MUKADDIMAH DAN PENGERTIAN IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

A serene view of Menara Gardens Pavilion reflecting on tranquil waters in Marrakech.

1. Mukaddimah

Iman kepada Kitab yang Allah turunkan merupakan salah satu ushul (landasan) iman, dan ia merupakan salah satu rukun iman yang enam.

Iman yang dimaksud adalah pembenaran yang disertai keyakinan bahwa Kitab-kitab Allah haq dan benar. Kitab-kitab tersebut merupakan Kalam Allah, yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya kepada umat yang turun kepada-Nya Kitab tersebut.

Diturunkanya Kitab merupakan di antara bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya karena besarnya kebutuhan hamba terhadap Kitab Allah. Akal manusia terbatas, tidak bisa meliputi rincian hal-hal yang dapat memberikan manfaat dan menimbulkan madharat bagi dirinya sendiri.

Maka, wajib bagi kita untuk mengimani seluruh Kitab-kitab suci yang telah diturunkan oleh Allah tanpa membeda-bedakan dan memilah-milahnya. Siapa saja yang mengimani sebagian Kitab suci sekaligus mengingkari sebagian lainnya, maka ia jatuh kepada kekafiran.

Allah berfirman:

قُولُواْ آمَنَّا بِاللهِ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

“Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman), ‘Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada Nabi-nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah (2): 136)

Kaum Yahudi mengimani apa saja wahyu yang Allah turunkan kepada Nabi Musa, akan tetapi mereka mengingkari wahyu yang diturunkan kepada Nabi Isa dan juga mengingkari wahyu yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad. Demikian juga kaum Nashrani, mereka mengingkari wahyu yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad.

Allah juga berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا (150) أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا (151)

“Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan Rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, “Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian (yang lain),” serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau kafir), merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya, Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir itu adzab yang menghinakan.” (QS. An-Nisa’ (4): 150-151)

Dan Allah, mengancam dengan ancaman yang pedih bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Kitab-kitab suci.

Allah berfirman:

الَّذِينَ كَذَّبُوا بِالْكِتَابِ وَبِمَا أَرْسَلْنَا بِهِ رُسُلَنَا فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (70) إِذِ الْأَغْلَالُ فِي أَعْنَاقِهِمْ وَالسَّلَاسِلُ يُسْحَبُونَ (71) فِي الْحَمِيمِ ثُمَّ فِي النَّارِ يُسْجَرُونَ (72)

“(Yaitu) orang-orang yang mendustakan Kitab (al-Qur-an) dan wahyu yang dibawa oleh Rasul-rasul Kami yang telah Kami utus. Kelak mereka akan mengetahui, ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret, ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api.” (QS. Ghafir (40): 70-72)

Allah menyebutkan lima Kitab di dalam al-Qur-an, disebutkan bahwa terdapat empat buah Kitab Allah, yaitu:

1) Shuhuf Ibrahim yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim.

(2) Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa.

(3) Zabur kepada Nabi Daud.

(4) Injil kepada Nabi Isa, dan

(5) Al-Qur-an kepada Nabi Muhammad.

Al-Qur-an turun terakhir dibanding empat Kitab lainnya. Namun isinya paling lengkap dan sesuai dengan kebutuhan manusia. Al-Qur-an menyempurnakan Islam sebagai Rahmat bagi seluruh alam.

Al-Qur-an adalah Kitab yang diturunkan kepada Nabi terakhir, Muhammad, sebagai cahaya dan petunjuk hidup bagi umatnya.

Berbeda dengan Kitab-kitab sebelumnya yang hanya terbatas untuk satu kaum, al-Qur-an tidak hanya diturunkan untuk bangsa Arab, melainkan untuk seluruh umat.

Allah berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Kitab Suci) berupa al-Qur-an berbahasa Arab, agar kamu mengerti.” (QS. Yusuf (12): 2)

Kitab suci adalah sumber petunjuk dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak bisa dipungkiri, semua orang pasti mencari kebahagiaan dunia dan akhirat (jika ia percaya kepada hari Akhir). Untuk mencapai tujuan ini tidak perlu seseorang berspekulasi dengan menjalankan berbagai teori kebahagiaan yang dibuat oleh manusia. Cukup dengan kembali mengikuti aturan Allah di dalam Kitab suci, maka pasti ia akan bahagia.

Hal ini karena Allah lah yang menciptakan manusia, maka Allah lah yang paling mengetahui tentang maslahat dan mafsadah untuk manusia.

Allah berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا…

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit ….” (QS. Thaha (20): 124)

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

“Dan Kami turunkan dari al-Qur-an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim (al-Qur-an itu) hanya akan menambah kerugian.” (QS. Al-Isra (17): 82)

Allah juga berfirman:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (al-Qur-an) dari Rabbmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus (10): 57)

Wahai saudaraku! Sesungguhnya al-Qur-an yang kita baca ini adalah firman Allah, perkataan Allah, surat dari Allah, ia bukanlah buku cerita, novel, dan bukan perkataan manusia. Oleh karenanya, jika dikatakan al-Qur-an adalah obat hati bagi pembacanya, maka hal tersebut adalah jelas dan benar adanya.

