NAMA-NAMA UMUM DAN NAMA-NAMA KHUSUS PARA MALAIKAT

A stunning view of a sandstone hoodoo with desert flora in the American Southwest.

A. Nama-Nama Umum Malaikat

Allah menyebut para Malaikat dengan beberapa sebutan, yaitu:

1. الرسل, Ar-Rusul (Para Utusan)

Allah berfirman:

اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

“Allah memilih para utusan(-Nya) dari (bangsa) Malaikat dan dari (bangsa) manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Al-Hajj (22: 75)  

Allah juga berfirman:

الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ …

“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat ….” (QS. Fathir (35): 1)

Allah juga berfirman:

قَالَ فَمَا خَطْبُكُمْ أَيُّهَا الْمُرْسَلُونَ

“Dia (Ibrahim) berkata (kepada para Malaikat): Apakah urusanmu yang penting, wahai para utusan?” (QS. Al-Hijr (15): 57)

Allah juga berfirman:

قَالَ فَمَا خَطْبُكُمْ أَيُّهَا الْمُرْسَلُونَ (31) قَالُوا إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَى قَوْمٍ مُجْرِمِينَ (32)

“Dia (Ibrahim) berkata (kepada para Malaikat): ‘Apakah urusanmu yang penting, wahai para utusan?’ Mereka (para Malaikat) menjawab: “Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Nabi Luth).” (QS. Adz-Dzariyat (51): 31-32)

Dan masih banyak ayat lain yang semakna dengan ayat-ayat di atas.

2. السفرة As-Safarah (duta/utusan)

Allah menyebut Malaikat-Nya dengan as-Safarah (duta). Hal ini sebagaimana firman-Nya:

بِأَيْدِي سَفَرَةٍ (15) كِرَامٍ بَرَرَةٍ (16)

“(Kitab-kitab suci yang) di tangan para utusan (Malaikat), yang mulia lagi berbakti.” (QS. Abasa (80): 15-16)

Diriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah, bahwasanya Nabi bersabda:

مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ حَافِظٌ لَهُ، مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَمَثَلُ الَّذِي يَقْرَؤُهُ وَهُوَ يَتَعَاهَدُهُ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَدِيدٌ، فَلَهُ أَجْرَانِ

“Perumpamaan orang yang membaca al-Qur-an dan ia menghafalnya, maka ia akan bersama para Malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca al-Qur-an dengan tekun, namun ia mengalami kesulitan ketika membacanya, maka ia mendapatkan dua ganjaran.”

3.  Al-Junud (Bala Tentara)

Allah berfirman:

ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ

“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Dia (Allah) menurunkan bala tentara (para Malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menimpakan adzab kepada orang-orang kafir. Itulah balasan bagi orang-orang yang kafir.” (QS. At-Taubah (9): 26)

Allah juga berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا

“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika bala tentara datang kepadamu, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan bala tentara yang tidak dapat terlihat olehmu. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ahzab (33): 9)

Para ahli tafsir menjelaskan bahwa al-Junud yang dimaksud dalam ayat-ayat di atas adalah para Malaikat, sebagaimana yang disebutkan di dalam beberapa hadits. Di antaranya adalah hadits Hudzaifah Ibnul Yaman pada saat ia diperintahkan oleh Rasulullah untuk menyusup ke kubu musuh pada saat perang Khandaq. Hudzaifah pun berkata: “… Saya pun berangkat dan menyusup ke kubu musuh. Pada saat itulah, angin dan Junudullah (tentara Allah/para Malaikat) sedang mengerjakan sesuatu.”

