PENJELASAN BAB 2 TENTANG KEMURNIAN TAUHID ADALAH TIKET MASUK SURGA TANPA HISAB

tulip bouquet, tulips, bunch of flowers, vase, flower wallpaper, flower vase, decoration, still life, chair, wooden chair, flower, decorative, interior design, flower background, vintage, antique, grunge, yellow tulips, texture, romantic, design, nature, rustic, beautiful flowers, postcard, still life, still life, still life, still life, still life

Firman Allah,

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif (berpegang teguh pada kebenaran), dan sekali-kali ia bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan).” (QS. An-Nahl: 120).

وَالَّذِينَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ

“Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Rabb mereka (sesuatu apapun)”. (QS. Al Mu’minun: 59).

Hushain bin Abdurrahman berkata, “Suatu ketika aku berada di sisi Said bin Jubair, lalu ia bertanya, Adakah yang semalam melihat bintang jatuh?” Kemudian aku menjawab, “Aku”, kemudian aku buru-buru menambahkan, “Ketahuilah, sesungguhnya ketika itu aku tidaklah sedang melaksanakan shalat, akan tetapi aku terjaga malam itu karena disengat kalajengking.

Lalu Sa’id bertanya kepadaku, “Lalu, apa yang kau lakukan?” Aku menjawab: Aku minta diruqyah?” Sa’id bertanya “lagi, Atas dasar apa kamu melakukan hal itu?” Aku menjawab, “Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Asy-Sya’by kepada kami.” Sa’id bertanya lagi, “Hadits apakah itu?”

Aku pun menjawab, “Sebuah hadits dari Buraidah bin Hushaib,

لَا رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمَةِ

“Tidak boleh ruqyah kecuali karena ain atau terkena sengatan.”

Said pun berkata, “Sungguh baik sikap seseorang yang mengamalkan apa yang telah ia dengar, Hanya saja dalam hal ini, Ibnu Abbas telah menuturkan kepada kami, bahwa Rasulullah pernah bersabda,

عُرِضَتْ عَلَيَّ الأُمَمُ فرأيتُ النَّبِيَّ مَعَهُ الرَّهْطُ، والنَّبيَّ مَعَهُ الرَّجل، والنَّبيَّ مَعَه الرَّجلانِ، والنَّبيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ،

Telah diperlihatkan kepadaku beberapa umat, lalu aku melihat seorang nabi yang bersamanya ada sekelompok orang, seorang nabi yang bersamanya hanya satu dan dua arang saja, dan nabi lain lagi yang tak seorang pun yang menyertainya.

إِذْ رُفِعَ لي سوادٌ عظيمٌ، فظننت أنهم أمتي فقيل لي: هَذَا موسى وَقَومُه، فنظرت فإذا سوادٌ عظيمٌ، فقيلَ لي: هذه أُمّتك وَمعهُمْ سبعون ألفًا يدخلون الجنَّة بغيرِ حسابٍ ولا عذابٍ

Tiba-tiba diperlihatkan kepadaku sekelompok orang yang banyak jumlahnya. Aku pun mengira bahwa mereka, itu umatku. Namun ternyata dikatakan kepadaku bahwa mereka itu adalah Musa dan kaumnya. Tiba-tiba aku melihat lagi sekelompok orang lainnya yang jumlahnya juga sangat banyak. Lalu dikatakan kepadaku bahwa mereka itu adalah umatku, dan di antara mereka ada 70.000 (tujuh puluh ribu) orang yang akan masuk surga tanpa dihisab dan tanpa disiksa lebih dahulu.

Kemudian Rasulullah bangkit dari duduknya, lalu memasuki rumahnya. Para sahabat pun mulai memperbincangkan tentang 70.000 orang itu. Ada yang memperkirakan bahwa mereka adalaha orang-orang yang menyertai Rasulullah semasa hidupnya, ada pula yang memperkirakan bahwa mereka adalah orang-orang yang dilahirkan sebagai muslim dan tidak pernah menyekutukan Allah dengan sesuatu pun (hingga ia wafat), dan mereka menyebutkan berbagai perkiraan lainnya.

