DALIL MENGENAI TINGKATAN-TINGKATAN SURGA

dewdrops, grass, morning, dew, water, reflection, natural, orange nature, orange water, orange grass, orange natural, orange morning, morning, morning, natural, natural, natural, nature, natural, natural

Dalil mengenai tingkatan Surga dan perbedaan derajat penduduk Surga

Surga itu bertingkat-tingkat. Sebagiannya memiliki derajat di atas yang lainnya. Demikian pula halnya penduduk Surga, mereka memiliki keutamaan yang berbeda-beda sesuai dengan kedudukan mereka di dalamnya.

Allah berfirman:

وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى

“Tetapi barangsiapa datang kepada-Nya (Allah) dalam keadaan beriman, dan telah mengerjakan kebajikan, maka mereka itulah orang yang memperoleh derajat yang tinggi (mulia).” (QS. Thaha (20): 75)

Di antara ulama yang menjelaskan masalah ini adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H), beliau berkata: “Surga itu bertingkat-tingkat dan satu tingkatan dengan tingkatan lainnya sangat jauh jaraknya. Wali-wali Allah, yaitu orang-orang beriman dan bertakwa, akan berada pada tingkatan-tingkatan Surga tersebut, sesuai dengan kadar keimanan dan ketakwaan mereka.”

Allah berfirman:

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا (18)

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian, Kami sediakan baginya (di akhirat) Neraka Jahannam: dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.

وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا (19)

Dan barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.

كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا (20)

Kepada masing-masing (golongan), baik (golongan) ini (yang menginginkan dunia) maupun (golongan) itu (yang menginginkan akhirat), Kami berikan bantuan dari kemurahan Rabbmu. Dan kemurahan Rabbmu tidak dapat dihalangi.

انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلْآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلًا (21)

Perhatikanlah bagaimana Kami melebihkan sebagian mereka atas sebagian (yang lain). Dan kehidupan akhirat lebih tinggi derajatnya dan lebih besar keutamaannya.” (QS. Al-Isra (17): 18-21)

Menurut ayat di atas, Allah akan memberikan karunia-Nya, baik kepada orang yang menginginkan kebahagiaan dunia maupun yang menginginkan kebahagiaan akhirat. Pemberian Allah ini tidaklah terhalang bagi orang baik maupun bagi orang jahat.

Namun kemudian Allah berfirman:

انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلْآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلًا

“Perhatikanlah bagaimana Kami melebihkan sebagian mereka atas sebagian (yang lain). Dan kehidupan akhirat lebih tinggi derajatnya dan lebih besar keutamaannya.” (QS. Al-Isra (17): 21)

Dalam ayat lain, Allah menjelaskan bahwa penduduk akhirat memiliki keadaan berbeda-beda, yang jauh lebih besar daripada perbedaan status manusia di dunia. Dan kedudukan di akhirat itu jauh lebih besar daripada di dunia. Derajat yang dimiliki Para Nabi pun bertingkat-tingkat seperti derajat yang dimiliki oleh hamba-hamba Allah yang beriman.

Dalam hadits, disebutkan dari Abu Hurairah dan Amr bin al-Ash, dari Nabi, beliau bersabda:

إِذَا حَكَمَ الحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ، وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ

“Apabila seorang hakim berijtihad dan benar dalam ijtihadnya maka dia mendapat dua pahala. Dan apabila dia berijtihad lalu salah, maka dia mendapat satu pahala.”

Allah berfirman:

…لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى…

“… Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu. Dan Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik …” (QS. Al-Hadid (57): 10)

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

“(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah (kepada Allah) pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya? Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar (39): 9)

…يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“… niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah (58): 11)

Dalam hadits dari Abu Hurairah, ia berkata: Nabi bersabda:

مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَصَامَ رَمَضَانَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ جَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ جَلَسَ فِي أَرْضِهِ الَّتِي وُلِدَ فِيهَا

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, melaksanakan shalat dan berpuasa di bulan Ramadhan, Allah pasti memasukkannya ke dalam Surga, baik dia berjihad -dalam riwayat lain: Berhijrah- di jalan Allah atau dia tetap tinggal di tempat kelahirannya.”

فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلا نُبَشِّرُ النَّاسَ قَالَ: إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ

Para Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, bolehkah kami menyampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang?” Beliau bersabda: “Sesungguhnya di dalam Surga ada seratus tingkatan, yang Allah persiapkan bagi orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Jarak antara satu tingkatan dengan tingkatan yang lainnya seperti jarak antara langit dan bumi.

فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ أُرَاهُ فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ

Jika kalian memohon kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya Surga Firdaus. Karena Surga Firdaus itu Surga yang paling utama dan yang paling tinggi, aku pernah diperlihatkan di atas Surga Firdaus terdapat Arsy ar-Rahman. Dari Surga Firdaus itulah sungai-sungai Surga mengalir.”

Dalam hadits yang lain: Dari Anas, bahwa Ummu Haritsah mendatangi Rasulullah ketika Haritsah gugur dalam Perang Badar, karena terkena anak panah nyasar. Ummu Haritsah berkata: “Ya Rasulullah, engkau telah mengetahui kedudukan Haritsah di hatiku. Jika ia berada dalam Surga, aku tidak akan menangisinya. Tetapi jika tidak, engkau akan melihat apa yang akan aku lakukan” Beliau bersabda padanya: “Apakah Surga itu hanya satu? Sesungguhnya Surga itu banyak. Dan sesungguhnya Haritsah berada pada Surga Firdaus yang tertinggi.”

Beliau juga menjelaskan bahwa penduduk Surga memiliki keutamaan yang bertingkat-tingkat, sesuai dengan derajat mereka.

Dari Abu Sa’id al-Khudri, dari Nabi, beliau bersabda:

إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ يَتَرَاءَوْنَ أَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ فَوْقِهِمْ كَمَا يَتَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الْغَابِرَ فِي الأُفُقِ مِنْ الْمَشْرِقِ أَوْ الْمَغْرِبِ لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمْ

“Sesungguhnya penduduk Surga sama-sama bisa melihat para penghuni kamar di atas mereka, sebagaimana kalian melihat bintang berkilau yang sangat jauh di ufuk Timur dan Barat, karena begitu jauhnya tingkatan keutamaan di antara mereka”

قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تِلْكَ مَنَازِلُ الأَنْبِيَاءِ لا يَبْلُغُهَا غَيْرُهُمْ قَالَ: بَلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ رِجَالٌ آمَنُوا بِاللَّهِ وَصَدَّقُوا الْمُرْسَلِينَ

Para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, itukah tempat tinggal Para Nabi yang tidak dapat dicapai oleh selain mereka?” Beliau menjawab: “Demi (Allah) Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, benar, (itulah tempat Para Nabi. Akan tetapi tempat itu dapat dicapai oleh) orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para Rasul.”

Disebutkan dalam riwayat yang lain, dari Abu Sa’id, dari Nabi, beliau bersabda:

إِنَّ أَهْلَ الدَّرَجَاتِ الْعُلَى لَيَرَاهُمْ مَنْ تَحْتَهُمْ كَمَا تَرَوْنَ النَّجْمَ الطَّالِعَ فِي أُفُقِ السَّمَاءِ وَإِنَّ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ مِنْهُمْ وَأَنْعَمَا

“Sesungguhnya penduduk Surga yang berada di tingkatan tertinggi dapat dilihat oleh mereka yang berada di bawahnya, sebagaimana kalian melihat bintang yang terbit di ufuk langit. Sesungguhnya Abu Bakar dan Umar termasuk yang berada pada tingkatan tertinggi, dan mereka mendapatkan kenikmatan.”

Imam al-Qurthubi (wafat th. 671 H) menuturkan: “Ketahuilah! Sesungguhnya kamar-kamar Surga memiliki tingkatan berbeda-beda dalam hal tinggi dan spesifikasinya, sesuai dengan perbedaan tingkatan amal pemiliknya. Sebagiannya lebih tinggi dari sebagian lainnya …”

Al-Qurthubi, melanjutkan: Sabda Nabi: “Demi (Allah) Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, benar, (itulah tempat Para Nabi, Tetapi tempat itu dapat dicapai oleh) orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para Rasul.” Dalam hadits ini, Rasulullah tidak menyebutkan amalan apa pun selain keimanan dan membenarkan para Rasul.