4. الملأ الأعلى Al-Mala’ul A’la (Kelompok yang Mulia dan Tinggi)

Allah berfirman:

لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلَإِ الْأَعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ

“Mereka (syaitan-syaitan itu) tidak dapat mendengar (pembicaraan) al-Malaul a’la (para Malaikat) dan mereka dilempari dari segala penjuru.” (QS. Ash-Shaffat (37): 8)

Allah juga berfirman:

مَا كَانَ لِيَ مِنْ عِلْمٍ بِالْمَلَإِ الْأَعْلَى إِذْ يَخْتَصِمُونَ

“Aku (Muhammad) tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang al-Mala’ul ala (para Malaikat) itu ketika mereka berbantah-bantahan.” (QS. Shad (38): 69)

5. الأشهاد Al-Asyhad (para Saksi)

Allah berfirman:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أُولَئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَى رَبِّهِمْ وَيَقُولُ الْأَشْهَادُ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلَا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ

“Siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Rabb mereka, dan para saksi (Malaikat) akan berkata: Orang-orang inilah yang telah berbohong terhadap Rabb mereka! Ingatlah, laknat Allah fditimpakan) kepada orang yang zhalim.” (QS. Hud (11): 18)

Seperti firman Allah,

إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ

“Sesungguhnya Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari tampilnya para saksi (hari Kiamat).” (QS. Ghafir: 51)

6. Allah menyebut malaikat dengan sebutan الملائكة sebagaimana datang dalam banyak ayat.

7. Allah menyebut dengan sebutan الملك, seperti dalam firman-Nya,

وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا

“Dan datanglah Tuhanmu dan malaikat berbaris-baris.” (QS. Al-Fajr: 22)

8. Di antara nama malaikat adalah المقربون (yang didekatkan kepada Allah) sebagaimana firman Allah,

لَنْ يَسْتَنْكِفَ الْمَسِيحُ أَنْ يَكُونَ عَبْدًا لِلَّهِ وَلَا الْمَلَائِكَةُ الْمُقَرَّبُونَ وَمَنْ يَسْتَنْكِفْ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيَسْتَكْبِرْ فَسَيَحْشُرُهُمْ إِلَيْهِ جَمِيعًا

“Al-Masih sama sekali tidak enggan menjadi hamba Allah, dan begitu pula para malaikat yang terdekat (kepada Allah). Dan barang siapa enggan menyembah-Nya dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya.” (QS. An-Nisa: 172)

B. Nama-Nama Khusus Para Malaikat

Para Malaikat memiliki nama. Hanya saja yang kita ketahui dari nama-nama mereka hanyalah sedikit. Berikut ini ayat-ayat dan hadits-hadits yang menyebutkan tentang nama-nama dari sebagian Malaikat disertai tugas-tugas mereka:

1. Malaikat Jibril

Imam al-Qurthubi mengatakan bahwa mengenai lafazh Jibril, para ulama ahli bahasa memiliki 10 (sepuluh) pendapat tentang cara pengucapannya, di antaranya”:

a. جِبْرِيْلُ Jibril, sebagaimana pengucapan penduduk Hijaz. Al-Hasan berkata: “Jibril adalah utusan Allah bagi kami”

b. جَبْرِيْلُ Jabril, sebagaimana pengucapan al-Hasan dan Ibnu Katsir.

C. جَبْرَائِيْلُ Jabra’il, sebagaimana pengucapan penduduk Kufah.

d. جَبْرَايِيْلُ Jabra’yil, sebagaimana bacaan al-A’masy dan bacaan Yahya bin Yamar,

e.  جِبْرَائِيْلُ Jibra’il

Di dalam al-Qur-an, Allah juga menyebut nama-nama lain dari Malaikat Jibril, yaitu:

a. الروح الأمين, Ar-Ruhul Amin, sebagaimana firman Allah:

نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194)

“Yang dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (wahai Muhammad) agar engkau termasuk orang-orang yang memberi peringatan.” (QS. Asy-Syu’ara (26): 193-194)

Ketika menafsirkan ayat ini, al-Hafizh Ibnu Katsir (wafat th. 774 H) mengatakan: “Yang dimaksud (Ar-Ruhul Amin) adalah Malaikat Jibril. Pendapat ini disebutkan banyak dari ulama Salaf, di antaranya Ibnu Abbas, Muhammad bin Kaab, Qatadah, juga yang lainnya. Dan pendapat ini sudah tidak diperdebatkan lagi.”

