SIAPA ITU DAJJAL DAN BAGAIMANA BERLINDUNG DARINYA

Scenic rural path leading through lush fields to a shelter in Yogyakarta, Indonesia.

Adapun perincian ke-sepuluh tanda-tanda besar hari kiamat adalah sebagaimana berikut ini:

Dajjal

Secara bahasa berasal dari bahasa arab دجل, yang memiliki arti dusta. Sedangkan Dajjal atau دجال artinya adalah pendusta. Dikatakan sebagai pendusta, karena dia mengaku sebagai Tuhan.

Gelarnya adalah المسيح الدجال, Ada dua alasan kenapa Dajjal disebut dengan Al-Masih.

Pertama, karena dia ممسوح العين اليمنى, mata kanannya tertutup. Seakan bagian mata yang sebelah kanan berupa kulit saja dan tidak ada bentuk mata sama sekali. Jadi, Dajjal adalah sosok makhluk yang cacat, karena bagian mata sebelah kanannya berupa kulit dan bagian kirinya adalah matanya yang tidak normal. Sehingga bagian sebelah kanannya seakan-akan tertutup berupa kulit dan tidak ada matanya sama sekali.

Kedua, adalah karena dia يمسح الأرض, yaitu yang berkelana di atas muka bumi.

1. Waktu munculnya Dajjal

Dahulu di zaman Nabi, ada seorang yang bernama Abdullah bin Shayyad. Sebagian ulama khilaf tentangnya, ada yang mengatakan bahwa dia dari kalangan Yahudi. Ada juga yang mengatakan dia dari kaum Anshar. Dia adalah seorang dukun dan peramal, bahkan Rasulullah sendiri meragukannya, apakah dia Dajjal atau bukan. Hingga terjadi khilaf di kalangan para sahabat, apakah dia Dajjal atau bukan. Jika benar dia adalah Dajjal, maka dia sudah ada sejak zaman Nabi.

Ikhtilaf atau perbedaan pendapat itu semakin kuat, tatkala ada hadits dari Tamim Ad-Dari di dalam Shahih Muslim. Dimana saat itu Tamim Ad-Dari berlabuh bersama sebagian sahabat, hingga akhirnya mereka terdampar pada sebuah pulau. Kemudian di situ mereka bertemu dengan Dajjal, makhluk yang besar dalam kondisi tangannya terbelenggu dan mengatakan,

أَخْبِرُونِي عَنْ نَبِيِّ الْأُمِّيِّينَ مَا فَعَلَ؟ قَالُوا: قَدْ خَرَجَ مِنْ مَكَّةَ وَنَزَلَ يَثْرِبَ، قَالَ: أَقَاتَلَهُ الْعَرَبُ؟ قُلْنَا: نَعَمْ، قَالَ: كَيْفَ صَنَعَ بِهِمْ؟ فَأَخْبَرْنَاهُ أَنَّهُ قَدْ ظَهَرَ عَلَى مَنْ يَلِيهِ مِنَ الْعَرَبِ وَأَطَاعُوهُ، قَالَ لَهُمْ: قَدْ كَانَ ذَلِكَ؟ قُلْنَا: نَعَمْ، قَالَ: أَمَا إِنَّ ذَاكَ خَيْرٌ لَهُمْ أَنْ يُطِيعُوهُ، وَإِنِّي مُخْبِرُكُمْ عَنِّي، إِنِّي أَنَا الْمَسِيحُ، وَإِنِّي أُوشِكُ أَنْ يُؤْذَنَ لِي فِي الْخُرُوجِ

“Ceritakanlah kepadaku tentang Nabinya orang-orang Arab, apa yang telah dia lakukan?” Para sahabat berkata: “Nabi itu telah keluar dan tinggal di Yatsrib (Madinah)”. Dia bertanya lagi: “Apakah orang-orang Arab memeranginya?” Kami menjawab: “Ya”. Dia bertanya lagi: “Bagaimana dia memperlakukan mereka?” Maka kami menceritakan bahwa nabi tersebut membuat orang-orang taat kepadanya”. Dia bertanya lagi: “Apakah hal itu telah terjadi?” Kami mengatakan: “Ya”, Dia berkata: “Ingatlah bahwa sebaiknya mereka mematuhinya dan sesungguhnya aku adalah Al-Masih (Dajjal). Aku hampir diizinkan untuk keluar (suatu hari).”

