air tersebut mengalir. Maka ia mendapati ada seseorang berdiri di kebunnya sambil memegang cangkulnya untuk mengarahkan air.

فَقَالَ لَهُ: يَا عَبْدَ اللهِ مَا اسْمُكَ؟ قَالَ: فُلَانٌ – لِلِاسْمِ الَّذِي سَمِعَ فِي السَّحَابَةِ – فَقَالَ لَهُ: يَا عَبْدَ اللهِ لِمَ تَسْأَلُنِي عَنِ اسْمِي؟

Ia bertanya padanya, “Wahai hamba Allah, siapa namamu?’ Orang tersebut menjawab, ‘Fular’ -namanya seperti nama yang ia dengar dari arah awan-. Orang itu bertanya, “Wahai hamba Allah, kenapa kau tanya namaku?”

فَقَالَ: إِنِّي سَمِعْتُ صَوْتًا فِي السَّحَابِ الَّذِي هَذَا مَاؤُهُ يَقُولُ: اسْقِ حَدِيقَةَ فُلَانٍ، لِاسْمِكَ، فَمَا تَصْنَعُ فِيهَا؟

Ia menjawab, Aku mendengar suara di awan berkata: Siramilah kebun si fulan, dan fulan tersebut adalah namamu. Apa yang kau lakukan dengan kebunmu?’

قَالَ: أَمَّا إِذْ قُلْتَ هَذَا، فَإِنِّي أَنْظُرُ إِلَى مَا يَخْرُجُ مِنْهَا، فَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثِهِ، وَآكُلُ أَنَا وَعِيَالِي ثُلُثًا، وَأَرُدُّ فِيهَا ثُلُثَهُ

Ia menjawab, ‘Karena kau mengatakan seperti itu, maka ketika aku melihat hasil yang keluar dari kebunku, aku sedekahkan sepertiganya, aku makan sepertiganya bersama keluargaku, dan aku kembalikan sepertiganya ke kebun untuk ditanam’.” HR. Muslim No. 2984.

11. Meniup Sangkakala

Allah berfirman:

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَيَوْمَ يَقُولُ كُنْ فَيَكُونُ قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ

“Dia-lah (Allah) Yang menciptakan langit dan bumi dengan al-haq (benar), ketika Dia berkata: Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. Firman-Nya adalah benar, dan milik-Nyalah segala kekuasaan pada waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dia-lah (Allah) Yang Maha Bijaksana, Maha Teliti.” (QS. Al-An’am (6): 73)

Allah juga berfirman:

وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِي بَعْضٍ وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَجَمَعْنَاهُمْ جَمْعًا

“Dan pada hari itu, Kami (Allah) biarkan mereka (Ya’juj dan Ma’juj) berbaur antara satu dengan yang lain, dan (apabila) sangkakala ditiup (lagi), akan Kami kumpulkan mereka semuanya.” (QS. Al-Kahfi (18): 99)

Allah juga berfirman:

يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ وَنَحْشُرُ الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ زُرْقًا

“Pada hari (Kiamat) sangkakala ditiup (yang kedua kali) dan pada hari itu Kami kumpulkan orang-orang yang berdosa dengan (wajah) biru muram.” (QS. Thaha (20): 102)

Allah juga berfirman:

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ

“Apabila sangkakala ditiup, maka tidak ada lagi pertalian keluarga di antara mereka pada hari itu (hari Kiamat), dan tidak (pula) mereka saling bertanya.” (QS. Al-Mu’minun (23): 101)

Allah juga berfirman:

وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ

“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) sangkakala ditiup, maka terkejutlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan mereka semua datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.” (QS. Al-Naml (27): 87)

Allah juga berfirman:

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ

“Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup), menuju kepada Rabbnya.” (QS. Yasin (36): 51)

Allah juga berfirman:

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ

“Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu), maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah).” (QS. Az-Zumar (39): 68)

Allah juga berfirman:

إِنْ كَانَتْ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ

“Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami (untuk dihisab).” (QS. Yasin (36): 53)

Allah juga berfirman:

فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ (13) فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ (14)

“Maka pengembalian itu hanyalah dengan sekali tiupan saja. Maka seketika itu mereka hidup kembali di bumi (yang baru).” (QS. An-Naziat (79): 13-14)

Hadits-hadits yang shahih telah menunjukkan bahwa ada Malaikat yang bertugas untuk meniup Sangkakala, di antaranya:

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: “Rasulullah pernah bersabda:

