1. Sifat-Sifat Malaikat
A. Malaikat Adalah Makhluk Yang Mulia
Allah berfirman:
… بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ (26) لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ (27)
“… Sebenarnya mereka (para Malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka tidak berbicara mendahului-Nya dan mereka selalu mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-Anbiya’ (21): 26-27)
Allah juga berfirman:
بِأَيْدِي سَفَرَةٍ (15) كِرَامٍ بَرَرَةٍ (16)
“(Kitab-kitab suci yang) di tangan para utusan (Malaikat), yang mulia lagi berbakti.” (QS. ‘Abasa (80): 15-16)
Maksudnya, al-Qur’an berada di tangan para utusan, yaitu para Malaikat. Karena, Malaikat adalah utusan Allah kepada para Rasul dan Nabi-Nya.
Imam Al-Bukhari (wafat th. 256 H) berkata: Lafazh “سفرة yang disebut dalam ayat di atas maksudnya para Malaikat. Dalam bahasa Arab, lafazh سَفَرْتُ berarti aku telah mendamaikan di antara mereka. Para Malaikat, ketika turun untuk menyampaikan wahyu Allah, sama seperti seorang duta yang mendamaikan antar kaum yang berselisih.”
Allah menggambarkan para Malaikat sebagai makhluk yang mulia dan berbakti. Bentuk fisik mereka mulia dan indah: akhlak serta tingkah laku mereka baik, suci, dan sempurna.
Dari sini, sudah selayaknya bagi orang yang menghafal al-Qur’an berperilaku dan bertutur kata baik dan lurus. Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah, bahwa Rasulullah bersabda:
مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ حَافِظٌ لَهُ، مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَمَثَلُ الَّذِي يَقْرَؤُهُ وَهُوَ يَتَعَاهَدُهُ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَدِيدٌ، فَلَهُ أَجْرَانِ
“Perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an sedang ia menghafalnya, maka ia akan bersama para Malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca al-Qur’an dengan tekun, dan mengalami kesulitan ketika membacanya, maka ia mendapatkan dua ganjaran.” Shahih: HR. Al Bukhari (no. 4937) dan Muslim (no. 798 (244)).
B. Malaikat Memiliki Sifat Malu
Malu adalah salah satu akhlak Malaikat. Hal ini sebagaimana yang dikabarkan Rasulullah, bahwa Aisyah berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- مُضْطَجِعًا فِي بَيْتِي كَاشِفًا عَنْ فَخْذَيْهِ أَوْ سَاقَيْهِ, فَاسْتَأْذَنَ أَبُو بَكْرٍ فَأَذِنَ لَهُ وَهُوَ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ فَتَحَدَّثَ, ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُمَرُ فَأَذِنَ لَهُ وَهُوَ كَذَلِكَ فَتَحَدَّثَ,
“Rasulullah pernah berbaring di rumahku dalam keadaan kedua paha atau betis beliau tersingkap. Saat itu, Abu Bakar datang meminta izin untuk menemui beliau, beliau pun mengizinkannya, sementara itu beliau masih dalam kondisi tersebut, lalu Abu Bakar berbincang-bincang (dengan beliau). Kemudian, Umar datang meminta izin menemui beliau, beliau pun mengizinkannya, lalu berbincang-bincang (dengan beliau).
ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُثْمَانُ فَجَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَسَوَى ثِيَابَهُ. قَالَ مُحَمَّدٌ -يَعْنِي ابْنُ أَبِي حَرْمَلَةَ الرَّاوِي عَنْهُمْ- وَلَا أَقُولُ ذَلِكَ فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ فَدَخَلَ فَتَحَدَّثَ,
Ketika Utsman datang dan meminta izin masuk, Rasulullah langsung duduk dan merapikan pakaiannya. Muhammad (yakni salah seorang perawi hadits ini)) berkata: Aku tidak mengatakan kejadian ini terjadi dalam satu hari Utsman lalu masuk dan berbincang-bincang (dengan beliau).
