LAILATUL-QADAR

Explore the tranquil beauty of a starry night sky with subtle cloud formations in Malaysia.

Hadits Kedua Ratus

عَنْ عَبْدِ الله بْنِ عمَرَ رَضْيَ اللَه عَنْهُمَا: أنً رِجَالاً مِنْ أصْحَابِ النَّبِي صلى الله عليه وسلم أُرُوا لَيْلَةَ القَدْرِ في المنام. في السْبعِ الأوَاخِرِ. فقال رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم: “أرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأًتْ في السَّبْعِ الأوَاخِرِ، فمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُتَحَرِّيَها فَلْيَتَحَرًهَا في السَّبْع الأوَاخِرِ”.

“Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma, bahwa ada beberapa orang shahabat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bermimpi melihat Lailatul-Qadar ketika tidur, yaitu pada tujuh hari terakhir. Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Aku melihat mimpi kalian itu saling bersamaan pada tujuh malam yang terakhir.

Siapa pun di antara kalian hendak mencarinya, maka hendaklah dia mencarinya pada tujuh malam yang terakhir.”

Hadits Kedua Ratus Satu

عَنْ عَائِشَةَ رَضيَ الله عَنْهَا: أَنَّ رَسُوْلَ الله صلى الله عليه وسلم قال: “تَحَّرَوْا ليْلَةَ الْقَدْرِ فَي الوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأوَاخِرِ”.

“Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Carilah oleh kalian LailatuI-Qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam yang terakhir.”

Makna Global:

Lailatul-Qadar merupakan malam yang mulia dan agung, yang di dalamnya kebaikan dilipatgandakan dan kesalahan diampuni dan segala urusan ditetapkan.

Karena para shahabat mengetahui keutamaan dan kebesaran kedudukannya, maka mereka sangat bersemangat untuk mendapatkan waktunya. Tapi Allah, dengan hikmah dan rahmat-Nya kepada makhluk, merahasiakan malam itu, agar mereka mencarinya sendiri pada malam-malam itu, sehingga mereka memperbanyak ibadah, yang manfaatnya kembali kepada diri mereka sendiri.

Para shahabat bermimpi mendapatkan LailatuI-Qadar itu, dan mimpi mereka sama bahwa LailatuI-Qadar itu pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan Ramadhan. Maka beliau bersabda, “Aku melihat mimpi kalian itu saling bersesuaian pada sepuluh malam. Siapa yang hendak mencarinya, hendaklah dia mencarinya pada sepuluh malam yang terakhir, khususnya pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam itu, karena ia lebih diharapkan.”

Malam ini lebih diharapkan dan lebih banyak tanda-tandanya, apalagi pada malam dua puluh tujuh dari Ramadhan. Maka hendaklah seseorang bersemangat pada bulan Ramadhan, lebih ditingkatkan lagi pada sepuluh hari yang terakhir dan terlebih lagi pada malam kedua puluh tujuh. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk hembusan-Nya yang mulia.

Perbedaan Pendapat di Kalangan Ulama:

Para ulama saling berbeda pendapat tentang penetapan Lailatul-Qadar. Al-Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan empat puluh tujuh pendapat di dalam FathuI-Bary tentang Lailatul-Qadar. Dia menyebutkan persekutuan antara yang samar-samar dan yang mendalam. Tapi dia menegaskan pendapat yang menyatakan pada malam-malam ganjil dari sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan.

Al-lmam Ahmad berkata, “Yang paling diharapkan adalah malam dua puluh tujuh. Ini merupakan pendapat yang paling kuat dalilnya.”

Kesimpulan Hadits:

1. Keutamaan Lailatul Qadar yang diistimewakan Allah semenjak awal turunnya Al-Qur’an dan turunnya para malaikat pada malam itu. Sehingga ibadah pada malam itu sama dengan ibadah seribu bulan, karena tambahan kelipatannya.

2. Dengan hikmah dan rahmat Allah, Dia menyembunyikan Lailatul Qadar, agar manusia bersungguh-sungguh dalam beribadah, mencarinya dan memperbanyak pahalanya.

3. LailatuI-Qadar itu pada bulan Ramadhan, lebih dekatnya pada sepuluh hari terakhir, khususnya pada malam kedua puluh tujuh.

4. Mimpi yang baik adalah benar, dapat diamalkan selagi tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah syariat; Rasulullah Shallallahu

Alaihi wa Sallam menjadikan keserupaan mimpi mereka yang di alami pada sepuluh hari yang terakhir merupakan dalil tentang keberadaan Lailatul-Qadar pada hari-hari itu.

5. Anjuran mencari Lailatul-Qadar dan mendapatkan hembusan Allah. Itu merupakan malam yang penuh barakah, yang amal di dalamnya menjadi berlipat ganda, yang di dalamnya dianjurkan berdoa dan doa itu didengarkan. Orang yang tidak beruntung ialah yang tidak mencarinya dan berusaha mendapatkan rahmat Allah. Syaikhul-lslam Ibnu Taimiyah berkata, “Sepuluh hari dari Dzul Hijjah lebih baik daripada sepuluh hari dari Ramadhan dan sepuluh malam yang terakhir dari Ramadhan lebih baik daripada sepuluh malam Dzul-Hijjah.” lbnul-Qayyim berkata, “Siapa pun yang memperhatikan pernyataan ini tentu akan mendapatkan kepuasan, bahwa tidak ada hari-hari untuk beramal yang lebih disukai Allah selain dari sepuluh hari dari Dzul Hijjah. Adapun malam yang paling baik ialah sepuluh malam yang terakhir dari Ramadhan, yang seluruhnya dihidupkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Siapa yang membuat pernyataan tanpa membuat rincian seperti ini, tentu tidak akan didukung hujjah yang shahih.”

