DOSA-DOSA YANG MEMBINASAKAN

table, chair, desk, lamp, room, carpet, posters, picture stickers, chair, chair, desk, desk, desk, lamp, room, room, room, room, room

1. MENYEKUTUKAN ALLAH (SYIRIK)

Syirik adalah engkau menjadikan adanya sekutu bagi Allah padahal Dia-lah yang telah menciptakanmu. Engkau beribadah kepada-Nya dan juga beribadah kepada selain-Nya, seperti beribadah (menyembah) kepada batu, manusia, matahari, bulan, nabi, syaikh, jin, bintang, malaikat, dan lain sebagainya. Dalil-dalil tentang syirik dalam Al-Qur’an,

Allah Ta’ala berfirman,

{إِن الله لَا يغْفر أَن يُشْرك بِهِ وَيغْفر مَا دون ذَلِك لمن يَشَاء}

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nisaa: 48)

Allah Ta’ala berfirman,

{إِنَّه من يُشْرك بِاللَّه فقد حرم الله عَلَيْهِ الْجنَّة ومأواه النَّار}

“Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya dan tempatnya ialah neraka.” (QS. Al-Maaidah: 72)

Allah Ta’ala berfirman,

{إِن الشرك لظلم عَظِيم}

“Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13).

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang membahas tentang masalah ini.

Barangsiapa yang menyekutukan Allah kemudian mati dalam keadaan musyrik, maka dapat dipastikan dia akan menjadi penghuni neraka. Demikian pula halnya dengan orang yang beriman kepada Allah, kemudian meninggal dunia dalam keadaan beriman, maka dia akan menjadi penghuni surga meskipun diazab terlebih dahulu.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

أَلا أنبئكم بأكبر الْكَبَائِر ثَلَاثًا قَالُوا بلَى يَا رَسُول الله قَالَ الإشراك بِاللَّه…

“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang dosa besar yang paling besar?” Maka beliau pun bersabda, “Menyekutukan Allah…” (HR. Al-Bukhari, hadits nomor 2654 dan HR. Muslim, hadits nomor 87)

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

اجتنبوا السَّبع الموبقات فَذكر مِنْهَا الشرك

“Jauhilah tujuh dosa-dosa besar yang membinasakan ….”Kemudian beliau menyebutkan syirik (menyekutukan Allah).” (HR. AI-Bukhari, hadits nomor 2766 dan HR. Muslim, hadits nomor 89)

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

من بدل دينه فَاقْتُلُوهُ

“Barangsiapa yang merubah agamanya (murtad), maka bunuhlah dia.”  (HR. Al-Bukhari, hadits nomor 3017, HR. Tirmidzi, hadits nomor 1458, HR. Abu Dawud, hadits nomor 4351, HR. An-Nasa’i, juz 7 hal. 103, HR. Ibnu Majah, hadits nomor 2535 dan HR. Ahmad juz 1 hal. 282)

PENJELASAN

Syaikh Utsaimin Rahimahullah berkata, ”Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

اجتنبوا السَّبع الموبقات…

“Jauhilah tujuh dosa-dosa besar yang membinasakan…” Yaitu tujuh dosa yang bisa menghancurkan agama seseorang. Ketika itu para shahabat bertanya, “Apakah ketujuh dosa besar itu wahai Rasulullah?” Maka beliau menjawab, “Menyekutukan Allah.” Inilah malapetaka yang paling besar yaitu engkau menyekutukan Allah, padahal Dia-lah yang telah menciptakanmu dan yang memberimu nikmat semenjak engkau berada dalam perut ibumu dan di masa kanak-kanakmu. Allah telah mencurahkan kepadamu nikmat yang sangat banyak, tetapi engkau justru menyekutukan-Nya.

Inilah kezhaliman yang paling besar, engkau menjadikan sesuatu sebagai tandingan bagi Allah. Padahal Dia-lah yang telah menciptakanmu. Inilah malapetaka yang paling besar, yaitu menyekutukan Allah.

  • Macam-Macam Bentuk Syirik

Bentuk syirik kepada Allah bermacam-macam, di antaranya: Seseorang yang mengagungkan sesama makhluk sebagaimana dia mengagungkan sang Khaliq (Allah). Hal ini dapat dilihat pada kebiasaan sebagian para pembantu, baik pembantu (orang merdeka maupun budak). Engkau dapat melihat dia sangat mengagungkan tuannya, rajanya, atau mengagungkan seorang pejabat melebihi pengagungannya kepada Allah. Inilah salah satu bentuk syirik yang sangat besar. Yaitu mengagungkan makhluk melebihi pengagunganmu kepada Allah.

