MACAM TAUHID KEDUA YAITU TAUHID ULUHIYYAH

Top view of an open blank notebook with a pencil on a black background, perfect for creative projects.

Tauhid Uluhiyyah diistilahkan juga dengan Tauhidul Ibadah yang berarti mentauhidkan Allah melalui segala perbuatan hamba, yang mereka lakukan dengan tujuan untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah yang masyru’ (yakni disyariatkan oleh-Nya), seperti berdoa, khauf (takut), raja (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), ber-nadzar (menebus janji), istianah (meminta pertolongan), istighatsah (meminta pertolongan di saat sulit), istiadzah (meminta perlindungan), serta segala apa yang disyariatkan dan diperintahkan Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.

Semua ibadah ini, dan ibadah-ibadah yang lainnya, harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan ikhlas karena-Nya, dan ibadah tersebut tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah. Sungguh, Allah tidak akan ridha jika dipersekutukan dengan apa pun. Apabila sesuatu ibadah dipalingkan kepada selain Allah, maka pelakunya akan jatuh kepada syirkun akbar (syirik besar) dan tidak diampuni dosanya, yaitu jika ia mati dalam kemusyrikan dan tidak bertaubat kepada Allah.

Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa pun (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa (4): 48)

Dan Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

“Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali.” (QS. An-Nisa (4): 116)

Al-ilah (الإله) artinya al-ma’luh (المألوح), yaitu sesuatu yang disembah dengan penuh kecintaan serta pengagungan.

Allah berfirman:

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

“Dan Rabbmu adalah Allah Yang Maha Esa, tidak ada ilah (sembahan) yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah (2): 163)

Syaikh al-Allamah Abdurrahman bin Nashir as-Sadi (wafat th. 1376 H) berkata: “Bahwasanya Allah itu tunggal Dzat-Nya, Nama-nama, Sifat-sifat, maupun perbuatan-Nya. Tidak ada sekutu bagi-Nya, baik dalam Dzat-Nya, Nama-nama, maupun Sifat-sifat-Nya. Tidak ada yang sama dengan-Nya, tidak ada yang sebanding, tidak ada yang setara, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada yang mencipta dan mengatur alam semesta ini kecuali Allah semata. Apabila demikian, maka Allah adalah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi. Dia (Allah) tidak boleh disekutukan dengan sesuatu atau seorang pun dari makhluk-Nya.”

Allah berfirman:

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Allah menyatakan bahwa tidak ada ilah (sembahan) yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia, (demikian pula) para Malaikat dan orang-orang berilmu yang menegakkan keadilan. Tidak ada ilah (sembahan) yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia (Allah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran (3): 18)

Allah berfirman mengenai Lata, Uzza, dan juga Manat yang disebut sebagai tuhan oleh kaum musyrikin:

إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ …

“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu mengada-adakannya, Allah tidak menurunkan suatu keterangan apa pun untuk (menyembah)nya ….” (QS. An-Najm (53): 23)

Segala sesuatu yang disembah selain Allah adalah bathil, dan dalilnya adalah firman Allah:

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

“Demikianlah (kebesaran Allah) karena sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang bathil. Dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi, Maha Besar.” (QS. Al-Hajj (22): 62)

Allah juga berfirman tentang Nabi Yusuf, yang berkata kepada kedua temannya di penjara:

يَاصَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (39) مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ … (40)

“Wahai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Apa yang kamu sembah selain Dia hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang (nama-nama) itu …” (QS. Yusuf (12): 39-40)

Tauhid Uluhiyyah merupakan inti dakwah Para Nabi dan Rasul, dari Rasul yang pertama (yaitu Nabi Nuh) hingga Rasul yang terakhir, Nabi Muhammad.

