1. Bentuk-Bentuk Ibadah Malaikat
A. Bertasbih
B. Berbaris Membentuk Shaf
Allah berfirman:
وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّونَ (165) وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ (166)
“Dan sesungguhnya kami (para Malaikat) selalu teratur dalam barisan (dalam melaksanakan perintah Allah). Dan sungguh, kami benar-benar terus bertasbih (kepada Allah).” (QS. Ash-Shaffat (37): 165-166)
Allah juga berfirman:
وَالصَّافَّاتِ صَفًّا
“Demi (rombongan Malaikat) yang berbaris bershaf-shaf.” (QS. Ash-Shaffat (37): 1)
Allah juga berfirman:
وَيَوْمَ تَشَقَّقُ السَّمَاءُ بِالْغَمَامِ وَنُزِّلَ الْمَلَائِكَةُ تَنْزِيلًا
“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) langit pecah mengeluarkan kabut putih dan para Malaikat diturunkan (secara) bergelombang.” (QS. Al-Furqan (25): 25)
Kelak pada Hari Kiamat, para Malaikat akan datang dengan berbaris rapi. Allah berfirman:
وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا
“Dan datanglah Rabbmu, dan para Malaikat berbaris-baris.” (QS. Al-Fajr (89): 22)
Dan para Malaikat berdiri berbaris rapi di hadapan Allah. Allah berfirman:
يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلَائِكَةُ صَفًّا لَا يَتَكَلَّمُونَ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَابًا
“Pada hari ketika ar-Ruh (Malaikat Jibril) dan para Malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin padanya oleh Rabb Yang Maha Pengasih dan ia hanya mengatakan yang benar.” (QS. An-Naba (78): 38)
Diriwayatkan dari Ar-Rib’i, dari Hudzaifah, bahwa Rasulullah bersabda:
فُضِّلْنَا عَلَى النَّاسِ بِثَلَاثٍ: جُعِلَتْ صُفُوفُنَا كَصُفُوفِ الْمَلَائِكَةِ، وَجُعِلَتْ لَنَا الْأَرْضُ كُلَّهَا مَسْجِدًا وَجُعِلَتْ تُرْبَتُهَا لَنَا طَهُورًا إِذَا لَمْ نَجِدِ الْمَاءَ
“Kita diberikan keutamaan melebihi umat-umat sebelum kita dengan tiga perkara: (1) dijadikan barisan kita seperti barisan para Malaikat, (2) dijadikan bumi ini semuanya sebagai masjid (tempat shalat) bagi kita, dan (3) dijadikan tanahnya sebagai alat bersuci apabila kita tidak mendapati air.”
Hudzaifah melanjutkan: “Beliau pun menyebutkan beberapa keutamaan lainnya.”
Dan diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah bersabda:
أَقِيمُوا الصُّفُوفَ، فَإِنَّمَا تَصُفُّونَ بِصُفُوفِ الْمَلَائِكَةِ وَحَاذُوا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ، وَسُدُّوا الْخَلَلَ، وَلِينُوا فِي أَيْدِي إِخْوَانِكُمْ، وَلَا تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ،
“Luruskanlah barisan kalian (di dalam shalat) karena sesungguhnya kalian berbaris sebagaimana berbarisnya para Malaikat, ratakanlah pundak-pundak kalian, tutupi celah-celah, berlakulah lemah-lembut terhadap saudara (di sisi kiri dan kanan) kalian! Dan jangan biarkan satu celah pun untuk syaitan!
وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا، وَصَلَهُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
Barangsiapa yang menyambung shaft (atau celah) barisan itu, maka Allah akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya), dan barangsiapa yang memutuskan shaf (atau membuat celah barisan), maka Allah akan memutuskan (dari rahmat-Nya).”