Kemudian Rasulullah pun keluar, lalu para sahabat pun memberitahukan rasa penasaran mereka kepada beliau. Rasulullah pun bersabda,

هُم الذين لا يسترقون، ولا يَتَطيَّرون ولا يكتوون ، وعلى ربِّهم يتوكِّلون

“Mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah minta ruqyah, tidak melakukan tathayyur, tidak pernah meminta untuk di-kayy, dan mereka adalah orang-orang yang bertawakal kepada Tuhan mereka.”

(Mendengar itu), seketika Ukkasyah bin Mihshan pun berdiri dan berkata kepada Rasulullah, “Mohonkanlah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka!” Rasulullah pun menjawab, “Ya, engkau termasuk golongan mereka.

Kemudian berdirilah salah seorang sahabat lainnya seraya berkata, “Mohonkanlah kepada Allah agar aku juga termasuk golongan mereka. Rasulullah pun menjawab,

سبقكَ بها عُكَّاشَةُ

“Kamu telah didahului Ukkasyah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Catatan:

1. Ruqyah adalah penyembuhan dengan bacaan ayat-ayat al-Qur’an atau doa-doa.

2. ‘Ain adalah pengaruh jahat yang disebabkan oleh rasa dengki seseorang, melalui pandangan matanya dan disebut juga penyakit mata.

3. Tathayyur disebut juga khurafat atau takhyaul adalah mengait-ngaitkan kejelekan, keburukan, atau kesialan, dengan sesuatu yang dilihat, didengar, baik berupa angka-angka, fenomena alam, atau pun perbuatan dan kejadian tertentu, yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan kejelekan tersebut, baik dalam tinjauan syariat maupun fakta di dunia nyata.

Syarah:

Setiap hamba yang bertauhid dapat dipastikan bahwa kesudahannya adalah surga. Hanya saja, tahapan yang akan mereka lalui sebelum memasuki surga Allah berbeda-beda. Berikut pemaparannya:

Pertama: Kelompok yang akan masuk surga langsung, tanpa dihisab, dan tentu tanpa diazab.

Kedua: Kelompok yang akan dihisab terlebih dahulu dengan hisab yang mudah, yang disebut oleh Allah sebagai hisaaban yasiiran, dan oleh Rasulullah sebagai ‘ardh. Setelah itu ia pun akan masuk surga tanpa diazab terlebih dahulu.

Allah berfirman,

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ (7) فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا (8) وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا (9)

“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa (dihisab) dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.” (QS. Al-Insyiqaq: 7-9)

Hisab ini maksudnya adalah ‘ardh (pemaparan) tentang dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh sang hamba, dibongkar oleh Allah di hadapan sang hamba. Namun, dimaafkan oleh Allah dan tidak diumbar dihadapan khalayak.

Maksud hisaaban yasiiran pada ayat ini tidak dipahami oleh Aisyah ketika mendengar sabda Nabi Muhammad,

مَنْ نُوْقِشَ الْحِسَابَ عُذِّبَ

“Barang siapa yang kelak dihisab secara rinci, berarti dia akan disiksa.”

Aisyah pun berkata kepada Nabi Muhammad,

“Bukankah Allah mengatakan bahwa kaum beriman pun akan dihisab dengan hisaaban yasiiran? Apakah berarti mereka juga akan diazab?”

Rasulullah pun menjawab,

ذَلِكَ الْعَرْضُ

“Itu adalah ‘ardh (pemaparan).”

Dalam riwayat yang lain,

أَنْ يَنْظُرَ فِي كِتَابِهِ فَيَتَجَاوَزُ لَهُ عَنْهُ

“Yaitu Allah melihat catatan amalnya, lalu Allah pun mengampuninya.”