Allah berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

“Dan sungguh Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan): Beribadahlah kepada Allah (saja), dan jauhilah thaghut, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (Rasul-Rasul).” (QS. An-Nahl (16): 36)

Dan firman-Nya:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada ilah (yang berhak untuk diibadahi dengan benar) selain Aku, maka beribadahlah kalian kepada-Ku.” (QS. Al-Anbiya (21): 25)

Semua Rasul memulai dakwah mereka kepada seluruh kaumnya dengan Tauhid Uluhiyyah, agar kaum mereka bisa beribadah dengan benar hanya kepada Allah saja.

Semua Rasul berkata kepada kaumnya supaya beribadah kepada Allah semata. Agar mereka mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah saja, tidak boleh menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun.

Sebagaimana firman Allah:

فَأَرْسَلْنَا فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلَا تَتَّقُونَ

“Lalu Kami utus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata), “Hendaklah kalian beribadah kepada Allah! Tidak ada ilah (sembahan) yang (berhak diibadahi) dengan benar selain Dia. Maka, mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (QS. Al-Mu’minun (23): 32)

Tetapi, orang-orang musyrik tetap saja mengingkari hal tersebut. Mereka masih saja mengambil ilah (sembahan) selain Allah. Mereka menyembah, meminta bantuan, pertolongan, dan melakukan istighatsah (minta tolong di saat sulit) kepada tuhan-tuhan itu dengan menyekutukan Allah. Pengambilan tuhan-tuhan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik ini telah dibatalkan oleh Allah dengan dua bukti:

Bukti pertama: Tuhan-tuhan yang disembah itu tidak mempunyai keistimewaan Rububiyyah dan Uluhiyyah sedikit pun. Karena mereka adalah makhluk, tidak dapat menciptakan, tidak dapat memberikan manfaat, tidak dapat menolak bahaya, serta tidak dapat menghidupkan dan mematikan.

Allah berfirman:

وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ وَلَا يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَلَا يَمْلِكُونَ مَوْتًا وَلَا حَيَاةً وَلَا نُشُورًا

“Namun mereka mengambil tuhan-tuhan selain Allah (untuk disembah), padahal mereka (tuhan-tuhan) itu tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) bahaya terhadap dirinya dan tidak dapat memberi manfaat serta tidak kuasa mematikan, menghidupkan, dan tidak (pula) dapat membangkitkan.” (QS. Al-Furqan (25): 3)

Allah juga berfirman:

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ (22)

“Katakanlah (Muhammad): ‘Serulah mereka yang kalian anggap (sebagai sembahan) selain Allah! Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka sama sekali tidak mempunyai suatu peran serta (saham) dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.

وَلَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ … (23)

Dan tidaklah berguna syafaat di sisi Allah, melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya (memperoleh syafaat) ….” (QS. Saba (34): 22-23)

Allah berfirman:

أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ (191) وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ (192)

“Mengapa mereka mempersekutukan (Allah dengan) sesuatu (berhala) yang tidak dapat menciptakan sesuatu apa pun? Padahal berhala itu sendiri diciptakan dan (berhala itu) tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya, bahkan berhala itu tidak dapat memberi pertolongan kepada dirinya sendiri.” (QS. Al-A’raf (7): 191-192)

Apabila keadaan tuhan-tuhan itu demikian, maka sungguh sangat bodoh, bathil, dan zhalim bila kita menjadikan mereka sebagai ilah (sembahan) dan tempat meminta pertolongan.

Bukti kedua: Sebenarnya orang-orang musyrik mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb, Pencipta, Yang di tangan-Nya kekuasaan segala sesuatu. Mereka juga mengakui bahwa hanya Allah yang melindungi dan tidak ada yang dapat melindungi dari adzab-Nya. Hal ini mengharuskan pengesaan dalam Uluhiyyah (mentauhidkan Allah) sebagaimana mereka mengesakan Rububiyyah Allah.

Tauhid Rububiyyah mengharuskan adanya konsekuensi untuk melaksanakan Tauhid Uluhiyyah (beribadah hanya kepada Allah saja).

Allah berfirman:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21)

“Wahai manusia, beribadahlah hanya kepada Rabbmu yang telah menciptakan dirimu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (22)

 (Dia-lah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan hujan itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah (2): 21-22)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top