Diriwayatkan dari Jabir bin Samurah, ia mengatakan:
خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وآله وسلم فَقَالَ مَا لِي أَرَاكُمْ رَافِعِي أَيْدِيكُمْ كَأَنَّهَا أَذْنَابُ خَيْلٍ شُمْسٍ اسْكُنُوا فِي الصَّلاةِ
“Rasulullah keluar rumah dan menemui kami seraya berkata: “Mengapa aku melihat kalian mengangkat tangan-tangan kalian (pada saat salam di akhir shalat) seperti ekor-ekor kuda liar? Tenanglah dalam shalat-shalat kalian!
قَالَ ثُمَّ خَرَجَ عَلَيْنَا فَرَآنَا حلَقًا فَقَالَ مَالِي أَرَاكُمْ عِزِينَ قَالَ ثُمَّ خَرَجَ عَلَيْنَا فَقَالَ ألا تَصُفّونَ كَمَا تَصُفُّ الْمَلائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهَا فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تَصُفُّ الْمَلائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهَا
Kemudian di lain waktu beliau melihat kami sedang berkelompok-kelompok (dalam barisan shalat), maka beliau bersabda: “Mengapa aku melihat kalian berpencar-pencar?” Beliau pun menjumpai kami dan bersabda: “Maukah kalian berbaris sebagaimana berbarisnya para Malaikat di sisi Rabbnya?” Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah berbarisnya para Malaikat di sisi Rabbnya?”
قَالَ يُتِمُّونَ الصُّفُوفَ الأول وَيَتَرَاصُّونَ فِي الصَّفِّ
Rasulullah pun bersabda: “Mereka menyempurnakan barisan pertama kemudian merapatkannya.”
C. Shalat
Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam, ia mengatakan: “Ketika Rasulullah sedang bersama para Sahabatnya, beliau bertanya kepada mereka: “Apakah kalian mendengar apa yang telah aku dengar?” Mereka menjawab: “Kami tidak mendengar apa pun. Kemudian beliau bersabda:
إنّي لأسْمَعُ أطِيطَ السَّماءِ، وما تُلامُ أنْ تَئِطَّ ولَيْسَ فِيها مَوْضِعُ رَاحَةٍ إلا وفِيهِ مَلَكٌ ساجِدٌ أوْ قائمٌ
“Sesungguhnya aku mendengar suara rintihan langit (karena menahan beban berat). Dan tidaklah tercela langit tersebut merintih, karena tidak ada tempat sejengkal pun melainkan di sana terdapat Malaikat yang sedang bersujud atau berdiri.”
D. Haji
Para Malaikat memiliki Ka’bah tersendiri di langit ketujuh, yang mereka menunaikan haji padanya. Ka’bah inilah yang disebutkan oleh Allah Taala dengan nama Baitul Ma’mur. Allah Taala pun bersumpah dengannya di surah Ath-Thur: وَالْبَيْتِ الْمَعْمُوْرِ “Demi Baitul Ma’mur” (QS. Ath-Thur (52): 4)
Ketika menafsirkan ayat ini, al-Hafizh Ibnu Katsir (wafat th. 774 H) mengatakan: “Telah tetap di dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim bahwa Rasulullah bersabda di dalam hadits tentang Isra, yaitu setelah beliau melewati langit yang ketujuh:
ثُمَّ رُفِعَ لِي الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ، فَقُلْتُ: يَا جِبْرِيلُ مَا هَذَا؟ قَالَ: هَذَا الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ يَدْخُلُهُ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، إِذَا خَرَجُوا مِنْهُ لَمْ يَعُودُوا فِيهِ آخِرُ مَا عَلَيْهِمْ
“Kemudian aku dibawa ke Baitul Ma’mur, aku bertanya: “Wahai Jibril, ini apa? Jibril menjawab: Ini adalah Baitul Ma’mur, setiap harinya dimasuki 70.000 (tujuh puluh ribu) Malaikat: apabila mereka keluar darinya, maka mereka tidak kembali lagi kepadanya, itulah terakhir kali mereka memasukinya.”