Hal ini terlihat ketika pimpinan, atasan, raja atau tuannya mengatakan, “Kerjakan ini di waktu shalat, jangan shalat dulu.” Kemudian dia pun melaksanakannya. Ketika waktu shalat telah habis, dia pun tetap tidak mempedulikannya. Dengan sikapnya ini, dia telah mengagungkan makhluk melebihi pengagungannya kepada sang Khaliq.

Contoh lain bentuk menyekutukan Allah adalah di dalam hal rasa cinta. Yaitu mencintai seseorang sebagaimana cintanya kepada Allah atau bahkan melebihi cintanya kepada Allah. Orang tersebut menuntut orang lain untuk mencintainya melebihi cintanya kepada Allah. Hal ini banyak dijumpai pada para pemuda dan pemudi yang sedang dimabuk asmara.

Orang-orang yang sedang dimabuk asmara, seperti seorang yang sedang jatuh cinta kepada lawan jenis, kita akan melihat hatinya dipenuhi dengan rasa cinta kepada selain Allah melebihi kecintaannya kepada Allah. Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ …

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)

Contoh lain yang termasuk menyekutukan Allah dengan sesuatu yang tersembunyi, yaitu riya. Maka hal ini pun termasuk perbuatan menyekutukan Allah. Misalnya seseorang yang sedang melakukan shalat. Kemudian dia memperbagus shalatnya karena si fulan sedang melihat dan memperhatikan shalatnya. Atau berpuasa karena ingin dikatakan orang yang taat beribadah (rajin shalat dan rajin berpuasa). Atau bersedekah agar disebut dermawan yang suka bersedekah. Semua ini termasuk riya. Allah Ta’ala berfirman (di dalam hadits qudsi),

أنا أغنى الشّركاء عن الشّرك، من عمل عملا أشرك فيه معي غيري تركته وشركَه

“Aku tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa yang mengamalkan suatu perbuatan yang menyekutukan-Ku, maka Aku akan meninggalkan dia dan sekutunya.”

Di antara syirik yang tersembunyi yaitu menjadikan dunia sebagai tujuan hidup. Kita melihat orang seperti ini, mulai dari akal pikirannya, badan, tidur dan terjaganya, semuanya untuk memikirkan dunia. Dia akan menghitung, berapa keuntungan dan kerugian yang diraihnya pada hari ini. Kita melihat bahwa orang semacam ini hidup bergelimang harta di dunia ini, baik dengan harta yang halal maupun yang haram. Dengan cara berdusta maupun menipu untuk seluruh urusan dunianya. Dia tidak peduli -melakukan semua itu- karena dunia telah memperbudaknya.

Dalil tentang jenis syirik seperti ini adalah sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Celakalah hamba dinar.” Apakah engkau mengira bahwa orang seperti ini (hamba dinar) sujud kepada uang dinar? Tentu saja tidak. Yang dimaksud (dengan sabda beliau ini) adalah dikarenakan dunia telah menguasai hatinya. “Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba pakaian, celakalah hamba seprai.” Tidak ada yang menjadi tujuan hidupnya, kecuali untuk memperindah pakaian dan tempat tidurnya melebihi dari shalat dan ibadah-ibadah (lainnya) kepada Allah. “Jika diberi dia akan senang dan jika tidak diberi dia akan marah…” Apabila Allah melimpahkan karunia kepadanya, maka dia akan berkata, “Rabb yang Mahamulia, Mahaagung, dan Mahabesar, Dia-lah Dzat yang paling berhak atas segala-galanya. Akan tetapi, apabila tidak diberi, maka dia marah.”

