AMALAN-AMALAN YANG MENDATANGKAN DOA MALAIKAT (BAGIAN 2)

mecca, mekkah, saudi arabia, saudi, arabia, muslim, arabic, prayer, islam, mosque, minaret, religion, buildings, religious, gray mosque, gray prayer, mecca, mecca, saudi arabia, saudi arabia, saudi arabia, saudi arabia, saudi arabia

2. Bersedekah

Salah satu amalan yang dapat mendatangkan doa dari para malaikat adalah bersedekah dari hasil yang halal dan dengan hati yang tulus.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

“Tidaklah hamba-hamba berada di pagi hari, kecuali ada dua malaikat yang turun, salah satunya berkata, ‘Ya Allah berikanlah ganti kepada orang yang berinfak’, dan yang lain berkata, ‘Ya Allah berikanlah kebinasaan kepada orang yang menahan (hartanya)’.” HR. Bukhari No. 1442.

Doa malaikat pasti dikabulkan, baik doa itu berupa kebaikan ataupun keburukan. Hadits ini menjelaskan bahwa setiap pagi ada dua malaikat yang turun, salah satu dari keduanya berdoa kebaikan kepada orang yang bersedekah, sedangkan yang lain berdoa keburukan bagi orang yang menahan hartanya. Di samping itu, hadits ini menjadi dalil bahwasanya seseorang yang berinfak dengan infak yang baik, maka dia akan didoakan oleh malaikat.

Yang dimaksud dengan infak yang baik adalah, sebagaimana perkataan imam An-Nawawi,

قَالَ الْعُلَمَاء: هَذَا فِي الْإِنْفَاقِ فِي الطَّاعَاتِ , وَمَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ , وَعَلَى الْعِيَال , وَالضِّيفَان , وَالصَّدَقَات , وَنَحْو ذَلِكَ، بِحَيْثُ لَا يُذَمُّ وَلَا يُسَمَّى سَرَفًا، وَالْإِمْسَاكُ الْمَذْمُومُ هُوَ الْإِمْسَاكُ عَنْ هَذَا.

Para ulama menjelaskan bahwa doa ini adalah berkaitan dengan infak dalam ketaatan, dalam penerapan akhlak yang mulia, keluarga, tamu, sedekah-sedekah secara umum dan yang semisalnya dimana infak tersebut tidak tercela dan tidak juga dikatakan berlebih-lebihan. Adapun berinfak yang tercela adalah menahan dari hal ini (yang telah disebutkan)

Artinya infak yang dimaksud dalam hadits ini bermakna luas mencakup orang-orang yang berinfak dalam ketaatan, seperti amalan haji dan umrah, membangun masjid dan berdakwah, untuk penuntut ilmu. Begitu juga dalam hal akhlak yang mulia, seperti memberikan hadiah kepada kawan dan ini merupakan bentuk infak yang menunjukkan akhlak atau tidak pelit terhadap sesama, yaitu dengan mentraktir teman untuk makan bersama.

Selain itu, bisa juga seseorang berinfak untuk keluarga dan anak dan juga kepada tamu, seperti memberikan suguhan kepadanya, menghormati ataupun memuliakannya. Infak pun bisa juga dengan melakukan sedekah-sedekah secara umum, selama hal tersebut tidak tercela, tidak juga dikatakan berlebih-lebihan. Janganlah seseorang berpikir bahwa infak adalah harta yang disedekahkan hanya untuk membangun masjid dan dakwah. Namun, arti yang sebenarnya adalah sangat luas.

Adapun berinfak yang tercela adalah dengan menahan diri dari mengamalkan hal-hal-hal di atas. Di antara contohnya adalah ketika dia berinfak dengan cara yang dapat menjadi bahan celaan, seperti berinfak dengan harta yang terlalu banyak atau berinfak atau berinfak dengan menyakiti hati orang atau dengan memamerkan sedekahnya di depan banyak orang.