Imam Abu Jafar ath-Thahawi (wafat th. 321 H) mengatakan: “Firman Allah نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (Al-Qur-an al-Karim) dibawa oleh ar-Ruhul Amin.” (QS. Asy-Syu’ara (26): 193), yang dimaksud adalah Jibril. Dia dinamai Ruh karena dialah pembawa wahyu (yang padanya terdapat kehidupan bagi hati) kepada para Rasul dari kalangan manusia, dan karena ia sangat amanah.”

Ibnu Abbas pernah berkata tentang Aisyah:

وَأَنْزَلَ اللَّهُ بَرَاءَتَكِ مِنْ فَوْقِ سَبْعِ سَمَوَاتٍ، جَاءَ بِهَا الرُّوحُ الْأَمِينُ

“Allah menurunkan kesucianmu (wahai Aisyah) dari atas langit ketujuh, yang dibawa oleh ar-Ruhul Amin (Jibril).”

b. الروح, Ar-Ruh, sebagaimana firman Allah:

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

“Pada malam itu turun para Malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Rabbnya untuk mengatur semua urusan.” (QS. Al-Qadr (97): 4)

Dan firman Allah:

تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Para Malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Allah, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.” (QS. Al-Ma’arij (70): 4)

Allah juga berfirman:

يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلَائِكَةُ صَفًّا لَا يَتَكَلَّمُونَ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَابًا

“Pada hari ketika Ar-Ruh (Malaikat Jibril) dan para Malaikat berdiri bershaff-shaff, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Rabb Yang Maha Pengasih dan ia hanya mengatakan yang benar.” (QS. An-Naba (78): 38)

Imam al-Qurthubi mengatakan: “Ar-Ruh adalah Jibril. Demikian pendapat Ibnu Abbas.”

Diriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah, bahwa Nabi pernah membaca doa dalam ruku’ dan sujudnya:

سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ

“Maha Suci dan Maha Mulia Rabbnya para Malaikat dan (Rabbnya) ar-Ruh (Malaikat Jibril).”

c. الروح القدس, Ar-Ruhul Qudus

Allah berfirman:

… وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ …

“… Dan Kami (Allah) telah berikan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti kebenaran serta Kami perkuat dirinya dengan Ruhul Qudus (Malaikat Jibril) …” (QS. Al-Baqarah (2): 87)

Allah juga berfirman:

قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ

“Katakanlah (wahai Muhammad): Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Quran itu dari Rabbmu dengan kebenaran, untuk meneguhkan (hati) orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. An-Nahl (16): 102)

Diriwayatkan dari Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf, ia mendengar bahwa Hassan bin Tsabit al-Anshari meminta persaksian dari Abu Hurairah, ia berkata: “Aku bersumpah kepadamu. Demi Allah! Bukankah engkau pernah mendengar Nabi bersabda:

يَا حَسَّانُ أَجِبْ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ – صلى الله عليه وسلم -، اَللَّهُمَّ أَيِّدْهُ بِرُوْحِ الْقُدُسِ

“Wahai Hassan, jawablah untuk Rasul (utusan) Allah! Ya Allah, kuatkanlah ia dengan Ruhul Qudus: Abu Hurairah pun menjawab: Benar!”

Dan diriwayatkan dari Abu Umamah al-Bahili, bahwasanya Rasulullah bersabda:

إِنَّ رَوْحَ الْقُدُسِ نَفَثَ فِي رُوعِيَ أَنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ أَجَلَهَا وَتَسْتَوْعِبَ رِزْقَهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ فَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ وَلَا يَحْمِلَنَّ أَحَدَكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ يَطْلُبَهُ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُنَالُ مَا عِنْدَهُ إِلَّا بِطَاعَتِهِ

“Sesungguhnya Ruhul Qudus telah membisikkan (menyampaikan) ke dalam hatiku bahwa suatu jiwa tidak akan mati hingga ia sempurna ajalnya dan ia meraih seluruh rezekinya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan carilah (rezeki) dengan cara yang baik (dan juga halal)! Janganlah sekali-kali keterlambatan datangnya rezeki menjadikan seseorang di antara kalian mencari rezeki tersebut dengan cara bermaksiat kepada Allah, karena sesungguhnya apa-apa yang ada di sisi Allah Taala tidak mungkin diperoleh kecuali dengan mentaati-Nya.”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top