HADITS 312, 313, DAN 314BAB 40 TENTANG BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN MENYAMBUNG TALI SILATURAHMI

quran, book, holy, muslim, islamic, islam, religion, religious, quran, quran, quran, quran, quran

Allah berfirman:

قال الله تعالى: (وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ) [النساء: 36]

“Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua (ibu dan bapak), karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu…” (QS. An-Nisaa’: 36)

Dan Allah juga berfirman:

وقال تعال: (وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ) [النساء: 1]

“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) Nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi…” (QS. An-Nisaa’: 1)

Allah berfirman seraya memerintahkan hamba-hamba-Nya agar bertakwa kepada-Nya, dan Dia adalah Rabb Mahasuci yang dengan menyebut Nama-Nya sebagian hamba meminta kepada sebagian lainnya, di mana salah seorang dari mereka berkata: “Dengan menyebut Nama Allah, aku memohon kepadamu.”

Selanjunya, Dia memerintahkan kepada mereka untuk tidak memutuskan hubungan silaturahmi, tetapi mereka harus senantiasa menjaga keutuhan dan menyambungnya.

Dia juga berfirman:

وقال تعالى: (وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ) [الرعد: 21]

“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan…” (QS. Ar-Ra’d: 21).

Ayat ini adalah bagian dari ayat-ayat yang dengannya Allah memberitahukan tentang orang-orang yang bersifat dengan sifat-sifat terpuji ini, bahwa mereka akan mendapatkan akibat yang baik, yaitu keberuntungan dan pertolongan di dunia dan di akhirat. Di antaranya, mereka menyambungkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah untuk dihubungkan, misalnya silaturahmi dan berbuat baik kepada kaum kerabat dan juga kepada kaum fakir miskin serta orang-orang yang membutuhkan, dan mencurahkan amal kebaikan.

Dan Allah juga berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا

“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tua (ibu dan bapak).” (QS. Al-‘Ankabuut: 8).

Allah berfirman seraya memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk selalu berbuat baik kepada kedua orang tua setelah sebelumnya Dia memerintahkan untuk tetap bertauhid mengesakan-Nya. Karena keduanya merupakan sarana yang menyebabkan manusia ini ada, dan mereka pula yang menjadi sasaran kebaikan di mana bapak yang memberikan nafkah, sedangkan ibu yang mencurahkan kasih sayang.

Allah juga berfirman:

وقال تعالى: (وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيماً) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً) [الاسراء: 23، 24]

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kepada selain-Nya dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan, dan ucapkanlah: ‘Wahai Rabb-ku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana keduanya telah mendidik aku di waktu kecil.” (QS. Al-Israa’: 23-24).

Allah berfirman seraya memerintahkan agar selalu beribadah kepada-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya. Kemudian Dia memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Jadi, tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk memperdengarkan kata-kata buruk sekecil apapun kepada keduanya, yakni kata-kata semacam “ah.”

Dan tidak pula diperbolehkan mengarahkan jari telunjuk (menunjuk) ke wajah keduanya, yang ia merupakan tingkatan perbuatan keji yang paling rendah. Sebagaimana Dia melarang berkata-kata buruk dan bertindak tidak terpuji, Dia juga memerintahkan untuk berkata-kata dan berbuat baik kepada keduanya, yakni ucapan yang lembut, pelan, dan disertai dengan adab (sopan santun), penghormatan, pengagungan, dan tawadhu’.

Jika Anda melakukan hal itu, maka hendaklah Anda ingat, bahwa keduanya telah terlebih dahulu berlemah-lembut ketika Anda masih kecil, juga mereka tidak tidur sepanjang malam untuk menjaga Anda, dan siap menahan lapar dan haus sehingga Anda kenyang.

Dan Allah juga berfirman:

وقال تعالى: (وَوَصَّيْنَا الْإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ) [لقمان: 14]

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada kedua orang tua (ibu bapak)nyaj ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tua (ibu bapak) mu…” (QS. Luqman: 14)

Allah memberitahukan bahwa Dia telah memerintahkan ummat manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, karena ibunya yang telah mengandung dengan susah payah, lalu mendidik dan menyusuinya selama dua tahun setelah dia dilahirkan. Allah mengingatkan bahwa pendidikan, pengasuhan dan kepayahan sang ibu pada siang dan malam hari dimaksudkan untuk mengingatkan anak akan kebaikan ibu kepadanya, sehingga diharapkan kedua orang tua akan mendapatkan balasan yang sama dengan kebaikan yang telah diberikan itu, karena balasan kebaikan itu tidak lain adalah kebaikan yang serupa.

Manfaat:

Setelah memberikan penjelasan, al-‘ Allamah Ibnu Katsir mengungkapkan:

Dari sini, Ibnu ‘Abbas dan Imam lainnya menyimpulkan bahwa masa kehamilan paling sedikit 6 bulan, karena pada ayat lain Allah berfirman:

وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا

“…Dan mengandungnya sampai menyapihnya adalah tigapuluh bulan…” (QS. Al-Ahqaaf: 15).

Peringatan:

Orang yang senantiasa memikirkan/mencermati Kitab Allah, ia akan mendapati bahwa Allah seringkali menyandingkan antara peribadahan dan pengesaan terhadap-Nya dengan berbuat baik kepada kedua orang tua.

Hal itu disebabkan oleh beberapa point, di antaranya:

1. Allah adalah Mahapencipta dan Pemberi rizki, sehingga hanya Dia saja yang berhak untuk diibadahi, sedangkan kedua orang tua hanya menjadi sarana keberadaan Anda di dunia ini, sehingga keduanya berhak mendapatkan kebaikan.