Contoh lain dalam hal berinfak yang berlebih-lebihan adalah ketika seorang suami membelikan barang-barang yang terlalu mewah untuk istrinya atau membelikan permainan atau hal-hal yang tidak bermanfaat untuk anak-anaknya. Semuanya ini termasuk amalan-amalan yang tidak akan mendatangkan doa malaikat, karena sejatinya amalan sedekah yang dapat mendatangkan doa dari malaikat adalah infak atau sedekah dengan wajar, tepat pada tempatnya dan benar.

Dari sini kita menjadi tahu, bahwa ternyata banyak amalan yang dapat mendatangkan doa malaikat kepada orang yang mengerjakannya. Di antara amalan tersebut, bukan hanya berinfak untuk pembangunan masjid ataupun dakwah saja ataupun untuk jalan menuntut ilmu. Akan tetapi, bisa dengan menginfakkan harta kepada anak, istri dan keluarga dengan cara yang tepat, seperti untuk biaya sekolah anak-anak ataupun kebutuhankebutuhan mereka. Hal itu juga termasuk dari amalan-amalan sedekah yang mampu mendatang doa malaikat.

Jadi yang didoakan keburukan oleh para malaikat, bukan hanya orang yang pelit, tetapi orang yang berinfak di jalan yang tidak benar juga mendapatkan doa keburukan dari malaikat. Seperti halnya orang yang berinfak untuk maksiat atau sesuatu yang mubazir, maka dia akan mendapatkan doa keburukan dari malaikat, karena perbuatan itu termasuk bentuk infak yang buruk. Oleh karenanya, orang yang melakukan keburukan di dalam infak, maka dia akan mendapatkan doa keburukan dari malaikat.

Di antara keistimewaan bagi orang yang bersedekah atau berinfak adalah malaikat sudah mendoakannya sejak waktu pagi, dan bahkan sebelum dia berinfak atau bersedekah malaikat telah mendoakannya. Ada sebagian orang yang mengatakan disunahkan untuk bersedekah di pagi hari. Janganlah seseorang mengikuti cara berpandang seperti ini. Sejatinya ketika seseorang bersedekah, baik di pagi hari maupun siang hari, malaikat sudah berdoa untuknya sejak pagi sebelum mereka berinfak.

Adapun doa malaikat agar diberikan ganti oleh Allah, maksudnya adalah agar Allah mengganti apa yang dikeluarkan hamba-Nya ketika bersedekah. Sangat jelas, betapa banyak orang yang bersedekah, lalu Allah memberikan ganti dengan yang lebih baik, sedangkan kenyataan seperti ini sudah banyak sekali terjadi.

3. Selalu shalat di shaf pertama

Disebutkan di dalam hadits yang diriwayatkan dari al-Bara’ bin ‘Azib berkata, Rasulullah bersabda,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصُّفُوفِ الْأَوَّلِ

“Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bersholawat kepada orang-orang yang berada di shaf-shaf yang pertama.” HR. Ahmad No. 18616, Abu Daud No. 664 dan dishahihkan oleh al-Albani

Di dalam riwayat lain disebutkan

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصُّفُوفِ الْمُتَقَدِّمَةِ

“Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bersholawat kepada orang-orang yang berada di shaf-shaf yang paling depan.” (HR. An-Nasa’i No. 811 dan dishahihkan oleh al-Albani)

Artinya bisa jadi shaf yang pertama, kedua dan ketiga, merupakan golongan yang terdepan yang mendapat sholawat dari para malaikat.

Maksud sholawat Allah kepada mereka atau kepada makhluk-Nya adalah Allah memujinya di hadapan para malaikat. Adapun sholawat malaikat kepada orang-orang yang beriman maksudnya adalah para malaikat mendoakan mereka. Tidak mungkin sholawat disini diartikan dengan berdoa, karena Allah tidak berdoa.

Shalat berada di shaf paling depan adalah amalan yang luar biasa. Barangkali seseorang bisa melaksanakan shalat di shaf pertama, kedua ataupun ketiga, sedangkan tak ada satu pun orang lain yang mengenal dirinya. Akan tetapi, dia dikenal oleh para malaikat dan dia mendapat pujian dari Allah di depan para malaikat karena dia selalu berusaha shalat di shaf yang paling depan.