Di dalam hadits tersebut Tamim Ad-Dari menjelaskannya seakan-akan dia tahu tentang kabar Nabi. Seandainya yang ditemuinya adalah Dajjal, maka tentunya Ibnu Shayyad bukanlah Dajjal. Karena Ibnu Shayyad juga tahu tentang Nabi. Akan tetapi, bagaimanapun para sahabat ragu tentang Ibnu Shayyad. Karena, Ibnu Shayyad pernah berhaji/umrah bersama Abu Sa’id Al-Khudri.

Dijelaskan di dalam riwayat suatu hadits bahwa mereka berjalan dari Madinah menuju kota Makkah. Namun, karena begitu banyak cerita tentang Ibnu Shayyad, maka Abu Sa’id Al-Khudri merasa takut dengannya. Sampai ketika mereka tiba pada suatu tempat dan berpencar mencari tempat persinggahan masing-masing, Ibnu Shayyad singgah bersama Abu Sa’id Al-Khudri.

Abu Sa’id Al-Khudri merasa takut, lalu dia berkata kepadanya: “Hari sangat panas, seandainya kau memindahkan barangmu di bawah pohon.” Maksudnya adalah agar Ibnu Shayyad tidak duduk di dekat Abu Sa’id Al-Khudri. Lalu, Ibnu Shayyad menuruti perintah Abu Sa’id Al-Khudri dan memindahkan barangnya ke bawah sebuah pohon. Setelah itu, Ibnu Shayyad mengambilkan segelas susu untuk diberikan kepada Abu Sa’id Al-Khudri.

Ketika sampai di hadapannya, Abu Sa’id Al-Khudri tidak ingin meminum susu dari tangan Ibnu Shayyad, karena dia merasa khawatir jika terbukti Ibnu Shayyad benar-benar Dajjal. Lalu, Abu Sa’id Al-Khudri mengatakan: “Sungguh panas hari ini, begitu juga dengan susu ini yang panas, tidak baik jika meminum sesuatu yang panas dalam keadaan yang panas.”

Akhirnya Ibnu Shayyad mengetahui maksud Abu Sa’id Al-Khudri seraya berkata,

أَبَا سَعِيدٍ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آخُذَ حَبْلًا فَأُعَلِّقَهُ بِشَجَرَةٍ، ثُمَّ أَخْتَنِقَ مِمَّا يَقُولُ لِي النَّاسُ، يَا أَبَا سَعِيدٍ مَنْ خَفِيَ عَلَيْهِ حَدِيثُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا خَفِيَ عَلَيْكُمْ مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ أَلَسْتَ مِنْ أَعْلَمِ النَّاسِ بِحَدِيثِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟

“Wahai Abu Sa’id, Seandainya dibolehkan, maka Aku akan mengambil tali dan menggantung diri karena (aku) terganggu dengan perkataan mereka kepadaku. Wahai Abu Sa’id, siapakah yang tidak tahu hadits Rasulullah, tidak ada yang tersembunyi dari kalian wahai orang-orang Anshar. Bukankah engkau orang yang yang paling banyak mengetahui hadits Rasulullah?

