3. Malaikat Israfil
Di antara para Malaikat ada yang bernama Israfil (إسرافيل). Hal ini berdasarkan riwayat bahwa setiap kali terbangun dari tidur malamnya, Rasulullah mengucapkan satu doa yang di dalamnya terdapat penyebutan nama Malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil.
Diriwayatkan dari Abu Salamah, puteranya Abdurrahman bin Auf, ia mengatakan: “Saya bertanya kepada Ummul Mukminin Aisyah, “Dengan (bacaan) apa Rasulullah membuka shalat malamnya?
Aisyah pun menjawab: “Apabila Rasulullah bangun untuk shalat Malam (Tahajjud), maka beliau membuka shalatnya dengan doa:
اللهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Ya Allah, Rabb Malaikat Jibril, Mika’il, dan Israfil. Pencipta seluruh langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Engkau Yang memutuskan hukum di antara hamba-hamba-Mu tentang segala apa yang mereka perselisihkan. Dengan izin-Mu, tunjukkanlah aku kebenaran (yaitu tetapkanlah aku di atasnya) dari apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.”
Imam al-Qurthubi berkata: “Para ulama sepakat bahwa yang meniup sangkakala adalah (Malaikat) Israfil.”
Para ulama berbeda pendapat tentang tugas Malaikat Israfil sebagai peniup Sangkakala. Sebab, meskipun ada klaim ijma’ ulama, akan tetapi tidak didapati satu hadits shahih pun yang menerangkan hal ini. Wallahu alam.
4. Malaikat Malik
Di antara para Malaikat ada yang bernama Malik (مالك), yang ia bertugas menjaga Neraka.
Allah berfirman:
وَنَادَوْا يَامَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ
“Dan mereka berseru: “Wahai (Malaikat) Malik! Biarlah Rabbmu mematikan kami saja. Dia menjawab: Sungguh, kamu akan tetap tinggal (di Neraka ini).” (QS. Az-Zukhruf (43): 77)
Imam Ibnu Jarir ath-Thabari menjelaskan: “Allah berfirman tentang orang-orang durhaka yang dimasukkan ke dalam Neraka. Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang berat. Oleh karena itu, mereka menyeru Malik, penjaga Neraka: “Wahai Malik, biarlah Rabbmu mengakhiri kami saja? Maksudnya, hendaklah Rabbmu mematikan kami.”
Rasulullah pernah melihat wujud Malaikat Malik —yakni sang penjaga Neraka— sebagaimana disebutkan di dalam hadits tentang Isra Mi’raj, bahwa beliau bersabda:
رَأَيْتُ لَيْلَةَ أُسَرِيَ بِي مُوسَى رَجُلًا آدَمَ طُوَالًا جَعْدًا كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ شَنُوءَةَ، وَرَأَيْتُ عِيسَى رَجُلًا مَرْبُوعًا مَرْبُوعَ الْخَلْقِ إِلَى الْحُمْرَةِ وَالْبَيَاضِ سَبِطَ الرَّأْسِ، وَرَأَيْتُ مَالِكًا خَازِنَ النَّارِ
“Di malam aku di-isra’-kan, aku melihat Musa bersosok laki-laki berkulit sawo matang, bertubuh tinggi, dan keriting rambutnya, seolah-olah beliau berasal dari Bani Syanu-ah. Aku juga melihat Isa dalam sosok laki-laki berpostur sedang, berkulit merah pucat, dan berambut lurus. Aku juga melihat Malaikat Malik, sang penjaga Neraka.”
Ketika ditanya perihal Rasulullah melihat Para Nabi pada saat Isra, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H) menjelaskan: “Yang dilihat oleh beliau adalah roh yang tampak dalam bentuk jasad, karena jasad mereka terkubur di bumi. Kecuali Isa, beliau melihat jasad beserta rohnya.”
Berdasarkan dalil-dalil di atas, jelaslah bahwasanya Malaikat penjaga Neraka bernama Malik. Malik adalah pemimpin para Malaikat penjaga Neraka.
5. Malaikat Zabaniyah
Di antara Malaikat penjaga Neraka ada yang bernama Zabaniyah (الزبانية), sebagaimana firman Allah:
سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ
“Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaaniyah (untuk menyiksa orang-orang yang berdosa di Neraka).” (QS. Al-‘Alaq (96): 18)
Allah juga menyebutkan secara khusus 19 Malaikat penjaga Neraka Saqar.
Allah berfirman:
عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ
“Di atasnya ada sembilan belas (Malaikat penjaga Neraka).” (QS. Al-Muddatstsir (74): 30)
Sedangkan jumlah keseluruhan dari para Malaikat penjaga Neraka, maka hanya Allah-lah Yang mengetahuinya.