Dalam hadits yang lain disebutkan,

إِنَّ اللَّهَ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ وَيَسْتُرُهُ، فَيَقُولُ، أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا، أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا؟ فَيَقُولُ: نَعَمْ أَيْ رَبِّ حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوبِهِ وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ

“Sesungguhnya Allah mendekatkan seorang mukmin (kepada-Nya), lalu Allah menutupinya dengan kanaf-Nya, lalu Allah berfirman, Apakah kau mengingat dosa ini, apakah kau mengingat dosa itu? Maka si hamba berkata, “Benar, wahai Rabbku. Akhirnya setelah Allah membuatnya mengakui seluruh dosanya, dan si hamba menyangka bahwa dirinya telah binasa,

قَالَ: سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ، فَيُعْطَى كِتَابَ حَسَنَاتِهِ

Allah pun berfirman kepadanya, Aku telah menutupi dosa-dosa itu untukmu di dunia, dan aku mengampuninya untukmu pada hari ini,” Lalu ia pun diberikan buku catatan kebaikan-kebaikannya.”

Catatan: Kanaf asalnya berarti sayap burung yang digunakan untuk menutupi dirinya dan telur yang sedang dieraminya.

Allah tidak memerintahkan tangan, kaki, dan anggota tubuhnya yang lain untuk mempersaksikan kelakuannya selama di dunia, akan tetapi Allah lah yang secara langsung akan memaparkan dosa-dosanya kepadanya. Disebutkan pula dalam riwayat lain, bahwa saking besarnya rahmat Allah, Ia bahkan tidak memaparkan seluruh dosa si hamba mukmin ini, melainkan hanya dosa-dosa kecilnya saja, hingga si hamba mukmin pun keheranan karena ada beberapa dosa yang pernah ia lakukan namun tidak dipaparkan oleh Allah.

Ketiga: Kelompok yang terlebih dahulu dihisab dengan hisab munaqasyah, kemudian ia disiksa di neraka untuk menghapuskan dosa-dosanya, baru kemudian masuk surga.

Yang dimaksud dengan hisab munaqasyah, adalah perhitungan dan pengauditan amal perbuatan hamba secara rinci, dan penuntutan akan segala dosa, baik yang besar maupun yang kecil, tanpa pemaafan.

Dan sebagaimana hadits yang baru saja berlalu, hamba yang seperti ini akan disiksa terlebih dahulu. Dan ia akan tersiksa tatkala dihisab munaqasyah, dan juga tentunya tatkala ia dimasukkan ke dalam neraka setelah hisab munaqasyah tersebut.

Orang yang bertauhid secara umum akan dihisab dengan hisab yang mudah (‘ardh atau hisaban yasiran), berdasarkan apa yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa mereka dijanjikan tidak akan diazab oleh Allah. Adapun para hamba yang benar-benar memurnikan tauhid, maka mereka akan masuk surga tanpa hisab sama sekali, dan tentunya juga tanpa azab.

Jika bab sebelumnya menjelaskan tentang keutamaan orang-orang yang bertauhid secara umum, yang mencakup para ahli tauhid yang masih terjerumus dalam dosa dan bid’ah, serta menyebutkan janji Allah yang sangat luar biasa kepada mereka, maka bab ini khusus menjelaskan tingkatan ahli tauhid yang lebih tinggi, yaitu mereka yang memurnikan tauhid dari segala yang dapat mencacati kesempurnaannya, baik berupa kesyirikan, bid’ah dan ishrar (terus-menerus melakukan) dalam kemaksiatan.

Bab ini juga menyebutkan bahwa salah satu ciri mereka adalah kemurnian rasa tawakal kepada Allah, dan usaha untuk meninggalkan perkara yang makruh demi kesempurnaan tawakal (sebagaimana akan datang penjelasannya).

Merekalah golongan yang Allah sebut dalam Al-Qur’an sebagai سابق بالخيرات “yang berlomba melakukan kebajikan”.

Allah berfirman,

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ (32) جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ (33)

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar (Bagi mereka) surga ‘Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera.” (QS. Fathir: 32-33)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top