PENTINGNYA IMAN HARI AKHIR

stars, galaxy, space, rosette nebula, star clusters, milky way, outer space, universe, cosmos, celestial objects, astronomical objects, astronomy, stars, galaxy, galaxy, space, space, space, space, space, universe

Mengapa disebut dengan hari akhir? Sebab hari tersebut adalah hari yang terakhir yang tidak ada ujungnya. Di hari akhirat tidak akan ada lagi malam, yang ada hanyalah siang yang diterangi cahaya. Berbeda dengan dunia, matahari akan terbit dan tenggelam yang hal tersebut menandakan pergantian hari. Sementara pada hari kiamat matahari dan rembulan dikumpulkan dan di lempar di neraka.

Disebut dengan hari akhir juga karena hari tersebut adalah tahapan yang terakhir. Sebagaimana yang telah kita ketahui tahapan manusia berawal dari العدم (tidak ada).

Allah berfirman:

هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا

“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (QS. Al-Insan: 1)

Kemudian الجنين (janin), kemudian في الدنيا (di dunia), Allah berfirman:

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)

Kemudian البرزخ (alam barzakh), Allah berfirman:

وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“Dan di hadapan mereka ada barzakh (perantara) sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mukminun: 100)

Dan kemudian tahapan yang terakhir yaitu hari akhirat (hari kebangkitan), tidak ada lagi tahapan setelah itu.

Saat ini kita tengah berada di tahapan kehidupan di dunia yang kemudian setelah ini kita akan masuk ke dalam alam barzakh yaitu perantara antara alam dunia dan hari kebangkitan. Alam barzakh termasuk bagian dari hari akhirat, sebab barzakh adalah permulaan dari hari akhirat.

Yang menjadi masalah adalah berpindahnya manusia dari tahapan dunia ke tahapan barzakh seringnya tanpa ada pemberitahuan. Oleh karena itu kita harus selalu siap untuk menghadapi tahapan itu, sebab setiap manusia pasti akan melewati tahapan itu yaitu alam barzakh.

Urgensi Mempelajari Iman Kepada Hari Akhir

Pertama: Beriman kepada hari akhirat merupakan salah satu dari 3 perkara pokok yang merupakan intisari dakwah seluruh Nabi.

Ibnul Qayyim berkata:

الأصول الثلاثة التي اتفق عليها جميع الملل وجاءت بها جميع الرسل؛ وهي الإيمان باللّه واليوم الآخر، والأعمال الصالحة

“Tiga pokok yang disepakati oleh seluruh agama dan diserukan oleh seluruh Rasul, yaitu iman kepada Allah, iman kepada hari akhirat, dan ajakan untuk beramal shaleh.

Allah berfirman,

قال تعالى: إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi’in, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shaleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 62)

Kedua: Allah menyebutkan banyak dalil baik secara akal ataupun nash dari Al-Qur’an ataupun sunnah yang membuktikan mungkinnya terjadi hari kebangkitan.

Ketiga: Banyak penyimpangan yang terjadi mengenai keyakinan tentang hari akhir. Seperti: Pengingkaran kaum musyrikin Arab terhadap hari akhir. Keyakinan tentang reinkarnasi (Kehidupan dunia adalah pembalasan. Kehidupan saat ini akan mendapat balasan di kehidupan selanjutnya. Dan begitu seterusnya).

Keyakinan ini merupakan sesuatu yang tidak logis, sebab logika dari pembalasan adalah seseorang yang menerima balasan harus ingat tentang apa yang telah ia lakukan sebelumnya, kemudian baru merasakan balasan dari perbuatan tersebut.

Kenyataannya jika kita mengikuti konsep reinkarnasi, ternyata tidak ada satu pun manusia yang mengetahui bahwa ia sedang hidup di kehidupan yang ke berapa saat ini, tidak satu pun manusia juga mengingat tentang apa yang telah ia lakukan di kehidupan sebelumnya, dan yang lebih jelas lagi adalah tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ada kehidupan sebelum kehidupan ini.

Dari sini konsep reinkarnasi menjadi tidak logis dari dua sisi, pertama karena balasan akan berlangsung di dunia, kedua karena tidak ada satu pun bukti tentang kehidupan sebelumnya sehingga tidak seorang pun yang ingat akan kehidupan sebelumnya.