Allah berfirman:
وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ
“Dan yang Kami (Allah) jadikan penjaga Neraka itu hanya dari Malaikat: dan Kami menentukan bilangan mereka itu sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin, supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang yang beriman itu tidak ragu-ragu,
وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ
dan agar orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (berkata): Apakah yang dikehendaki Allah dengan (bilangan) ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang Dia kehendaki. Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Rabbmu kecuali Dia sendiri. Dan Saqar itu tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia.” (QS. Al-Muddatstsir (74): 31)
Dan di antara sifat-sifat para Malaikat penjaga Neraka adalah berperangai kasar dan keras, tidak pernah sekali pun durhaka kepada Allah Taala, dan selalu mentaati apa pun yang Allah perintahkan kepada mereka.
Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, para penjaganya adalah Malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim (66): 6)
Kita berlindung kepada Allah dari Neraka.
6. Malaikat Munkar
7, Malaikat Nakir
Di antara Malaikat yang pernah disebut namanya oleh Rasulullah adalah Munkar dan Nakir. Hal ini telah ditunjukkan di dalam hadits-hadits yang menyebutkan nama kedua Malaikat ini. Di antaranya: Dari Abu Hurairah: Rasulullah bersabda:
إِذَا قُبِرَ الْمَيِّتُ -أَوْ قَالَ: أَحَدُكُمْ- أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ يُقَالُ لِأَحَدِهِمَا: الْمُنْكَرُ وَالْآخَرِ: النَّكِيرُ فَيَقُولَانِ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟
“Apabila jenazah salah seorang dari kalian telah dikuburkan, ia didatangi dua Malaikat hitam yang kebiru-biruan. Salah satunya disebut Munkar, dan yang lainnya disebut Nakir. Keduanya pun berkata: Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini?”
Penetapan nama Munkar dan Nakir bagi dua Malaikat yang akan mengajukan pertanyaan di alam kubur juga disepakati oleh para ulama Salaf. Imam Abu Jafar ath-Thahawi is berkata:
وَنُؤْمِنُ بمَلَكَ المَوْتِ المُوَكَّلِ بقَبْضِ أَرْواحِ العالَمينَ وَبِعَذَابِ الْقَبْرِ لِمَنْ كَانَ لَهُ أَهْلاً، وَسُؤَالِ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ فِي قَبْرِهِ عَنْ رَبِّهِ وَدِيْنِهِ وَنَبِيِّهِ عَلَى مَا جَاءَتْ بِهِ الْأَخْبَارُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، وَعَنِ الصَّحَابَةِ رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِمْ.
“Kami mengimani adanya Malakul Maut (Malaikat pencabut nyawa), yang bertugas mencabut nyawa seluruh makhluk. Kami pun beriman dengan adanya adzab kubur bagi orang yang berhak mendapatkannya. Juga beriman kepada pertanyaan dari (Malaikat) Munkar dan Nakir di dalam kubur tentang Rabbnya, tentang agamanya, dan tentang Nabinya.” Yakni berdasarkan hadits-hadits dari Rasulullah dan atsar-atsar para Sahabat.”
Imam Ibnu Abil Izz Al-Hanafi (wafat th. 792 H), ketika dia menjelaskan kitab al Aqidah ath-Thahawiyyah. Beliau mengatakan: “Sungguh telah mutawatir hadits-hadits dari Rasulullah yang menjelaskan tentang adanya adzab kubur dan kenikmatannya bagi mereka yang berhak mendapatkannya, demikian juga pertanyaan dua Malaikat (di dalam kubur). Maka dari itulah, wajib hukumnya meyakini dan mengimani kebenaran berita tersebut. Kita tidak boleh membicarakan tentang bagaimana caranya. Sebab, akal tidak akan mampu mencernanya karena memang tidak ada yang menyamainya di dunia ini. Sebenarnya, syariat tidak datang dengan sesuatu yang mustahil menurut akal, hanya saja terkadang ia (syariat) menyebutkan sesuatu yang tidak mampu dicerna oleh akal.”
Imam Ibnul Arabi al-Maliki (wafat th. 543 H) mengatakan: “Dinamai Munkar dengan sebutan yang bersifat umum, mencakup semua hamba yang ditanya, baik mukmin maupun kafir. Karena setiap orang yang melihatnya niscaya akan menghindarinya. Hal itu disebabkan karena keduanya begitu menyeramkan: sangat buruk rupanya, kasar ucapannya, dan mereka selalu memegang alat pemukul yang sangat menakutkan.”
Ini adalah fitnah (ujian) pertama yang dialami setiap mukminin di kehidupan akhirat, sedangkan ia merupakan awal siksaan yang akan dialami oleh setiap orang kafir. Namun, Allah meneguhkan orang mukmin dengan karunia dan janji-Nya. Allah mengajarkan kepada mereka hujjah sehingga orang mukmin tersebut tidak terpengaruh dengan adanya ujian keduanya.