فَلَمَّا خَرَجَ قَالَتْ عَائِشَةُ: دَخَلَ أَبُو بَكْرٍ فَلَمْ تَهْتَشَّ لَهُ وَدَخَلَ عُمَرُ وَلَمْ تُبَالِهِ, ثُمَّ دَخَلَ عُثْمَانُ فَجَلَسْتَ وَسَوَّيْتَ ثِيَابَكَ. فَقَالَ: أَلَا أَسْتَحِي مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِي مِنْهُ الْمَلَائِكَةُ
Setelah Utsman pergi, Aisyah berkata kepada beliau: “Ketika Abu Bakar masuk engkau tidak menyambutnya dengan wajah berseri dan tidak mempedulikannya. Dan ketika Umar masuk, engkau juga tidak menyambutnya dengan wajah berseri dan (engkau) tidak mempedulikannya. Namun ketika Utsman masuk, engkau segera duduk dan merapikan pakaian, (mengapa demikian)?” Rasulullah menjawab: “Tidakkah aku merasa malu terhadap seorang laki-laki yang Malaikat saja merasa malu terhadapnya?” Shahih
C. Malaikat Sangat Takut Kepada Allah
Allah berfirman:
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ
“Dia (Allah) mengetahui segala sesuatu yang ada di hadapan mereka (Malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai (Allah), dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (QS. Al-Anbiya (21): 28)
Allah juga berfirman:
وَلَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“Dan syafaat (pertolongan) di sisi-Nya hanya berguna bagi orang yang telah diizinkan-Nya (memperoleh syafaat itu). Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka (para Malaikat itu), mereka berkata: Apakah yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?” Mereka menjawab: (Perkataan) yang benar, dan Dia-lah Yang Maha Tinggi, Maha Besar.” (QS. Saba’ (34): 23)
Tatkala pengetahuan para Malaikat tentang Allah sangat besar, maka pengagungan dan rasa takut mereka (kepada Allah) pun juga sangat besar.
Besarnya rasa takut para Malaikat kepada Allah dapat tergambar melalui hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: “Rasulullah bersabda:
إِذَا تَكَلَّمَ الله تَعَالَى بِالْوَحْي سَمِعَ أَهْلُ السَّماءِ صَلْصَلَةً كَجَرِّ السِّلْسِلَةِ عَلَى الصَّفَا، فَيُصْعَقُونَ، فَلاَ يَزَالُونَ كَذَلِكَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ جبرِيلُ – عليه السلام -، حَتَّى إِذَا جَاءَ فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ، فَيَقُولُونَ: يَا جِبْرِيلُ! مَاذَا قَالَ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: الْحَقَّ فَيَقُولُونَ: الْحَقَّ .. الْحَقَّ
“Apabila Allah Ta’ala berbicara (menyampaikan) wahyu, maka penduduk langit mendengar langit (bersuara) gemerincing seperti gesekan rantai di atas batu licin, hingga mereka pun pingsan. Dan mereka pun terus-menerus dalam kondisi seperti itu hingga datanglah (Malaikat) Jibril. Ketika Jibril datang, mereka pun sadar,” Beliau bersabda: “Lalu mereka berkata: Wahai Jibril, apa yang disampaikan oleh Rabbmu? Jibril menjawab: “Kebenaran.” Mereka pun lantas berkata: “Kebenaran, kebenaran.”
Dan diriwayatkan dari Jabir, bahwasanya Rasulullah bersabda:
مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي بِالْمَلَإِ الْأَعْلَى، وَجِبْرِيلُ كَالْحِلْسِ الْبَالِي مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Aku melintasi para Malaikat pada malam aku di-Isra’-kan, sementara Jibril bagaikan alas tikar yang basah karena takut kepada Allah Ta’ala.”