Biasanya orang terkenal di dunia karena jabatannya, kedudukannya atau hal duniawi lainnya, tetapi dia tidak dikenal oleh penduduk langit. Di sisi lain, ada seseorang yang tak satupun dari penduduk bumi yang mengenalnya, tetapi dia dikenal oleh penduduk langit, yaitu para malaikat, dan bahkan mereka mendoakannya, karena dia selalu menjaga amalan shalat berada di shaf yang paling depan.

Terdapat beberapa kisah dari para salaf bahwa ada di antara mereka yang tidak pernah terlambat menghadiri shalat berjamaah di masjid dalam masa empat puluh tahun. Sebelum azan dikumandangkan, dia sudah berada di dalam masjid.

عن محمد بن سماعه قال مكثت أربعين سنة لم تفتني التكبيرة الأولى إلا يوما واحدا ماتت فيه أمي ففاتتني صلاة واحدة في جماعة فقمت فصليت خمسا وعشرين صلاة أريد بذلك التضعيف

Dari Muhammad bin Sama’ah berkata, “Selama 40 tahun aku tidak pernah tertinggal dari takbir yang pertama (takbiratul ihram), kecuali satu hari dimana ibuku meninggal dunia, maka aku terlambat satu shalat di dalam shalat berjamaah. Akhirnya, aku berdiri melaksanakan shalat sebanyak 25 shalat agar dilipatgandakan (pahala) dengan shalat tersebut.”

Oleh karenanya, jika kita membicarakan siapakah wali Allah pada zaman sekarang ini, dimana sejatinya wali Allah tidaklah dia yang bisa terbang, kebal dari benda-benda tajam ataupun mampu berjalan di atas air. Namun, sejatinya wali Allah yang sebenarnya adalah orang yang paling istiqamah di dalam ibadahnya. Apalagi, di zaman yang penuh godaan seperti zaman sekarang ini.

Apabila kita menemui orang yang mampu menjaga shalatnya berada di shaf pertama dan istiqamah di dalam amalannya tersebut, maka sejatinya dia adalah wali Allah. Apabila kita menemui seseorang yang mampu istiqamah dalam menundukkan dan menjaga pandangannya, maka sejatinya dia adalah wali Allah. Mereka inilah yang terkenal di sisi Allah dan malaikat-malaikat-Nya, meskipun orang-orang tidak ada yang mengenalnya.

Wali Allah bukanlah orang yang memiliki kesaktian mandraguna atau terkenal di mata manusia ataupun memiliki banyak pengikut di dunia nyata maupun dunia maya. Bukan itu yang menjadi tolok ukurnya. Akan tetapi, tolok ukur sebenarnya adalah yang mampu menjaga amalan dari sunah-sunah Nabi.

4. Menyambung shaf shalat yang terputus

Ini merupakan bentuk perhatian Allah kepada orang yang menunaikan shalat. Orang yang menempati shaf yang pertama mendapat pujian dari Allah dan doa malaikat. Selain itu, orang yang menyambung shaf yang terputus juga akan mendapat doa malaikat.

Sebagaimana disebutkan di dalam hadits Aisyah berkata, Rasulullah bersabda,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الَّذِينَ يَصِلُونَ الصُّفُوفَ، وَمَنْ سَدَّ فُرْجَةً رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf. Barang siapa yang menutup celah dalam shaf, niscaya Allah akan mengangkat derajatnya.” HR. Ibnu Majah No. 995 dishahihkan oleh al-Albani.

Maka dari itu, ketika kita shalat hendaknya kita berusaha menyambung shaf. Apabila kita menemukan celah di dalam shaf salat di depan kita, maka hendaknya kita maju dan menutup celah tersebut. Bahkan, para ulama mengatakan bahwa apabila seseorang berada di shaf ketiga, namun terdapat celah di dalam shaf yang pertama dan tidak ada yang maju untuk menutupi celah tersebut, maka dibolehkan baginya untuk maju ke depan untuk menutupi celah shaf tersebut, meskipun harus menembus shaf yang kedua.