Yaitu, mereka beribadah padanya dan juga mengerjakan thawaf sebagaimana penduduk bumi berthawaf di Ka’bah mereka. Baitul Ma’mur adalah Ka’bah bagi penduduk langit ketujuh. Oleh karena itu, Rasulullah mendapati Nabi Ibrahim menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma’mur, karena beliaulah yang membangun Ka’bah yang ada di bumi. Dan, balasan adalah sesuai dengan amalan yang telah dilakukan:
Diriwayatkan dari Qatadah, ia mengatakan: “Telah disebutkan kepada kami bahwa suatu hari Nabi pernah bersabda kepada para Sahabat: “Tahukah kalian apa itu Baitul Ma’mur?” Mereka pun menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Maka beliau bersabda:
فإنَّهُ مَسْجِدٌ في السَّماء تَحْتَهُ الكَعْبَة لَوْ خَرّ لَخَرّ عَلَيها …
“Sesungguhnya Baitul Ma’mur adalah sebuah masjid yang ada di langit. (Tepat) di bawahnya adalah Ka’bah, seandainya Baitul Ma’mur itu jatuh, maka ia akan menimpa Ka’bah…”
2. Kemampuan Dan Kekuatan Malaikat Malaikat
Bisa Menjelma Dalam Rupa Manusia
Allah berfirman tentang Ar-Ruh (Malaikat Jibril) yang diutus kepada Maryam:
فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا
“Lalu ia memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka. Lalu Kami (Allah) mengutus Ruh Kami (Jibril) kepadanya, maka ia pun menampakkan diri di hadapannya dalam penampakan manusia yang sempurna.” (QS. Maryam (19): 17)
Dan Allah berfirman tentang para Malaikat yang diutus kepada Nabi Ibrahim:
وَلَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى قَالُوا سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ فَمَا لَبِثَ أَنْ جَاءَ بِعِجْلٍ حَنِيذٍ
“Dan para utusan Kami (para Malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira. Mereka mengucapkan, Salam!” dan ia (Ibrahim) pun menjawab: Salam (atas kamu)!” Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.” (QS. Hud (11): 69)
وَنَبِّئْهُمْ عَنْ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ (51) إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ إِنَّا مِنْكُمْ وَجِلُونَ (52)
“Dan kabarkanlah (Muhammad) kepada mereka tentang tamu Ibrahim (Malaikat). Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan: “Salam. Dia (Ibrahim) berkata: “Kami benar-benar merasa takut kepadamu.” (QS. Al-Hijr (15): 51-52)
Allah berfirman,
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ (24)
“Sudahkah sampai kepadamu (wahai Muhammad) cerita para tamu Ibrahim (yaitu para Malaikat) yang dimuliakan?
إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُنْكَرُونَ (25)
(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya kemudian mengucapkan: Salam! dan Ibrahim menjawab: Salam! (Mereka itu) orang-orang yang belum dikenalnya.
فَرَاغَ إِلَى أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ (26)
Maka diam-diam ia (Ibrahim) pergi menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar),
فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ (27)
lalu dihidangkannya kepada mereka (tetapi mereka tidak mau makan). Ibrahim berkata: Mengapa tidak kamu makan?
فَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً قَالُوا لَا تَخَفْ وَبَشَّرُوهُ بِغُلَامٍ عَلِيمٍ (28)
Maka ia (Ibrahim) merasa takut terhadap mereka. “Mereka berkata: “Janganlah kamu takut!” dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishaq).” (QS. Adz-Dziriyat (51): 24-28)
Rasulullah bersabda, dalam kisah taubatnya seseorang yang telah membunuh 99 (sembilan puluh sembilan) orang:
فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ فِي صُورَةِ آدَمِيٍّ
“Malaikat mendatangi mereka dalam wujud salah seorang anak Adam yakni (manusia).”
Allah juga berfirman tentang para Malaikat yang diutus kepada Nabi Luth:
وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالَ هَذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ (77)
“Dan ketika para utusan Kami (para Malaikat) itu datang kepada Luth, dia merasa curiga dan dadanya merasa sempit karena (kedatangan)nya, Dia (Luth) berkata: “Ini hari yang sangat sulit.”