D. Malaikat Selalu Taat Kepada Allah
Malaikat bertabiat untuk selalu taat kepada Allah. Malaikat tidak memiliki kemampuan untuk bermaksiat pada-Nya.
Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya Malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa-apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim (66): 6)
E. Malaikat Tertib Dan Disiplin Beribadah
Malaikat adalah hamba Allah yang disifati dengan seluruh sifat ubudiyyah (penghambaan). Mereka melakukan pelayanan dan selalu melaksanakan berbagai perkara yang Allah perintahkan.
Di antara kesempurnaan penghambaan Malaikat kepada Allah adalah mereka tidak sedikit pun mendahului Allah ketika berbicara melalui usulan ataupun sanggahan. Bahkan, mereka senantiasa menunaikan segala perintah Allah, serta bersegera memenuhi seruan-Nya.
Allah berfirman:
لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
“Mereka tidak berbicara mendahului-Nya dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-Anbiya (21): 27)
Dan mereka, para Malaikat, tidak mengerjakan sesuatu pun selain yang diperintahkan Allah kepada mereka. Perintah Allah-lah yang menggerakkan diri mereka dan perintah Allah pulalah yang menghentikan mereka.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Rasulullah berkata kepada Jibril, “Bisakah engkau mendatangi kami lebih sering lagi?” Maka turunlah ayat:
وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَلِكَ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا
“Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Rabbmu. Milik-Nya segala yang ada di hadapan kita, yang ada di belakang kita dan segala yang ada di antara keduanya, dan Rabbmu tidak lupa.” (QS. Maryam (19): 64) Shahih: HR. Al Bukhari (no. 3218).
2. Bentuk-bentuk Ibadah Malaikat
Para Malaikat adalah hamba-hamba Allah yang selalu taat beribadah kepada-Nya. Segala penunaian perintah Allah merupakan bentuk ibadah para Malaikat. Bahkan para Malaikat juga mengerjakan bentuk-bentuk ibadah seperti ibadahnya kaum mukminin, di antaranya:
Para Malaikat senantiasa berdzikir kepada Allah, dan seagung-agung dzikir mereka adalah bertasbih. Maka seluruh Malaikat pun senantiasa bertasbih kepada Allah hingga para Malaikat pemikul Arsy juga bertasbih kepada-Nya.
Allah berfirman:
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
“(Malaikat-malaikat) yang memikul Arsy dan (Malaikat) yang berada di sekeliling Arsy bertasbih dengan memuji Rabbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan bagi orang-orang yang beriman (seraya berkata): “Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah mereka dari adzab Neraka.” (QS. Al-Mu’min (40):7)
Allah juga berfirman:
تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْ فَوْقِهِنَّ وَالْمَلَائِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَلَا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Allah) dan Malaikat-malaikat bertasbih memuji Rabbnya dan mereka memohonkan ampunan untuk orang yang ada di bumi. Ingatlah, sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Asy-Syura (42): 5)
Para Malaikat terus-menerus bertasbih kepada Allah saat siang maupun malam.
Allah berfirman:
يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ
“Mereka (Malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang.” (QS. Al-Anbiya (21): 20)
Allah juga berfirman:
وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّونَ (165) وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ (166)
“Dan sesungguhnya kami (para Malaikat) selalu teratur dalam barisan (dalam melaksanakan perintah Allah). Dan sungguh, kami benar-benar terus bertasbih (kepada Allah).” (QS. Ash-Shaffat (37): 165-166)
Para Malaikat senantiasa membanyakkan tasbih, karena tasbih ini adalah seutama-utama dzikir. Hal ini sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Dzarr, ia berkata: “Rasulullah ditanya: Apakah dzikir yang paling utama?” Beliau lalu menjawab: “Yaitu apa yang telah Allah pilihkan bagi para Malaikat-Nya atau para hamba-Nya, yaitu: (سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ). Subhanallahi wa bihamdih (Maha Suci Allah dan bagi-Nya segala puji).”