أَلَيْسَ قَدْ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هُوَ كَافِرٌ» وَأَنَا مُسْلِمٌ، أَوَلَيْسَ قَدْ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هُوَ عَقِيمٌ لَا يُولَدُ لَهُ»، وَقَدْ تَرَكْتُ وَلَدِي بِالْمَدِينَةِ؟ أَوَلَيْسَ قَدْ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا يَدْخُلُ الْمَدِينَةَ وَلَا مَكَّةَ» وَقَدْ أَقْبَلْتُ مِنَ الْمَدِينَةِ وَأَنَا أُرِيدُ مَكَّةَ؟

Bukankah Rasulullah telah bersabda: “Dia (Dajjal) adalah orang kafir,” sedangkan aku adalah seorang muslim? Bukankah Rasulullah bersabda: “Dia adalah orang yang tidak memiliki anak” sedangkan aku telah meninggalkan anak-anakku di Madinah? Bukankah Rasulullah pernah bersabda: Dia tidak akan pernah memasuki Madinah dan Makkah, sedangkan aku datang dari Madinah menuju Makkah?

قَالَ أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ: حَتَّى كِدْتُ أَنْ أَعْذِرَهُ، ثُمَّ قَالَ: أَمَا، وَاللهِ إِنِّي لَأَعْرِفُهُ وَأَعْرِفُ مَوْلِدَهُ وَأَيْنَ هُوَ الْآنَ، قَالَ: قُلْتُ لَهُ: تَبًّا لَكَ، سَائِرَ الْيَوْمِ

Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Hampir saja aku menerima alasannya,” kemudian dia berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku mengenalnya (Dajjal) dan mengetahui tempat kelahirannya, dan di mana dia sekarang.” Abu Sa’id berkata, “Aku berkata kepadanya, “Celakalah engkau pada hari-harimu.”

Dalam riwayat lain dikatakan kepada Ibnu Shayyad, “Apakah engkau senang jika engkau adalah dia (Dajjal)? Dia menjawab: “Jika ditawarkan kepadaku, maka aku tidak membencinya.”

Ibnu Shayyad berujar apabila orang-orang mengira bahwa dia adalah Dajjal, maka hal itu tidaklah menjadi masalah baginya.

Inilah yang membuat Abu Sa’id Al-Khudri bimbang. Begitu pula, setelah Rasulullah meninggal dunia. Ibnu Umar bertemu dengan Ibnu Shayyad, dimana pada suatu hari mata Ibnu Shayyad menunjukkan keanehan, yaitu adanya kulit yang menutupi matanya. Maka, Ibnu Umar bertanya,

مَتَى فَعَلَتْ عَيْنُكَ مَا أَرَى؟ قَالَ: لَا أَدْرِي، قَالَ: قُلْتُ: لَا تَدْرِي وَهِيَ فِي رَأْسِكَ؟ قَالَ: إِنْ شَاءَ اللهُ خَلَقَهَا فِي عَصَاكَ هَذِهِ، قَالَ: فَنَخَرَ كَأَشَدِّ نَخِيرِ حِمَارٍ سَمِعْتُ،

“Sejak kapan matamu berubah seperti yang aku lihat (sekarang)?” Dia menjawab: “Aku tidak tahu.” (Ibnu Umar) berkata, aku berkata: “Bagaimana engkau tidak tahu, padahal ia berada di kepalamu?” Dia berkata: “Jika Allah menghendaki, niscaya Dia akan menjadikannya di tongkatmu ini.” (Ibnu Umar) berkata: “Lalu dia mendengus seperti dengusan keledai yang paling keras yang pernah Aku dengar.