Allah Ta’ala berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ

“Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi, maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat.” (QS. Al-Hajj: 11)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika diberi dia akan senang dan jika tidak diberi dia akan marah. Celakalah orang seperti ini dan dia akan tersungkur.” Maksud tersungkur yaitu dia akan menjadi orang hina karena seluruh urusannya menjadi rusak. “Jika tertusuk duri dia tidak bisa mencabutnya…” Maksudnya Allah akan mempersulit urusannya sehingga satu duri pun tidak mampu dia cabut dari badannya. “Jika tertusuk duri…” Maksudnya duri yang menusuk badannya, “Dia tidak bisa mencabutnya…” Kemudian beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda sebagai perbandingan terbalik dari perkara tersebut, “Berbahagialah bagi seorang hamba yang memacu kudanya di jalan Allah…” maksudnya dia akan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat. “Bagi seorang hamba yang memacu kudanya di jalan Allah yang kusut rambutnya dan berdebu kedua kakinya…”

Perhatikanlah. Hamba yang pertama adalah seorang hamba alas tidur (seprai). Sedangkan yang kedua adalah seorang hamba yang tidak peduli dengan kondisinya sendiri. Hal yang terpenting bagi dirinya adalah penghambaan kepada Allah dan mengharapkan ridha-Nya. “Yang kusut rambutnya dan berdebu kedua kakinya. Jika berada di garis belakang maka dia tetap berada di garis belakang…” Maksudnya dia tidak mempedulikan apapun tempat yang dia tempati. Apabila pada tempat tersebut terdapat manfaat untuk urusan jihad, maka dia berada di tempat tersebut. Inilah yang membuatnya beruntung di dunia dan di akhirat.

Kesimpulannya bahwa ada di antara manusia yang menyekutukan Allah tanpa disadarinya. Wahai saudaraku. Jika engkau sudah merasakan dunia telah menguasai hatimu dan menganggap bahwa tidak ada yang lebih penting daripada dunia. Tidur dan terjagamu hanya untuk dunia, maka ketahuilah sesungguhnya di dalam hatimu telah tersimpan benih kemusyrikan. Karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Celakalah hamba dinar…” Sabda beliau ini menunjukkan bahwa orang tersebut sangat bersemangat untuk memperoleh harta. Orang tersebut tidak mempedulikan cara untuk mendapatkannya. Apakah dengan cara yang halal maupun yang haram. Sedangkan orang yang beribadah kepada Allah dengan benar, tidak pernah mencari harta dengan cara yang diharamkan. Karena barang yang haram menuai kemurkaan Allah. Sedangkan harta yang halal mendatangkan keridhaan Allah. Karena itu, seorang hamba Allah yang ibadahnya benar (kepada Allah), maka dia mengatakan, “Tidak mungkin aku mencari harta dengan cara yang haram. Aku mencari harta dengan cara yang benar (di jalan-Nya) dan akan membelanjakannya di jalan-Nya pula.”

Arti sumpah adalah memantapkan sebuah perkara dengan menyebutkan sesuatu yang diagungkan. Seseorang tidak mungkin bersumpah dengan menyebutkan sesuatu, melainkan sesuatu yang disebutkannya itu sangat agung bagi dirinya. Seolah-olah dia ingin mengatakan, “Demi keagungan dzat yang aku sumpahi (objek sumpah) bahwa aku telah berkata jujur.” Oleh karena itu, seseorang yang bersumpah dengan menyebut nama Allah terkandung sumpah atas nama sifat dari sifat-sifat-Nya atau dengan salah satu nama dari nama-nama-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى

“Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asmaul Husna).” (QS. Al-Israa: 110)

Huruf-huruf sumpah ada tiga jenis. Pertama dengan huruf wawu, ba, dan ta. Contoh sumpah dengan huruf wawu, والله لأفعلنّ كذا (Demi Allah, saya akan berbuat seperti ini).” Contoh sumpah dengan huruf ba    لأفعلنّ كذا بالله (Demi Allah saya akan berbuat seperti ini).” Contoh sumpah dengan huruf ta adalah, تالله لأفعلنّ كذا (Demi Allah saya akan berbuat seperti ini).”

Allah Ta’ala berfirman,

وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ

“Dan mereka bersumpah dengan (nama) Allah dengan sumpah sungguh-sungguh.” (QS. An-Nur: 53)

Allah Ta’ala berfirman,

يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَكُمْ لِيُرْضُوكُمْ

“Mereka bersumpah kepadamu dengan (nama) Allah untuk menyenangkan kamu.” (QS. At-Taubah: 62)

Allah Ta’ala berfirman,

قَالَ تَاللَّهِ إِنْ كِدْتَ لَتُرْدِينِ

“Dia berkata, “Demi Allah, engkau hampir saja mencelakakanku.” (QS. Ash-Shaffaat: 56)

Allah Ta’ala berfirman,

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ

“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman.” (QS. An-Nisaa: 65)

Semua contoh di atas adalah ayat-ayat yang berisi huruf-huruf sumpah.