إَنَّ طَرْفَ صَاحِبِ الصُّوْرِ مُنْذُ وُكِّلَ بِهِ مُسْتَعِدٌّ يَنْظُرُ نَحْوَ الْعَرْشِ، مَخَافَةَ أَنْ يُؤْمَرَ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إَلَيْهِ طَرْفُهُ، كَأَنَّ عَيْنَيْهِ كَوْكَبَانِ دٌرّيَّانِ

“Sesungguhnya pandangan mata (Malaikat) peniup Sangkakala senantiasa berjaga-jaga (tidak pernah berkedip) sejak ia ditugaskan dengannya dan senantiasa memandang ke arah Arsy, merasa takut jika perintah itu datang sebelum matanya kembali terbuka. Seolah-olah kedua matanya adalah dua bintang yang bersinar.”

Dalam riwayat lain, dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah bersabda: “Bagaimana kita bisa bersenang-senang sedangkan (Malaikat) peniup Sangkakala telah meletakkan sangkakala di mulutnya, dahinya telah merunduk, dan pandangannya menatap ke arah Arsy. Seolah kedua matanya adalah bintang yang bersinar. Tidak berkedip karena khawatir ia diperintah sebelum (matanya kembali terbuka).”

Diriwayatkan juga dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa Rasulullah bersabda: “Bagaimana kita dapat bersenang-senang sedangkan (Malaikat) peniup Sangkakala telah meletakkan sangkakala di mulutnya dan dahinya telah merunduk (menunggu) saatnya ia akan diperintah untuk meniupnya. Beliau ditanya: “Wahai Rasulullah, apa yang mesti kami ucapkan pada hari itu?” Beliau menjawab: “Ucapkanlah:

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا

“Cukuplah Allah bagi kami dan Dia sebaik-baik tempat bersandar. Hanya kepada Allahlah kami bertawakkal.”

Kesimpulan

Sangkakala ditiup sebanyak tiga atau dua kali?

Al-Hafizh Ibnu Katsir, mengungkapkan bahwa jumlah tiupan sangkakala ada tiga. Pertama, tiupan yang mengagetkan. Kedua, tiupan yang membuat pingsan. Ketiga, tiupan yang menandai dihidupkannya makhluk hingga mereka berdiri menghadap Allah Rabb semesta alam!”

Adapun Al-Hafizh Ibnu Hajar menguatkan pendapat bahwa jumlah tiupan sangkakala sebanyak dua kali. Pertama, tiupan yang menandai dimatikannya seluruh makhluk. Adapun yang dikecualikan dari kematian, mereka pingsan menurut kehendak Allah. Kedua, tiupan yang menandai dihidupkannya seluruh makhluk yang mati dan disadarkannya makhluk-makhluk yang pingsan.”

Dan diriwayatkan dari Ya’qub bin Ashim bin Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi, ia berkata: Aku pernah mendengar Abdullah bin Amr mengatakan bahwa Nabi bersabda: “Lalu ditiuplah sangkakala, maka tidaklah ada seorang pun yang mendengarnya melainkan ia akan condong dan mengangkat badannya. Orang yang pertama mendengarnya adalah seorang laki-laki yang sedang memperbaiki telaga untuk minum untanya, lalu ia pun pingsan dan seluruh manusia pingsan. Kemudian Allah mengutus, atau Allah menurunkan hujan seperti hujan gerimis, lalu tumbuh darinya jasad-jasad manusia. Kemudian, ditiupkan lagi sangkakala, dan tiba-tiba seluruh manusia terbangun.”

Kesimpulan hadits ini, bahwa tiupan sangkakala adalah sebanyak dua kali seperti yang disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar di atas.

12. Mengatur Awan Dan Petir

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah pernah bersabda:

الرَّعْدِ مَلَكٌ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ مُوَكَّلٌ بِالسَّحَابِ، (بِيَدِهِ أَوْ فِي يَدِهِ مِخْرَاقٌ مِنْ نَارٍ يَزْجُرُ بِهِ السَّحَابَ) وَ الصَّوْتُ الَّذِي يُسْمَعُ مِنْهُ زَجْرُهُ السَّحَابُ إِذَا زَجَرَهُ حَتَّى يَنْتَهِيَ إِلَى حَيْثُ أَمَرَهُ

“Ar-Radu (petir) adalah satu Malaikat di antara para Malaikat Allah yang ditugaskan untuk mengatur awan (dia membawa atau di tangannya ada cemeti (cambuk) dari api yang ia gunakan untuk menggiring awan), dan suara (gelegar petir) yang terdengar adalah suara awan ketika Malaikat itu menggiringnya hingga ke tempat mana saja yang diperintahkan kepadanya.”