قَالَ: فَزَعَمَ بَعْضُ أَصْحَابِي أَنِّي ضَرَبْتُهُ بِعَصًا كَانَتْ مَعِيَ حَتَّى تَكَسَّرَتْ، وَأَمَّا أَنَا فَوَاللهِ مَا شَعَرْتُ، قَالَ: وَجَاءَ حَتَّى دَخَلَ عَلَى أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ فَحَدَّثَهَا، فَقَالَتْ: مَا تُرِيدُ إِلَيْهِ؟ أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّهُ قَدْ قَالَ: إِنَّ أَوَّلَ مَا يَبْعَثُهُ عَلَى النَّاسِ غَضَبٌ يَغْضَبُهُ

Lalu sebagian sahabat-sahabatku mengira bahwa Aku telah memukulnya dengan tongkatku hingga matanya cidera, demi Allah, Aku sama sekali tidak merasakan (berbuat seperti itu).” Perawi berkata: “(Ibnu Umar) datang kepada Ummul Mukminin (Hafshah), lalu menceritakannya.” Maka beliau bertanya: “Apa yang engkau inginkan terhadapnya? Tidakkah engkau tahu bahwa Nabi bersabda: “Sesungguhnya yang menyebabkan dia dibangkitkan pertama kali kepada manusia adalah kemarahan yang (menyebabkan) dia marah.” 

Akhirnya, Ibnu Shayyad menghilang dari peredaran, entah dimana dikuburkan. Akan tetapi dia memiliki seorang anak bernama Umarah bin Abdullah bin Shayyad. Dia merupakan seorang tabiin yang tsiqah, yang menjadi guru dari Imam Malik. Sehingga masalah tentang Ibnu Shayyad memang menjadi khilaf di kalangan para ulama.

Sebagian mereka ada yang mengatakan bahwa dia adalah Dajjal dan ada pula yang mengatakan sebaliknya. Bahkan khilaf ini juga terjadi di kalangan para sahabat. Yang menguatkan bahwasanya Ibnu Shayyad bukan Dajjal adalah hadits Tamim Ad-Dari yang menceritakan bahwa dia bertemu dengan makhluk yang sangat besar di suatu pulau.

Kemudian makhluk tersebut bertanya beberapa hal kepada Tamim Ad-Dari tentang Nabi yang keluar di jazirah Arab, sebagaimana hadits yang telah berlalu penjelasannya. Seandainya dia Dajjal, maka dia tidak perlu bertanya-tanya tentang Nabi.

Ibnu Hajar mengompromikan kedua masalah ini dengan berpendapat bahwa sejatinya Ibnu Shayyad merupakan setan jelmaan dari Dajjal. Namun, hal ini cenderung tidak tepat. Karena, Ibnu Shayyad melaksanakan haji dan umrah. Apapun jati diri Dajjal yang sebenarnya, apakah makhluk yang berada di suatu pulau yang dijelaskan di dalam hadits Tamim Ad-Dari, atau Ibnu Shayyad yang hidup di zaman Nabi dan telah mengalami perubahan pada zaman sahabat? wallahu a’lam, intinya, dia akan keluar menjelang hari kiamat dan mengaku sebagai Tuhan.

2. Keberadaan Dajjal

Jika merujuk berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Tamim Ad-Dari di dalam Shahih Muslim, maka Dajjal sudah ada dan terbelenggu, namun Allah belum mengizinkannya untuk keluar.

Maka dari itu, hendaknya kita janganlah mendengar perkataan sebagian orang yang mengatakan bahwa Dajjal sudah lahir berupa seorang anak yang hanya memiliki mata satu. Subhanallah, padahal anak tersebut hanya cacat, namun dikatakan sebagai Dajjal. Menurut hadits Tamim Ad-Dari disebutkan bahwa Dajjal sudah ada dan hanya menunggu kapan diizinkan baginya untuk keluar dari tempatnya tersebut.

3. Tempat Keluarnya Dajjal

Terdapat hadits-hadits yang menunjukkan bahwa Dajjal akan keluar dari dua tempat. Pertama, adalah Khurasan. Kedua, Asbahan. Dia akan muncul dari daerah timur, yaitu Khurasan. Adapun Khurasan dan Asbahan terdapat di daerah Iran.

Di dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah bersabda,

يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُودِ أَصْبَهَانَ سَبْعُونَ أَلْفًا

“Dajjal diikuti oleh tujuh puluh ribu orang Yahudi dari Ashbahan.”