وَجَاءَهُ قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوا يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ قَالَ يَاقَوْمِ هَؤُلَاءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَلَا تُخْزُونِ فِي ضَيْفِي أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ (78)
Dan kaumnya segera datang kepadanya. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan keji. Luth berkata: “Wahai kaumku! Inilah putri-putri (negeri)ku mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu orang yang pandai?” (QS. Hud (11): 77-78)
Al-Hafizh Ibnu Katsir (wafat th. 774 H) berkata: “Para Malaikat menampakkan dirinya dalam wujud seorang pemuda berwajah tampan sebagai ujian dan cobaan untuk menegakkan hujjah kepada kaum Luth. Lalu Allah menurunkan adzab kepada mereka sebagai balasan dari Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa.”
Malaikat Jibril juga sering mendatangi Rasulullah dalam rupa yang berbeda-beda. Hal tersebut berdasarkan riwayat dari Ummul Mukminin Aisyah bahwasanya al-Harits bin Hisyam pernah bertanya pada Nabi, “Ya Rasulullah, bagaimanakah datangnya wahyu kepadamu?” Maka Rasulullah, menjawab:
أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ، وَهُوَ أَشَدُّ عَلَيَّ فَيَفْصِمُ عَنِّي، وَقَدْ وَعَيْتُ عنه ما قَالَ: وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِيَ الْمَلَكُ رَجُلًا فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ
“Adakalanya datang kepadaku seperti suara lonceng dan itu yang paling berat bagiku, lantas terhenti dariku dalam keadaan aku telah hafal apa yang dikatakan Malaikat. Dan adakalanya Malaikat menyerupai seorang laki-laki lalu berbicara denganku lalu aku hafal apa yang ia ucapkan.”
Terkadang Jibril mendatangi beliau seperti rupa Dihyah al-Kalbi (seorang Sahabat yang berwajah tampan), dan terkadang datang dalam wujud seorang Arab pedalaman. Dan tidak sedikit Sahabat, yang pernah melihat Malaikat ketika mendatangi beliau.
Dalam sebuah hadits, dari Umar bin al-Khathab, bahwa ia menuturkan:
بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شديد سواد الشرع لا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلا يَعْرِفُهُ منا أحد، حتى جلس إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ
“Suatu ketika, kami (para Sahabat) duduk di dekat Rasululah. Tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang mengenakan pakaian sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tidak terlihat tanda-tanda bekas perjalanan darinya, dan tidak ada seorang pun dari kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi lalu lututnya disandarkan pada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi.
وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلامِ، … قَالَ فَإنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ أَمْرَ دِينِكُم
Lalu ia berkata: “Wahai Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam …” kemudian Nabi pun mengatakan kepada para Sahabat: “Sesungguhnya ia adalah Jibril yang mengajarkan kepada kalian tentang urusan agama kalian.”
Dalam hadits lain dari Aisyah, ia berkata:
رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاضِعًا يَدَيْهِ عَلَى مَعْرَفَةِ فَرَسٍ وَهُوَ يُكَلِّمُ رَجُلًا، قُلْتُ: رَأَيْتُكَ وَاضِعًا يَدَيْكَ عَلَى مَعْرَفَةِ فَرَسِ دِحْيَةَ الْكَلْبِيِّ وَأَنْتَ تُكَلِّمُهُ، قَالَ: وَرَأَيْتِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، قَالَ: ذَاكَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، وَهُوَ يُقْرِئُكِ السَّلَامَ
“Aku melihat Rasulullah meletakkan tangannya pada surai (bulu pada tengkuk) kuda, dan Rasulullah berbicara kepada seorang laki-laki. Aisyah pun bertanya: “Aku melihat engkau meletakkan tanganmu pada surai (bulu pada tengkuk) kuda milik Dihyah al-Kalbi, seraya mengajaknya berbicara,” Beliau berkata: “Kamu melihat (laki-laki itu)? Maka Aisyah menjawab: Iya (aku melihatnya)? Nabi pun menjawab: “Dia adalah Jibril, dan dia menyampaikan salam untukmu.”