14. Malaikat Memiliki Sayap
Allah menciptakan Malaikat dalam wujud memiliki sayap-sayap. Di antara mereka ada yang memiliki dua pasang sayap, ada yang tiga, ada yang empat, dan ada yang lebih banyak lagi dari itu.
Allah berfirman:
الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya menurut apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fathir (35): 1)
Dan telah disebutkan dalam beberapa hadits bahwasanya Rasulullah mengabarkan tentang Malaikat Jibril yang memiliki 600 sayap.
Juga akan disebutkan, insya Allah, perihal para Malaikat yang menaungi orang yang sedang berdzikir kepada Allah dengan sayap-sayapnya, juga kepada para penuntut ilmu syar’i.
Dan diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, ia berkata:
لَمَّا كَانَ يَوْمُ أُحُدٍ، جِيءَ بِأَبِي مُسَجًّى، وَقَدْ مُثِّلَ بِهِ، قَالَ: فَأَرَدْتُ أَنْ أَرْفَعَ الثَّوْبَ، فَنَهَانِي قَوْمِي، ثُمَّ أَرَدْتُ أَنْ أَرْفَعَ الثَّوْبَ، فَنَهَانِي قَوْمِي،
“Pada saat terjadi perang Uhud, ayahku dibawa dalam keadaan diselimuti kain, beliau telah dicincang-cincang (oleh kaum musyrikin). Maka aku pun ingin membuka kain penutup tersebut, namun kaumku melarangku, kemudian aku ingin membukanya lagi, namun kaumku melarangku lagi.
فَرَفَعَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَوْ أَمَرَ بِهِ فَرُفِعَ فَسَمِعَ صَوْتَ بَاكِيَةٍ أَوْ صَائِحَةٍ، فَقَالَ: «مَنْ هَذِهِ؟» فَقَالُوا بِنْتُ عَمْرٍو، أَوْ أُخْتُ عَمْرٍو،
Lalu Rasulullah pun membukanya atau beliau memerintahkan untuk dibuka, maka dibukalah kain tersebut. Kemudian Rasulullah pun mendengar suara tangisan atau teriakan seorang wanita, beliau bertanya: “Siapakah itu?” mereka menjawab: Anak perempuan ‘Amr atau saudara perempuan ‘Amr:
فَقَالَ: «وَلِمَ تَبْكِي؟ فَمَا زَالَتِ الْمَلَائِكَةُ تُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا حَتَّى رُفِعَ»
Maka beliau bersabda: “Mengapa engkau menangis? (Atau bersabda: Jangan menangis!) Sungguh, para Malaikat Senantiasa menaunginya dengan sayap-sayap mereka hingga ia diangkat.” Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 1293), Muslim (no. 2471 (129)), Ahmad (III/307) atau (no. 14295). Lafazh ini milik Muslim.
Nash-nash tadi menunjukkan bahwa sayap Malaikat adalah sayap hakiki yang dengannya mereka terbang serta menaungi orang-orang yang sedang menuntut ilmu. Boleh jadi memang ada Malaikat-malaikat tertentu yang bertugas melakukan hal tersebut.
Kita beriman kepada nash-nash ini berikut apa yang ditunjukkan olehnya, dan kita berkeyakinan bahwa para Malaikat memiliki sayap yang diciptakan oleh Allah dengan jumlah yang berbeda-beda antara Malaikat yang satu dengan Malaikat yang lainnya. Juga bahwa sayap tersebut sangat indah, memiliki berbagai warna, serta sangat kokoh. Wallahu a’lam.
15. Malaikat Memiliki Kaki
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, tentang kisah hijrahnya Nabi Ibrahim beserta anaknya —Isma’il— dan ibundanya ke Makkah. Di dalamnya disebutkan bahwa ibunda Ismail berlari-lari seperti halnya orang yang mengalami kesusahan, di antara Shafa dan Marwa sebanyak tujuh kali, untuk mencari air:
فَلَمَّا أَشْرَفَتْ عَلَى الْمَرْوَةِ سَمِعَتْ صَوْتًا فَقَالَتْ: صَهٍ تُرِيدُ نفسها، ثم تسمعت فسمعته أَيْضًا فَقَالَتْ: قَدْ أَسْمَعْتَ إِنْ كَانَ عِنْدَكَ غِوَاثٌ، فَإِذَا هِيَ بِالْمَلَكِ عِنْدَ مَوْضِعِ زَمْزَمَ فَبَحَثَ بِعَقِبِهِ أَوْ قَالَ بِجَنَاحِهِ حَتَّى ظَهَرَ الْمَاءُ
“Lalu, tatkala menaiki bukit Marwa, ia mendengar suara, ia pun berkata kepada dirinya sendiri: “Diamlah!” Kemudian saat ia berusaha untuk mendengar, maka ia pun mendengarnya lagi. Lalu ia berkata: “Engkau telah memperdengarkan suaramu, apakah di sisimu ada pertolongan!” Tiba-tiba ia melihat Malaikat di sisi lokasi air Zamzam. Malaikat itu pun mencari (air) dengan tumit atau dengan sayapnya hingga muncullah air.” Shahih: HR. Al Bukhari (no. 3364, 3365).