Perlu diketahui, bahwa yang beliau maksudkan adalah keimanan yang mengantarkan kepada pembenaran terhadap para Rasul tanpa bertanya tentang tandanya dan tanpa ada keraguan padanya. Karena, bagaimana mungkin kamar-kamar yang tinggi tersebut dapat dicapai dengan keimanan biasa dan keyakinan yang dimiliki oleh orang-orang awam.

Seandainya demikian yang terjadi, niscaya semua ahli tauhid akan berada di tingkatan dan kamar tertinggi, dan ini mustahil, karena dalam ayat lain disebutkan:

أُولَئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا

“Mereka itu akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi (dalam Surga) atas kesabaran mereka. (QS. Al-Furqan (25): 75)

Adapun yang dimaksud dengan sabar di sini adalah kesediaan untuk mengorbankan nyawa dan tetap teguh dengan pengorbanan tersebut, dengan hati penuh pengabdian dan keikhlasan kepada Allah. Dan inilah sifat al-Muqarrabin (orang-orang yang dekat kepada Allah).

Allah berfirman dalam ayat lainnya:

وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى إِلَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ

“Dan bukanlah harta atau anak-anakmu yang mendekatkan kamu kepada Kami, melainkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda atas apa yang telah mereka kerjakan, dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam Surga).” (QS. Saba’ (34): 37)

Dalam ayat ini, Allah menyebutkan tentang kamar-kamar di dalam Surga, bahwa ia tidak akan dicapai seseorang dengan harta dan anak, akan tetapi dengan iman dan amal shalih. Kemudian Allah menjelaskan bahwa penduduk Surga akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda, dan tempat tinggal mereka adalah kamar-kamar di Surga.

Allah mengabarkan bahwa ini adalah keimanan yang sungguh-sungguh serta dipenuhi dengan ketergantungan hati kepada Allah yang membuatnya merasa tenang dalam menghadapi segala kondisi serta merasa puas dengan segala perintah dan hukum Allah. Jika melakukan amal shalih, ia tidak akan menodainya dengan sesuatu pun yang akan merusak amalnya tersebut.

Amal shalih yang dilakukan dengan keikhlasan tanpa dinodai oleh sesuatu pun, hal ini tidak akan terwujud kecuali jika dilakukan atas dasar keimanan yang sungguh-sungguh. Pemiliknya merasa tentram dengan (Allah) yang ia imani, serta merasa nyaman dengan segala ketentuan dan hukum-Nya.

Sedangkan orang yang mencampuradukkan antara amal shalih dengan amal yang rusak, maka keimanan dan amal perbuatannya tidaklah demikian. Oleh sebab itu, orang tersebut menempati tingkatan di bawah derajat orang yang pertama.

Orang-orang yang memiliki derajat yang tinggi, akan berada dalam kenikmatan yang lebih tinggi pula. Dalam sebuah ayat disebutkan bahwa Allah telah mempersiapkan dua Surga bagi orang-orang yang takut kepada-Nya:

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ

“Dan bagi siapa yang takut akan saat menghadap Rabbnya ada dua Surga.” (QS. Ar-Rahman (55): 46)

Dan Allah juga menyebutkan sifat keduanya. Kemudian berfirman:

وَمِنْ دُونِهِمَا جَنَّتَانِ

“Dan selain dari dua Surga itu ada dua Surga lagi.” (QS. Ar-Rahman (55): 62)

Yakni, dua Surga yang berada di bawah derajat dua Surga pertama, baik itu dari sisi kedudukan maupun tingkatannya. Barangsiapa yang memperhatikan sifat kedua Surga yang Allah sebutkan terakhir kali, maka dia akan mengetahui bahwa keduanya memiliki keutamaan yang berbeda dengan dua Surga yang disebutkan pertama kali.

Dua Surga yang pertama adalah untuk al-Muqarrabun, sedangkan dua Surga lainnya adalah untuk Ashabul Yamin (golongan kanan), sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Abu Musa al-Asyari.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top