2. Allah, Dia-lah Pemberi kenikmatan dan anugerah kepada hamba-hamba-Nya dengan kenikmatan yang melimpah serta kebaikan yang tidak terhingga, sehingga Dia berhak mendapatkan ungkapan rasa syukur. Demikian juga kedua orang tua, karena kedua orang tua telah berusaha keras memenuhi apa yang Anda butuhkan, baik itu berupa makanan, minuman dan pakaian, sehingga keduanya berhak mendapatkan ucapan terima kasih.

3. Allah adalah Rabb seluruh manusia, yang telah mendidik manusia dengan manhaj-Nya, sehingga Dia berhak mendapatkan pengagungan dan kecintaan. Demikian juga kedua orang tua, di mana keduanya telah mendidik Anda di waktu kecil, sehingga keduanya berhak mendapatkan sikap tawadhu’, penghormatan, sikap santun dan lemah lembut, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Wallaahu a’lam.

HADITS NO. 312

وعن أَبي عبد الرحمن عبد الله بن مسعود – رضي الله عنه – قَالَ: سألت النبي – صلى الله عليه وسلم -: أيُّ العَمَلِ أحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَى؟ قَالَ: «الصَّلاةُ عَلَى وَقْتِهَا» ، قُلْتُ: ثُمَّ أي؟ قَالَ: «بِرُّ الوَالِدَيْنِ» ، قُلْتُ: ثُمَّ أيٌّ؟ قَالَ: «الجِهَادُ في سبيلِ الله» . مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

312. Dari Abu ‘Abdirrahman ‘Abdullah bin Mas’ud, dia bercerita: “Aku pernah bertanya kepada Nabi, ‘Amal apa yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala? Beliau menjawab: ‘Shalat pada waktunya.’ ‘Lalu apa lagi,’ tanyaku. Beliau pun menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ ‘Kemudian apa lagi,’ tanyaku lebih lanjut. Maka beliau menjawab: ‘Jihad di jalan Allah.” (Muttafaq ‘alaih)

Pengesahan hadits: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (II/9-Fat-h) dan Muslim (85).

Kandungan hadits:

1. Seutama-utama hak Allah yang wajib setelah tauhid adalah shalat.

2. Segera mengerjakan shalat di awal waktu lebih utama daripada mengakhirkannya, karena disyaratkan dalam shalat, sehingga dia menjadi amal yang paling dicintai Allah agar dilaksanakan pada waktunya, yakni di awal waktunya.

3. Hak hamba yang paling utama adalah hak kedua orang tua, di mana hak mereka menempati urutan kedua setelah hak Allah, sebagaimana yang tersebut pada ayat-ayat terdahulu.

4. Jihad di jalan Allah merupakan pengorbanan yang paling utama.

5. Amal kebajikan itu mempunyai tingkatan keutamaan yang berbeda, tidak dalam satu tingkatan yang sama.

6. Diperbolehkan menanyakan berbagai macam hal pada satu waktu yang bersamaan.

7. Hendaklah berlemah-lembut dan tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada pengajar, karena dikhawatirkan akan menimbulkan kejenuhan.

8. Inilah dalil keutamaan berbakti kepada kedua orang tua. Jika ada yang bertanya, “Apa itu berbakti?” Kita jawab, “Berbakti itu berbuat baik kepada mereka, baik dengan ucapan, perbuatan, memberikan harta sekemampuannya, dan bertakwalah kepada Allah semampu kalian.” Lawan dari berbakti adalah durhaka.

HADITS NO. 313

عن أبيِ هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم -: [لا يَجْزِي وَلَدٌ والِدًا إلا أنْ يَجِدَهُ مَمْلوكًا فيَشْتَرِيَه فيُعْتِقَه]

313. Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Rasulullah bersabda: “Seorang anak tidak dapat membalas budi orang tua, kecuali jika dia mendapatinya menjadi budak, lalu dia membelinya dan kemudian memerdekakannya.” (HR. Muslim)

Pengesahan hadits: Diriwayatkan oleh Muslim (1510).

Kandungan hadits:

1. Agungnya hak kedua orang tua di dalam Islam.

2. Seorang anak tidak diperbolehkan memperbudak kedua orang tuanya. Jika hal ini terjadi, maka yang demikian itu merupakan salah satu tanda datangnya hari Kiamat serta bukti perubahan zaman, sebagaimana yang telah disebutkan pada pembahasan tentang hadits Jibril.

3. Pemerdekaan seorang ayah yang menjadi budak dengan pembelian sang anak akan ayahnya, karena pembelian itu merupakan salah satu sarana pemerdekaan.

HADITS NO. 314

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ»

314. Juga dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah dia menghormati tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah dia menyambung tali silaturahmi. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengatakan kebaikan atau diam.” (Muttafaq ‘alaih).

Kandungan hadits:

1. Mencelakakan tetangga, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan merupakan perbuatan yang jelas bertentangan dengan kesempurnaan iman serta bertolak belakang dengan sifat-sifat hamba Allah Yang Mahapemurah.

2. Tamu itu mempunyai hak, oleh karena itu seorang muslim harus benar-benar menghormati (menjamu) tamunya, menampakkan wajah yang berseri-seri, dan memberi sambutan yang menyenangkan (menyiapkan makan, minum dan tempat baginya).

3. Ucapan itu bisa baik dan bisa juga buruk. Oleh karena itu, barangsiapa yang mengetahui kebaikan, maka hendaklah dia mengatakannya setelah berfikir dan mencermatinya.

4. Diam itu lebih baik daripada berbicara sesudah yang tidak bermanfaat.

5. Seorang hamba harus senantiasa memperhatikan lidahnya, karena tidaklah seseorang itu diseret dengan wajah telungkup ke tanah melainkan karena hasil (ucapan) dari lidah mereka.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top