Juga berdasarkan riwayat dari Anas bin Malik tentang betapa besarnya tubuh Malaikat pemikul Arsy, kedua kakinya berada di bumi yang paling bawah, dan Arsy berada di atas pundaknya.” Shahih. HR. Ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Ausath (no. 6503) dan Abu Ya’la al-Mushili (XI/496, no. 6619 dari Abu Hurairah).
16. Tempat Tinggal Malaikat
Kedudukan dan tempat tinggal para Malaikat adalah di langit. Ini berdasarkan firman Allah:
تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْ فَوْقِهِنَّ وَالْمَلَائِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَلَا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Allah) dan Malaikat-malaikat yang bertasbih memuji Rabbnya, juga memohonkan ampunan bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Asy-Syura (42): 5)
Allah Taala juga mensifati bahwa para Malaikat berada di sisi-Nya. Allah berfirman:
فَإِنِ اسْتَكْبَرُوا فَالَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ يُسَبِّحُونَ لَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُمْ لَا يَسْأَمُونَ
“Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (Malaikat) yang di sisi Rabbmu bertasbih kepada-Nya pada malam dan siang hari, sedang mereka tidak pernah jemu.” (QS. Fushshilat (41): 38)
Malaikat hanya akan turun ke dunia jika ada perintah dari Allah untuk menunaikan berbagai urusan yang diembankan kepada mereka, Allah berfirman:
وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَلِكَ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا
“Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Rabbmu. Milik-Nya segala yang ada di hadapan kita, yang ada di belakang kita, dan segala yang ada di antara keduanya, dan Rabbmu tidaklah lupa.” (QS. Maryam (19): 64)
Dan para Malaikat juga turun ke bumi pada waktu-waktu tertentu, seperti pada malam Lailatul Qadar.
Allah berfirman:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4)
“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para Malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Rabbnya untuk mengatur semua urusan.” (QS. Al-Qadr (97): 3-4)
17. Jumlah Para Malaikat
Malaikat diciptakan oleh Allah dalam jumlah yang sangat banyak, tidak ada yang mengetahui jumlah keseluruhannya selain Allah Yang telah menciptakan mereka.
Allah berfirman:
وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا
“Dan yang Kami jadikan penjaga Neraka itu hanyalah dari Malaikat: dan Kami menentukan jumlah mereka itu hanya sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, agar orang-orang yang diberi Kitab menjadi yakin, agar orang yang beriman bertambah imannya,
وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا
agar orang-orang yang diberi Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan agar orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (berkata): Apakah yang dikehendaki Allah dengan (bilangan) ini sebagai suatu perumpamaan?
كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ
Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang Dia kehendaki. Tidak ada yang mengetahui bala tentara Rabbmu kecuali Dia sendiri, dan Saqar itu tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia.” (QS. Al-Muddatstsir (74): 31)
Rasulullah juga pernah menceritakan tentang perjalanan Isra’ dan Mi’raj, dan beliau dibawa ke Baitul Ma’mur yang berada di langit ketujuh.
Beliau bersabda:
ثُمَّ رُفِعَ لِي الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ، فَقُلْتُ: يَا جِبْرِيلُ مَا هَذَا؟ قَالَ: هَذَا الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ يَدْخُلُهُ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، إِذَا خَرَجُوا مِنْهُ لَمْ يَعُودُوا فِيهِ آخِرُ مَا عَلَيْهِمْ
“Kemudian aku dibawa (diperlihatkan) ke Baitul Ma’mur, aku bertanya: “Wahai Jibril, ini apa?” Jibril menjawab: Ini Baitul Mamur, setiap harinya dimasuki 70.000 (tujuh puluh ribu) Malaikat, apabila mereka keluar darinya, maka mereka tidak kembali lagi kepadanya, itulah terakhir kali mereka memasukinya.” Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 3207), Muslim (no. 264 (162)), dan Ahmad (IV/210) atau (no. 17836).