Tentang Penamaan Malaikat Ar-Rad

Hadits di atas memang menunjukkan adanya satu Malaikat yang ditugasi menggiring awan. Bahkan, bisa jadi suara gemuruh yang keras merupakan suara Malaikat dan mungkin juga suara benturan awan. Meski demikian, hadits di atas tidak menunjukkan tentang penamaan Malaikat yang ditugaskan untuk menggiring awan tersebut dengan Ar-Rad (الرعد).

Adapun Malaikat Mikail yang mendapat tugas menurunkan hujan memiliki para pembantu, yaitu para Malaikat yang membantu dalam melaksanakan apa-apa yang Allah perintahkan kepadanya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: “Adapun tentang ar-radu (الرعد, petir) dan al-barqu (البرق, kilat), disebutkan di dalam sebuah hadits marfu’ pada Sunan at-Tirmidzi dan yang lainnya. Bahwa Nabi pernah ditanya tentang الرعد, petir. Lalu beliau menjawab: “Malaikat yang ditugaskan untuk mengurus awan ….”

Diriwayatkan juga beberapa pendapat dari sebagian Salaf, yang tidak bertentangan dengan pendapat tersebut, seperti ucapan: “Sesungguhnya ia adalah suara benturan awan disebabkan adanya tekanan padanya.”

Pendapat ini tidaklah bertentangan dengan pendapat sebelumnya, karena ra’d adalah bentuk mashdar dari kata ra’ada, yar’adu, ra’dan. Demikian pula ra’id disebut ra’d (dengan bentuk mashdar) sebagaimana halnya kata ‘adil (orang yang adil) dapat juga disebut ‘adlan (dengan bentuk mashdar).

Sebuah gerakan pasti akan menimbulkan suara. Adapun Malaikat tersebut adalah yang menggerakkan awan dan memindahkannya dari suatu tempat ke tempat lainnya. Semua gerakan di alam ini, baik yang di atas maupun yang di bawah, berasal dari Malaikat. Suara manusia berasal dari gesekan kedua bibir, lidah, gigi, dan kerongkongannya.

Dengan suara tersebut manusia dapat bertasbih kepada Rabbnya, juga menyuruh sesamanya kepada yang makruf dan mencegahnya dari yang mungkar. Dengan demikian, ar-rad adalah suara digiringnya awan.

Kesimpulannya, Allah telah menugaskan para Malaikat untuk menggiring awan ke mana saja sebagaimana yang Allah kehendaki. Adapun suara yang terdengar dari awan tersebut, kemungkinan adalah suara Malaikat atau suara gesekan awan. Akan tetapi, kita tidak dapat menetapkan dengan pasti bahwa nama Malaikat yang ditugaskan untuk menggiring awan adalah Ar-Rad. Kalaupun nama tersebut disebutkan untuknya, maka itu lebih dikarenakan ia yang menyebabkan munculnya suara tersebut. Wallahu a’lam.

12. Mencatat Segala Amal Perbuatan Manusia

Allah menugaskan para Malaikat untuk mencatat semua amal perbuatan manusia, yang baik maupun yang buruk.

Allah berfirman:

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)

“(Ingatlah) ketika dua Malaikat mencatat (perbuatannya). Yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada satu kata pun yang diucapkannya melainkan ada di sisinya Malaikat yang selalu mengawasi dan selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf (50): 17-18)

Allah juga berfirman:

وَإِذَا أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُمْ إِذَا لَهُمْ مَكْرٌ فِي آيَاتِنَا قُلِ اللَّهُ أَسْرَعُ مَكْرًا إِنَّ رُسُلَنَا يَكْتُبُونَ مَا تَمْكُرُونَ

“Dan apabila Kami (Allah) memberikan suatu rahmat kepada manusia, setelah mereka ditimpa bencana, mereka segera (kembali) melakukan segala tipu daya (menentang) ayat-ayat Kami. Katakanlah: Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu)!” Sesungguhnya Malaikat-malaikat Kami mencatat tipu-dayamu.” (QS. Yunus (10): 21)

Allah juga berfirman:

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ (10) كِرَامًا كَاتِبِينَ (11) يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ (12)

“Dan sesungguhnya bagi kamu ada (para Malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah Ta’ala) dan yang mencatat (perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Infithar (82): 10-12)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top