Bersumpah atas nama selain Allah merupakan bentuk kekafiran atau kemusyrikan. Hal tersebut dapat menjadi kekufuran, baik kekufuran besar maupun kekufuran kecil. Selain itu, hal tersebut dapat menjadi syirik, baik syirik besar maupun syirik kecil. Apabila orang yang bersumpah atas nama sesuatu dan meyakini bahwa sesuatu tersebut memiliki keagungan seperti keagungan yang dimiliki Allah, maka perbuatannya ini tergolong syirik besar. Adapun jika keyakinan terhadap sesuatu tersebut tidak menganggap memiliki keagungan seperti keagungan yang dimiliki Allah, maka perbuatannya ini termasuk syirik kecil dan merupakan jalan menuju syirik besar.

Dahulu pada zaman Jahiliyah, orang-orang terbiasa bersumpah atas nama nenek moyang mereka. Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melarangnya dan bersabda, “Janganlah kalian bersumpah atas nama nenek moyang kalian.” Maksudnya janganlah kalian menyebut nama saudara kalian, kakek, dan sesepuh atau dengan nama nenek moyang kalian. Karena hal ini merupakan kebiasaan orang-orang Jahiliyyah. “Barangsiapa yang ingin bersumpah, maka bersumpahlah atas nama Allah atau diam saja.” Maksudnya boleh bersumpah dengan syarat harus atas nama Allah atau tidak bersumpah sama sekali. Adapun bersumpah atas nama selain Allah, maka jenis sumpah ini seperti terlarang.

Di antara contohnya adalah bersumpah atas nama Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, manusia paling mulia dan penghulu umat manusia. Jika Anda mengatakan, “Demi Nabi Muhammad!” Maka Anda menjadi pelaku syirik atau orang yang kufur. Atau bersumpah atas nama Jibril. Misalnya dengan mengatakan, “Demi malaikat Jibril, Demi malaikat Mikail, demi malaikat Israfil, dan demi malaikat Malik penjaga Neraka.” atau dengan menyebutkan nama yang lainnya. Semua perbuatan ini termasuk perbuatan syirik.

Kemudian jika Anda mengatakan (bersumpah), “Demi matahari, demi bulan, demi malam dan demi siang.” Maka hal ini termasuk perbuatan syirik. Perbuatan tersebut dapat digolongkan sebagai syirik besar ataupun syirik kecil sesuai dengan apa yang telah kita niatkan.

Adapun jika Anda bersumpah atas nama sifat dari sifat-sifat Allah Ta’ala seperti, “Demi Keagungan Allah, demi Keadilan Allah saya akan berbuat seperti ini dan seperti ini”, maka sumpah seperti ini tidak dilarang.

Adapun jika Anda bersumpah atas nama selain Allah, maka sebagaimana yang telah saya (penulis) katakan bahwa sumpah seperti itu merupakan perbuatan kufur atau syirik. Dapat tergolong syirik besar dan dapat pula merupakan syirik kecil. Ada seseorang yang mengatakan, “Dia dianggap murtad apabila dia seperti ini dan seperti itu.” Ucapan seperti itu tidak dibenarkan untuk diucapkan. Apabila kenyataannya tidak benar, maka dia menjadi seperti perkataannya sendiri, yaitu murtad. Kemudian apabila ucapannya ternyata benar, niscaya dia tidak bisa kembali kepada agama Islam dengan selamat. Maksudnya dia berdosa dan kufur.

Contohnya ucapan seseorang yang menyatakan, “Jika dia terbukti melakukan hal ini dan itu, maka dia adalah orang Yahudi. Dan apabila ia terbukti melakukan hal ini dan itu, maka dia adalah orang Nasrani.” Maka akan dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya perbuatan seperti ini haram dilakukan. Karena jika ternyata ucapanmu tidak benar, maka Anda-lah yang menjadi orang Yahudi atau orang Nasrani sebagaimana yang Anda katakan sendiri. Dan jika ternyata ucapanmu benar, maka Anda tidak akan bisa kembali kepada agama Islam dengan selamat.”