Imam an-Nawawi (wafat th. 676 H) menjelaskan: “Hadits ini merupakan sebesar-besar dalil yang menunjukkan akan banyaknya jumlah Malaikat.”
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, bahwa ia berkata: “Rasulullah bersabda:
يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زِمَامٍ مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّونَهَا
“Pada saat itu (Kiamat) didatangkanlah Neraka Jahannam yang memiliki 70.000 tali kekang, setiap satu tali kekang ditarik oleh 70.000 Malaikat.” Shahih: HR. Muslim (no, 2842 (29).
Dalil lainnya yang menunjukkan betapa banyaknya jumlah Malaikat adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Dzarr al-Ghifari, bahwa Rasulullah bersabda:
إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ وَأَسْمَعُ مَا لَا تَسْمَعُونَ، أَطَّتِ السَّمَاءُ وَحُقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ، مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلَّا وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا لِلَّهِ، وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا
“Sesungguhnya aku bisa melihat apa-apa yang tidak bisa kalian lihat, dan aku bisa mendengar apa-apa yang tidak bisa kalian dengar. Sungguh, langit itu bergemuruh merintih, dan ia pantas untuk merintih. Tidak ada satu pun tempat seluas empat jari tangan melainkan di tempat tersebut terdapat Malaikat yang sedang meletakkan keningnya, bersujud kepada Allah. Demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian akan sedikit tertawa dan lebih banyak menangis.” Hasan: HR. Ahmad (V/173) atau (no. 21516), at-Tirmidzi (no. 2312), Ibnu Majah (no. 4190), dan Al-Hakim (IV/579). Lihat Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah (no. 1722).
Belum lagi jika Anda mencermati dalil-dalil yang menyebutkan tentang para Malaikat yang mengurusi setiap manusia, maka tidak bisa dibayangkan betapa banyaknya jumlah mereka. Seperti ada Malaikat yang diserahi tugas untuk mengurus setiap nuthfah, ada dua Malaikat yang bertugas mencatat amal perbuatan setiap manusia, ada Malaikat yang bertugas menjaga setiap manusia, dan ada Malaikat yang selalu mengiringi manusia untuk selalu memberi petunjuk serta bimbingan.
18. Apakah Malaikat Mengalami Kematian?
Pada akhirnya, para Malaikat juga mati sebagaimana matinya manusia dan jin. Telah datang dalil yang jelas tentang hal ini, yaitu firman Allah,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
“Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu) maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah).” (QS. Az-Zumar (39): 68)
Para Malaikat juga tercakup di dalam ayat di atas karena mereka juga berada di langit. Al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan: “Yang dimaksud adalah peniupan sangkakala yang kedua, yaitu tiupan yang mengakibatkan sha’iq yang berakibat pada kematian semua yang hidup dari penduduk langit serta bumi kecuali yang Allah kehendaki sebagaimana disebutkan secara jelas serta ditafsirkan di dalam hadits masyhur mengenai Sangkakala.
Lalu nyawa yang masih tersisa pun akan dicabut, hingga yang paling akhir mati adalah Malaikat Maut dan tinggallah Allah sendiri Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), Dia-lah Yang Pertama dan Yang Terakhir, Yang akan hidup kekal selamanya.
Pada saat itulah, Allah berfirman:
… لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ …
“… Milik siapakah kerajaan pada hari ini …?” (sebanyak tiga kali). Kemudian Allah menjawabnya sendiri:
… لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
“… (Seluruhnya) milik Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.”
Juga ada dalil yang menunjukkan tentang matinya Malaikat ketika ditiupnya Sangkakala, yaitu firman Allah:
وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi wewenang-Nya, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.” (QS. Al-Qashash (28): 88)
Adapun apakah salah satu di antara para Malaikat ada yang mati sebelum peniupan Sangkakala? Maka persoalan ini tidak kita ketahui, dan kita tidak mampu menyelaminya karena tidak adanya dalil yang menetapkannya maupun yang mengingkarinya. Wallahu a’lam.