Berbeda dengan konsep Surga dan Neraka, seluruh manusia akan ingat tentang apa yang telah ia lakukan di dunia.

Allah berfirman tentang perkataan manusia di akhirat:

إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ

“Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya.” (QS. Ath-Thur: 28)

Allah juga berfirman:

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا (27) يَاوَيْلَتَا لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (28) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا (29)

“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”, Kecelakaan besarlah bagiku: kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku), Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku.” (QS. Al-Furqon: 27 – 29)

Jadi baik penghuni surga atau penghuni neraka mereka benar-benar ingat apa yang pernah mereka lakukan selama di dunia, dan mereka sadar bahwa apa yang mereka rasakan di akhirat (di surga atau neraka) adalah benar-benar balasan dari usaha yang telah mereka lakukan di dunia.

 Keyakinan sebagian ahli filsafat bahwasanya yang dibangkitkan hanya roh bukan jasad.

Keempat: Allah memuji orang-orang yang selalu memikirkan akhirat.

Allah berfirman:

وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ (45) إِنَّا أَخْلَصْنَاهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ (46) وَإِنَّهُمْ عِنْدَنَا لَمِنَ الْمُصْطَفَيْنَ الْأَخْيَارِ (47)

“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (QS. Shad: 45-47)

Pada ayat ini ada dua penafsiran tentang makna. ذكرى الدار Pertama yaitu mereka selalu mengingat akhirat, kedua mereka selalu mengingatkan orang lain tentang akhirat. Pada akhirnya dua hal ini merupakan sebuah kelaziman, seseorang yang selalu mengingat akhirat ia akan selalu mengingatkan orang lain tentang akhirat.

Dalam sebuah hadits salah seorang sahabat bertanya kepada Nabi:

فَأَيُّ المُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ؟ قَالَ: أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْراً، وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ استعدادا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ

“Mukmin manakah yang paling cerdas? Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak dan baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.”

Nabi juga pernah bersabda:

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ، يعني: الموتَ،

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian.”

Kelima: Allah menggandengkan iman kepada Allah dengan iman kepada hari akhirat di dalam Al-Qur’an lebih dari dua puluh kali.

Hal ini tidak Allah lakukan pada rukun-rukun iman yang lain.

Keenam: Pengaruh iman kepada hari akhir bagi seseorang sangat luar biasa dalam beramal shaleh dan meninggalkan maksiat.

Orang yang sering mengingat kematian, maka ia akan dianugerahi tiga perkara, yaitu: sering bertobat, semangat beribadah, dan qanaah. Sebaliknya orang yang jarang mengingat kematian maka ia akan jarang bertobat, tidak semangat beribadah, dan tidak pernah qanaah. Hal ini disebabkan karena mereka merasa hidup mereka akan panjang.

Allah berfirman:

الَّذِي جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُ (2) يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ (3)

“Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya.” (QS. Al-Humazah: 2-3)

Di antara sebab Allah menggandengkan iman kepada Allah dengan iman kepada akhirat adalah karena iman kepada akhirat itu membuat seseorang bersemangat untuk melakukan amal shaleh dan meninggalkan kemaksiatan.

Contoh di dalam Al-Qur’an Allah sebutkan dalam masalah talak, Allah berfirman:

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ وَأَحْصُوا الْعِدَّةَ وَاتَّقُوا اللَّهَ رَبَّكُمْ لَا تُخْرِجُوهُنَّ مِنْ بُيُوتِهِنَّ وَلَا يَخْرُجْنَ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ لَا تَدْرِي لَعَلَّ اللَّهَ يُحْدِثُ بَعْدَ ذَلِكَ أَمْرًا (1)

“Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru. (QS. Ath-Thalaq: 1)

فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ فَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِنْكُمْ وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2)

Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. Ath-Thalaq: 2)

Pada ayat ini Allah memberi wasiat kepada orang yang ingin menceraikan istrinya agar beriman kepada Allah dan hari akhir. Sebab, perkara cerai merupakan perkara yang berat sehingga seseorang sulit untuk menjalankan perintah dan aturan Allah, hanya orang yang tegar dan yakin akan hari kiamat yang mampu melaksanakan perceraian sesuai dengan aturan Allah. Hal ini karena seseorang jika beriman dengan hari kiamat maka ia akan yakin bahwasanya di akhirat kelak ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa-apa yang ia lakukan.