Bagi orang yang mampu menutupi celah shaf tersebut, Allah akan mengangkat derajatnya di sisi-Nya, dipuji oleh Allah di hadapan para malaikat dan malaikat pun mendoakannya. Meskipun dia mengamalkan amalan tersebut dan tidak banyak orang yang mengenalnya, namun Allah mengetahuinya. Jangankan gerakan manusia, bahkan Allah mengetahui hembusan nafas setiap makhluk-Nya.

Allah berfirman,

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلاّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلاّ يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلاّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (QS. Al-An’am: 59)

Tidak ada satu daun pun yang jatuh di ujung hutan belantara dari negara terpencil pun, kecuali Allah mengetahuinya. Bagaimana lagi jika seseorang yang maju hendak menutup celah shaf di dalam shalat? Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala gerak-gerik makhluk-Nya.

5. Senantiasa berada pada tempat shalatnya setelah selesai melaksanakannya

Diriwayatkan dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda,

وَالْمَلَائِكَةُ يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مَجْلِسِهِ الَّذِي صَلَّى فِيهِ يَقُولُونَ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ

“Malaikat senantiasa bersholawat kepada salah seorang dari kalian selama dia berada di tempat shalatnya. Mereka berdoa, “Ya Allah, rahmatilah dia. Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah, terimalah tobatnya”, selama dia tidak mengganggu orang lain dan berhadas.” HR. Muslim No. 649.

Di dalam hadits ini disebutkan bahwa jika seseorang selesai melaksanakan shalat, namun dia tidak beranjak dan justru menetapi majelis tempat shalatnya tersebut, lalu menyibukkan dirinya dengan berzikir, membaca Al-Quran, tidak mengganggu orang lain, tidak melakukan gibah dan tidak berhadas, maka selama itu pula malaikat senantiasa mendoakannya dan mengulang-ulangi doanya,

اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ

“Ya Allah, ampunilah dia baik dosa yang lalu maupun yang akan datang. Ya Allah, terimalah tobatnya, selama tidak mengganggu orang lain dan selama tidak berhadats.”

Catatan:

تُبْ عَلَيْهِ memiliki dua makna. Pertama, jika dia telah bertobat, semoga Allah menerima tobatnya. Adapun kedua, jika dia belum bertobat, semoga Allah memberikan ilham kepadanya agar dia segera bertobat kepada Allah dari maksiat yang dia lakukan.

Ibnu Hajar berkata,

سَوَاءٌ ثَبَتَ فِي مَجْلِسِهِ ذَلِكَ مِنَ الْمَسْجِدِ أَمْ تَحَوَّلَ إِلَى غَيْرِهِ

“Entah baginya tetap duduk di tempat dia shalat di dalam masjid atau berpindah-pindah.” Fath al-Bari (1/538).

Artinya tidak lazim seseorang harus duduk di tempat dia shalat, namun yang terpenting adalah selama dia tidak keluar dari masjid, karena ada riwayat-riwayat lain yang menunjukkan akan hal tersebut.

Misalnya, kita pergi salah satu masjid untuk menunaikan shalat magrib. Setelah selesai shalat, sembari menunggu waktu shalat isya kita tetap duduk di tempat shalat kita untuk berzikir, membaca Al-Quran, tidak berbuat gibah. Atau kita boleh pindah tempat, yang penting masih berada di dalam masjid tersebut. Jika kita telah mengamalkan hal tersebut, maka dia akan mendapat doa malaikat.

Akan tetapi, ketika dia mengamalkannya, lalu tiba-tiba dia bergibah, maka saat itu pula malaikat akan berhenti mendoakannya. Oleh karenanya, ketika kita berada di dalam majelis ilmu, janganlah kita mengganggu orang atau melakukan kemaksiatan lainnya, namun hendaknya berusaha untuk mengingat Allah. Selama kita masih berada di dalam masjid dan melakukan kebaikan tersebut, maka selama itu pula malaikat akan mendoakan kita selagi tidak berhadas.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top