Hadits Kedua Ratus Dua

عَنْ أبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضْيَ الله عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ الله صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فاعْتَكَفَ عَاماً حَتَّى إِذا كَانَتْ لَيْلَةُ إحْدَى وَعِشْرِينَ – وَهِيَ الْلَيْلَةُ الْتِي يَخْرُجُ مِنْ صَبِيْحَتِهَا مِنَ اعْتِكَافِهِ- قَالَ: مَنِ اعْتَكَفَ معِي فَلْيَعْتَكِفْ في العَشْرِ الأوَاخِرِ. فَقَدْ أُرِيْتُ هذِهِ الْليْلةَ ثُمَّ أنْسِيتهَا، وَقَد رَأَيْتُنِي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِيْنٍ مِنْ صَبِيحَتِهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي العَشْرِ الأوَاخِرِ، والْتَمِسُوهَا فِي كُل وِتْرٍ. قَال: فَمَطَرَتِ السَّمَاءُ تِلكَ الْلَيْلَةَ، وَكَانَ الْمَسْجِدُ عَلى عَرِيشٍ فَوَكَفَ الْمَسْجِدُ، فَأبْصَرَتْ عَيْنَايَ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم وَعَلَى جَبْهَتِهِ أَثَرُ المَاءِ وَالطِّين مِنْ صُبْحِ إحْدَى وَعشْرِيْنَ.

“Dari Abu Sa’id AI-Khudry Radhiyallahu Anhu, dia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah i’tikaf pada sepuluh hari pertengahan dari Ramadhan, lalu i’tikaf selama satu tahun, hingga ketika tiba malam kedua puluh satu, yaitu malam yang pada keesokan harinya beliau keluar dari i’tikafnya, maka beliau bersabda, “Barangsiapa i’tikaf bersamaku, hendaklah dia i’tikaf pada sepuluh malam yang terakhir (dari bulan Ramadhan), karena telah diberitahukan kepadaku tentang malam ini kemudian aku dibuat lupa. Aku merasa sujud di atas air dan tanah pada pagi harinya. Maka carilah Lailaitu-Qadar itu pada sepuluh malam yang terakhir dan carilah dia pada setiap malam yang ganjil’.”

Abu Sa’id AI-Khudry berkata, “Pada maIam itu langit menurunkan hujan, sementara atap masjid bocor, sehingga masjid menjadi basah. Lalu kulihat di kening Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ada bekas tanah yang bercampur air setelah shalat Subuh hari kedua puluh satu.”

Makna Global:

Tadinya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam i’tikaf pada sepuluh malam pertengahan dari bulan Ramadhan karena hendak mencari Lailatul-Qadar, karena beliau menyangka bahwa Lailatul-Qadar itu ada pada malam-malam tersebut. Beliau melaksanakan selama satu tahun seperti kebiasaannya. Hingga pada malam dua puluh satu, yang pada keesokannya beliau keluar dari i’tikaf, maka beliau tahu bahwa Lailatul Qadar pada sepuluh malam yang terakhir, lalu beliau bersabda kepada para shahabat, “Barangsiapa i’tikaf bersamaku pada sepuluh pertengahan, hendaklah dia lanjutkan i’tikafnya dan hendaklah dia i’tikaf pada sepuluh malam yang terakhir. Aku telah melihat Lailatul-Qadar ini dalam mimpi dan aku dibuat lupa terhadapnya. Dalam mimpi itu aku sujud di atas air dan tanah, ini merupakan mimpi yang benar meskipun tidak diberitahukan takwilnya. Maka tentulah ia ada di hadapan kalian pada sepuluh malam yang terakhir, karena itu carilah ia pada malam malam itu.”

Allah membenarkan mimpi Nabi-Nya dan pada malam itu pula turun hujan. Sementara masjid beliau merupakan bangunan yang beratap dan memiliki tiang dan pohon korma, yang atapnya terbuat dari pelepah daun korma. Karena hujan ltu, masjid menjadi bocor, sehingga saat sholat Subuh pada hari kedua puluh satu, beliau sujud mengenai air dan tanah.

Kesimpulan Hadits:

1. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah i’tikaf pada sepuluh malam pertengahan karena mencari Lailatul-Qadar, sebelum beliau mengetahui bahwa waktunya adalah sepuluh malam yang terakhir.

2. Hadits ini menjadi dalil bagi orang-orang yang menyatakan Lailatul Qadar pada malam dua puluh satu.

3. Hadits ini menunjukkan bahwa Lailatul-Qadar pada sepuluh malam yang terakhir, lebih kuat lagi pada malam-malam ganjilnya.

4. Mimpi itu benar, apalagi mimpi para Nabi.

5. Sifat masjid Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada zaman itu semacam bangsal tempat berteduh yang atapnya terbuat dari pelepah daun korma, berlantai tanah, dindingnya dari papan kayu pohon korma dan pagarnya dari pangkal pohon korma, yang diisi dengan ketaatan dan bukan dengan nyanyian.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top