Contoh lainnya adalah seseorang yang mengatakan, “Sesungguhnya si fulan hari ini telah tiba dari perjalanannya. Kemudian temannya berkata kepadanya, “Tidak, dia belum datang.” Kemudian orang yang pertama tadi berkomentar, “Jika si fulan belum datang berarti dia adalah orang Yahudi.” Apabila temannya tadi berdusta yakni ternyata si fulan belum datang dan ini berarti dia telah berdusta, maka dengan pernyataannya ini dia tertuduh sebagai orang Yahudi, sebab telah dikatakan “Jika si fulan belum datang berarti dia adalah orang Yahudi.” Ternyata dia berdusta. Maka dengan pernyataannya itu, dia tertuduh menjadi orang Yahudi. Dan jika ternyata benar adanya bahwa si fulan telah datang, maka orang yang mengatakannya tadi tidak kembali kepada agama Islam dalam keadaan selamat sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Hal yang terpenting di dalam kasus ini bahwa jika Anda ingin bersumpah, maka bersumpahlah atas nama Allah atau dengan salah satu nama atau sifat-sifat-Nya.

Kemudian ada seseorang yang mengatakan, “Bukankah Allah Ta’ala juga bersumpah dengan makhluk-Nya?” Allah Ta’ala berfirman,

وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا

“Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari.” (QS. Asy-Syams: 1)

Dan firman Nya,

وَالسَّمَاءِ وَمَا بَنَاهَا

“Demi langit serta pembinaannya (yang menakjubkan)” (QS. Asy-Syams: 5)

Kita jawab: Sesungguhnya Allah berhak untuk bersumpah atas nama makhluk yang Dia kehendaki. Hal tersebut juga merupakan dalil atas keagungan Allah. Sebab keagungan makhluk menunjukkan akan keagungan sang Khaliq (sang Pencipta). Allah Ta’ala tidak akan bersumpah melainkan dengan sesuatu yang agung. Sedangkan keagungan makhluk Allah merupakan bagian dari keagungan-Nya, karena Allah berhak untuk bersumpah atas nama seluruh makhluk-Nya yang Dia kehendaki. Tidak ada seorang pun yang bisa menghalang-halangi-Nya. Dia Mahakuasa untuk berbuat sesuai dengan kehendak-Nya.

Jika ada seseorang yang mengatakan, “Kami mendengar sebagian Orang mengatakan, “bersumpahlah atas nama ayat-ayat Allah!” Apakah Sumpah seperti ini termasuk bersumpah atas nama selain Allah? Apakah Sumpah seperti ini termasuk perbuatan kufur atau syirik?

Kita jawab: (Kita akan menanyakan kembali kepadanya), “Apa yang dimaksud dengan ayat-ayat Allah tersebut?” Jika yang dimaksud ayat-ayat Allah tersebut adalah matahari, bulan, malam atau siang, maka sumpah ini merupakan sumpah atas nama selain Allah sehingga para pelakunya dicap musyrik atau kufur.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ

“Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan.” (QS. Fushshilat: 37)

Apabila dia menjawab, “Yang saya maksudkan dengan ayat-ayat Allah adalah sesuatu disumpahi Allah tersebut (malam, siang, matahari dan bulan).” Maka kita jawab: Sumpah ini merupakan sumpah atas nama selain Allah. Sehingga pelakunya dicap musyrik atau orang kafir. Namun, jika dia mengatakan, “Yang kami maksud dengan ayat-ayat Allah adalah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan ayat-ayat Allah.” Maka kita jawab bahwa sumpah seperti ini tidak termasuk perbuatan syirik. Mengapa? Sebab Al-Qur’an Al-Karim adalah firman Allah. Sedangkan firman Allah bisa termasuk di antara sifat-sifat-Nya.

Oleh karena itu, jika dia mengatakan, “Saya bersumpah dengan ayat-ayat Allah dan yang saya maksud dengan ayat-ayat tersebut adalah Al-Qur’an.” Maka kita jawab bahwa sumpah seperti ini dibenarkan dan tidak apa-apa. Akan tetapi, saya (penulis) beranggapan bahwa masyarakat awam jika mengatakan, “Saya bersumpah atas nama ayat-ayat Allah.” Menurut dugaan saya bahwa yang mereka maksud adalah Al-Qur’an. Sehingga jika yang mereka maksud adalah Al -Qur’an, maka sumpah seperti ini tidak diharamkan. Akan tetapi, jika ayat-ayat yang mereka maksudkan adalah matahari, bulan, bintang, malam, siang atau yang sejenisnya, maka sumpah seperti ini adalah perbuatan syirik atau kufur.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top