Sebaliknya, Allah menghinakan orang-orang kafir sehingga ia menjawab dengan gagap lalu terdiam. Maka kemurkaan dan siksaan Allah pun dijatuhkan terhadap mereka.
8. Malaikat Harut
9. Malaikat Marut
Di antara para Malaikat, ada yang disebutkan oleh Allah dengan nama Harut dan Marut.
Allah berfirman:
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ
“Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh syaitan-syaitan di masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir, tetapi syaitan-syaitan itulah yang kafir! Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua Malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut, Padahal dua Malaikat ini tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang pun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), karena itu janganlah kamu kafir!”
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Lantas mereka (tetap saja) mempelajari dari kedua (Malaikat) itu apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya. Padahal, mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang pun dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir. Andai mereka tahu.” (QS. Al Baqarah (2): 102)
Allah mengutus Malaikat Harut dan Marut sebagai fitnah (yakni cobaan) bagi para manusia. Imam Ibnu Jarir ath-Thabari, menjelaskan: “Sihir tersebut Allah turunkan kepada kedua Malaikat tersebut, kemudian keduanya mengajarkannya kepada manusia, maka ini bukanlah suatu dosa. Sebab, kedua Malaikat ini mengajarkan sihir tersebut atas izin Allah, setelah keduanya memperingatkan (manusia) bahwa mereka adalah fitnah (ujian) bagi manusia. Keduanya melarang manusia untuk mempelajari dan mengamalkan sihir, serta mengerjakan perbuatan kafir.
Dalam hal ini, yang berdosa adalah mereka yang mempelajari sihir dari kedua Malaikat ini lalu mengamalkannya. Karena Allah telah melarang keras orang-orang untuk mempelajari dan mengamalkan sihir. Seandainya Allah memperbolehkan manusia untuk mempelajarinya, niscaya mempelajari sihir tersebut bukanlah perbuatan dosa, sebagaimana kedua Malaikat tersebut tidak berdosa lantaran mengetahuinya, sebab keduanya mengetahui sihir karena Allah yang menurunkannya kepada mereka.”
Imam ath-Thabari melanjutkan: “Apabila apa-apa yang telah kami katakan di atas masih terasa rancu oleh orang yang bodoh, lalu ia bertanya: “Bagaimana mungkin Malaikat diperbolehkan mengajarkan kepada manusia untuk memisahkan antara suami dengan istrinya. Atau, bagaimana mungkin diturunkannya sihir tersebut kepada kedua Malaikat ini dinisbatkan kepada Allah?”
Maka jawabannya adalah: “Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia telah memberitahukan kepada para hamba-Nya segala sesuatu yang Dia perintahkan dan segala sesuatu yang Dia larang. Kemudian Allah memerintahkan dan melarang mereka setelah mengetahui apa-apa yang telah diperintahkan dan dilarang tersebut. Jikalau tidak demikian, niscaya perintah dan larangan tersebut tidak mungkin bisa dipahami. Demikian juga sihir, ia adalah salah satu hal yang telah Allah larang terhadap hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia.
Maka tidak bisa dipungkiri bahwasanya Allah Yang Maha Mulia mengajarkan kepada kedua Malaikat yang Dia sebutkan dalam al-Qur-an, lalu menjadikan keduanya sebagai ujian bagi manusia, sebagaimana yang Dia firmankan bahwa keduanya mengatakan kepada orang yang hendak mempelajari sihir dari keduanya: إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.” (QS. Al-Baqarah (21: 102), yaitu untuk menguji hamba-hamba-Nya yang telah dilarang untuk memisahkan antara suami dan istrinya dan dari perbuatan sihir.
Maka Allah pun membersihkan orang mukmin dengan membuat mereka tidak mempelajarinya dan Dia menghinakan orang kafir yang mempelajari sihir dan kekafiran dari keduanya. Kedua Malaikat itu ketika mengajarkan sihir kepada manusia adalah dalam kondisi taat kepada Allah, karena hal itu mereka lakukan atas izin dari Allah.
Jika ada sekelompok waliyullah (wali Allah) yang disembah, maka itu bukanlah dosa mereka, sebab mereka sama sekali tidak memerintahkan manusia untuk menyembahnya. Beberapa manusia menyembahnya, sedangkan mereka yang disembah justru melarangnya. Demikian pula dengan kedua Malaikat itu.
Keduanya tidak berdosa disebabkan praktek sihir dari orang yang mempelajarinya setelah keduanya melarang dan menasihati mereka untuk tidak melakukan perbuatan tersebut dengan berkata: إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ “Sesungguhnya kami hanyalah fitnah (cobaan bagimu), oleh sebab itu janganlah kamu kafir?” (QS. Al-Baqarah (2): 102), karena kedua Malaikat itu telah menunaikan apa yang diperintahkan kepada keduanya untuk menyerukan peringatan tersebut.”