Dalam sebuah hadits Nabi ketika memotivasi untuk beramal shaleh maka beliau mengingatkan tentang hari akhir.

Nabi bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ, وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Muslim No. 49)

Seseorang jika kurang beriman kepada hari akhir ia akan mudah melakukan maksiat. Dalam sebuah ayat Allah memberikan isyarat bahwa orang-orang yang kurang beriman kepada hari akhir mereka melakukan curang pada timbangan.

Allah berfirman:

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ (1) الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ (2) وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ (3) أَلَا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ (4)

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.” (QS. Al-Muthaffifin: 1-4)

Berbeda dengan orang yang beriman dengan hari akhir ia akan hati-hati dalam bertindak. Umar bin Khattab pernah berkata ketika ia menjadi khalifah di Madinah:

لَوْ مَاتَتْ شَاةٌ عَلَى شَطِّ الْفُرَاتِ ضَائِعَةً لَظَنَنْتُ أَنَّ اللهَ تَعَالَى سَائِلِي عَنْهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Jika ada seekor kambing mati di pinggir sungai Efrat (di Iraq) karena tersesat (tidak ada yang mengurusinya), aku khawatir Allah akan menanyakanku tentang itu pada hari kiamat.”

Iman kepada hari akhirat menjadikan seseorang bertakwa kepada Allah, menjadikan seseorang istiqomah, menjadikan seseorang takut berbuat maksiat, menjadikan seseorang melakukan amal shaleh.

Secara teori kita semua pandai ketika berbicara tentang iman kepada hari akhir. Akan tetapi kenyataannya kondisi sebagian kita mendustakan hal tersebut, hal ini tidak lain karena keyakinan sebagian kita sangat kurang terhadap hari akhir.

Hasan Al-Bashri pernah berkata:

مَا رَأَيْتُ يَقِينًا لَا شَكَّ فِيهِ أَشْبَهَ بِشَكٍّ لَا يَقِينَ فِيهِ كَالْمَوْتِ

“aku tidak pernah melihat suatu kepastian yang tidak mengandung keraguan sama sekali serupa dengan suatu keraguan yang tidak mengandung kepastian sama sekali daripada kematian.”

Maksud dari perkataan Hasan Al-Bashri, ini adalah kematian adalah suatu keyakinan yang pasti bagi kita. Akan tetapi praktik kehidupan sebagian kita menyelisihi keyakinan itu. Terbukti sebagian kita masih malas melakukan ibadah dan masih semangat melakukan berbagai macam maksiat, sehingga kematian yang kita yakini seakan berubah menjadi sesuatu keraguan yang tidak ada keyakinan padanya.

Umar bin Abdul Aziz seorang khalifah yang mulia pernah berkhotbah dengan khotbah yang sangat singkat. Isi khutbah tersebut adalah:

أيها الناس إن الله تعالى خلق خلقه ثم أرقدهم ثم يبعثهم من رقدهم فإما إلى الى جنة وإما إلى نار والله إن كنا مصدقين بهذا إنا لحمقى وإنّ كنّا مكذبين بهذا إنّا لهلكى ثم نزل

“Wahai manusia sekalian, sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk (manusia), kemudian Allah tidurkan mereka (masuk ke alam barzakh), kemudian Allah bangkitkan mereka dari tidur mereka untuk menuju surga atau neraka, Demi Allah jika kita membenarkan hal ini maka sungguh kita adalah orang yang dungu. Dan jika kita mendustakan hal ini maka sungguh kita akan binasa. Kemudian Umar bin Abdul Aziz turun dari mimbar.”

Maksud Umar bin Abdil aziz dengan khotbahnya yang sangat singkat tersebut, jika kita mendustakan hari kebangkitan tentu kita akan binasa, namun jika kita membenarkan maka sesungguhnya kita pada hakikatnya adalah dungu, karena seakan-akan amal perbuatan kita tidak menunjukkan pembenaran tersebut, atau kita dungu karena kita tidak mempersiapkan diri untuk bertemu dengan hari tersebut. Wallahu a’lam.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top