Faktanya, al-Qur-an jika dibaca oleh orang yang tidak mengetahui maknanya, maka dia akan merasakan ketenteraman pada hatinya. Lalu bagaimana lagi jika yang membacanya adalah orang yang memahami maknanya, apalagi memahami tafsirnya? Tentu ia akan merasakan hal yang lebih daripada orang yang tidak paham tadi.

Segala puji hanya milik Allah semata yang telah menurunkan Kitab-Nya kepada kita. Inilah al-Qur-an yang memberitakan tentang masa lalu dan masa yang akan datang, serta yang memuat hukum untuk memutuskan masalah di antara kita.

Kitab yang merupakan penjelas yang nyata, bukan sekadar guraun belaka. Siapa saja yang mengabaikannya karena kesombongan, niscaya Allah akan membinasakannya. Dan siapa saja yang mencari petunjuk kepada selainnya, maka Allah akan menyesatkannya.

Al-Qur-an merupakan tali Allah yang kuat, peringatan dari Allah, petunjuk kepada jalan yang lurus. Al-Qur-an tidak membuat hawa nafsu menyimpang, dan tidak merancukan lisan. Kitab yang tidak pernah habis kemukjizatannya. Kitab yang membuat para ulama tidak merasa puas untuk menggapai petunjuknya.

Barangsiapa yang mengucapkannya, niscaya benarlah perkataannya, dan siapa saja yang mengamalkannya, maka baginya ganjaran pahala. Barangsiapa yang memutuskan hukum dengannya, berarti dia telah berbuat adil, dan siapa yang menyeru kepadanya, maka dia telah diberi petunjuk ke jalan yang benar.

Setiap Rasul memiliki Kitab. Hal ini sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya:

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ…

“Sungguh, Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami turunkan bersama mereka Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil…” (QS. Al-Hadid (57): 25)

Ayat ini menjadi dalil bahwa setiap Rasul memiliki Kitab, namun kita tidak mengetahui seluruh Kitab. Kita hanya mengetahui sebagiannya, seperti Shuhuf Ibrahim dan Musa, Taurat, Zabur, Injil, dan al-Qur-an. Kita mengimani setiap Kitab yang Allah turunkan kepada para Rasul. Jika kita tidak mengetahuinya, maka kewajiban kita adalah beriman secara global.

2. Pengertian Iman Kepada Kitab-kitab Suci

Para ulama berkata dalam kitab-kitab aqidah:

وَنُؤْمِنُ بِأَنَّ اللهَ تعالى أَنْزَلَ عَلَى رُسُلِهِ كُتُبًا حُجَّةً عَلَى الْعَالَمِيْنَ وَمَحَجَّةً لِلْعَامِلِيْنَ

“Kita beriman bahwasanya Allah Taala telah menurunkan Kitab-kitab suci kepada para Rasul-Nya, sebagai hujjah atas manusia dan sebagai jalan hidup bagi mereka.”

Kata الكتب adalah bentuk jamak dari kata كتاب, yang maknanya menurut bahasa Arab berkisar pada kata menyatukan (الجمع) dan mengumpulkan (الضم).

Menurut istilah syariat, makna kata الكتب pada pembahasan ini adalah Kitab-kitab yang mengumpulkan firman-firman Allah yang diturunkan kepada para Rasul-Nya. Makna ini ditunjukkan pada firman Allah:

أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Maka apakah kamu (muslimin) sangat mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, sedangkan segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, padahal mereka mengetahuinya?” (QS. Al-Baqarah (2): 75)

Pada ayat ini, Allah mengabarkan bahwa sebagian Ahli Kitab mengubah firman Allah yang terkumpul pada kitab-kitab mereka yang telah Allah turunkan kepada para Rasul-Nya.

Allah juga berfirman:

فَلِذَلِكَ فَادْعُ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ

“Karena itu, serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Muhammad), dan janganlah mengikuti keinginan mereka dan katakanlah, Aku beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu. Allah Rabb kami dan Rabb kamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagi kamu perbuatan kamu. Tidak (perlu) ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali.” (QS. Asy-Syura (42): 15)

Pada ayat ini, Allah mengabarkan bahwa Kitab-kitab suci tersebut turun dari sisi-Nya. Allah juga berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

“Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (al-Qur-an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta Kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.” (QS. An-Nisa (4): 136)

Mengenai ayat ini, al-Hafizh Ibnu Katsir (wafat th. 774 H) berkata: “Lafazh والكتاب, adalah isim jenis yang mencakup semua Kitab suci yang diturunkan dari langit kepada Para Nabi-Nya, yang diakhiri dengan Kitab paling mulia, yaitu al-Qur-an, yang menjadi penjaga bagi Kitab-kitab suci sebelumnya.”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top