Sekarang di Iran banyak komunitas orang-orang Yahudi dan mereka akan selalu ada hingga nanti menjelang hari kiamat. Sebanyak tujuh puluh ribu dari mereka akan menjadi pengikut Dajjal. Dari situlah Dajjal akan bertolak dan berkeliling di atas muka bumi.

4. Masa Dajjal Di Atas Muka Bumi

Disebutkan di dalam hadits bahwa Dajjal berada di atas muka bumi selama 40 hari. Pada saat itu, lamanya sehari sama dengan satu tahun. Artinya Allah melambatkan gerakan matahari. Padahal, mudah bagi Allah untuk menerbitkan matahari dari barat, apalagi hanya melambatkannya. Akhirnya, masa satu hari tersebut sama dengan masa 355-360 hari, kemudian satu hari sama dengan satu bulan, yaitu 30 hari, kemudian satu hari seperti satu pekan, yaitu 7 hari, kemudian sisanya adalah 37 hari sebagaimana hari-hari yang biasanya manusia rasakan.

Sebagaimana sabda Rasulullah,

يَوْمٌ كَسَنَةٍ وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ وَيَوْمٌ كَجُمْعَةٍ وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمْ، قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَسَنَةٍ تَكْفِينَا فِيهِ صَلَاةُ يَوْمٍ؟ قَالَ لَا، اقْدُرُوا لَهُ قَدْرَهُ

“Dimana satu harinya bagaikan satu bulan. Satu harinya lagi bagaikan satu bulan. Satu harinya lagi seperti satu pekan dan sisa harinya seperti hari-hari yang kalian. Kami (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah, jika sehari itu sama dengan satu tahun, apakah shalat satu hari cukup bagi kami?” Beliau bersabda: “Tidak, (akan tetapi) perkirankanlah waktunya.”

Artinya selama 24 jam, hendaknya seseorang tetap mengerjakan shalat lima waktu. Maka dari itu, sebagaimana disebutkan di dalam hadits, diperkirakan Dajjal berada di atas muka bumi selama 400 hari lebih. Selama itu cukup untuk berkelana di atas muka bumi, sedangkan Dajjal bergerak dengan cepat seperti angin yang bergerak di atas muka bumi.

Sebagaimana sabda Rasulullah,

كَالْغَيْثِ اسْتَدْبَرَتْهُ الرِّيحُ

“Seperti hujan yang ditiup oleh angin.”

Hadits ini menjelaskan bahwa Dajjal bergerak dengan sangat cepat. Oleh karenanya, dia bisa singgah ke berbagai penjuru belahan di atas muka bumi ini.

Rasulullah bersabda,

لَيْسَ مِنْ بَلَدٍ إِلَّا سَيَطَؤُهُ الدَّجَّالُ إِلَّا مَكَّةَ وَالْمَدِينَةَ

“Tidak ada satupun tempat kecuali akan disinggahi Dajjal, kecuali Makkah dan Madinah.”

Semua tempat akan dihampiri oleh Dajjal, kecuali Makkah dan Madinah. Dan selama masa 400 hari lebih beserta kecepatannya berada di atas muka bumi, Dajjal berdakwah agar manusia mengikutinya.

5. Kiat-kiat berlindung dari Dajjal

1. Berdoa memohon perlindungan dengan ikhlas kepada Allah

Rasulullah selalu meminta perlindungan dalam sholatnya dari fitnah dajjal,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab jahannam, dari azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah al-masih Dajjal.”

2. Menghapal 10 ayat awal dari surat al-Kahfi

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Darda, Nabi bersabda,

من حفظ عشر آيات من أول سورة الكهف عصم من فتنة الدجال

“Barang siapa menghapal sepuluh ayat dari awal surat al-Kahfi, maka dia akan terpelihara dari fitnah dajjal.”

3. Tinggal di Makkah dan madinah

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top