Alam barzakh (kubur) adalah persinggahan pertama setelah kematian.
Hani Maula Utsman berkata:
كَانَ عُثْمَانُ إِذَا وَقَفَ عَلَى قَبْرٍ بَكَى، حَتَّى يَبُلَّ لِحْيَتَهُ، فَقِيلَ لَهُ: تَذْكُرُ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ فَلا تَبْكِي، وَتَبْكِي مِنْ هَذَا؟ فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: “الْقَبْرُ أَوَّلُ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ، فَإِنْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ، فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ “. قَالَ: وَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلَّا وَالْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ”
“Adalah Utsman bin Affan jika berdiri di tepi kubur maka beliau menangis hingga membasahi jenggot beliau. Maka dikatakan kepada beliau, “Disebutkan surga dan neraka tapi engkau tidak menangis, dan engkau menangis dari perkara ini”. Maka Utsman berkata, “Sesungguhnya Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kubur adalah tahapan persinggahan pertama dari tahapan-tahapan akhirat, jika seseorang selamat darinya maka tahapan yang setelahnya lebih mudah darinya, dan jika tidak selamat maka tahapan yang sesudahnya lebih berat darinya”. Rasulullah bersabda, “Aku tidak pernah melihat suatu pemandangan yang lebih mengerikan dari pada kubur.”
Secara bahasa barzakh maknanya adalah perantara.
Allah berfirman:
بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ
“Antara keduanya ada batas yang tidak dilampauj masing-masing.” (QS. Ar-Rahman: 20)
Adapun secara istilah barzakh adalah alam antara kehidupan dan hari kebangkitan.
Allah berfirman:
وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Dan di hadapan mereka ada dinding berarti sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mu’minun: 100)
Alam barzakh disebut juga dengan alam kubur karena ditinjau dari kebanyakan orang jika mati maka akan dikubur. Namun bukan berarti syarat bahwa untuk masuk ke alam barzakh itu harus dikubur. Ketika ruh telah dicabut dari tubuh manusia, dikubur atau tidak dikubur maka seseorang otomatis akan masuk ke alam barzakh.
Contoh seperti mayat yang dimakan oleh hewan hingga tercincang-cincang kemudian setiap bagian dari tubuhnya terpisah-pisah, atau seperti mayat yang dibakar kemudian menjadi debu, atau seperti mayat yang tenggelam. Apakah pemilik jasad tersebut tidak masuk ke dalam alam barzakh? Jawabannya mereka tetap masuk ke alam barzakh.
Ibnu Hajar berkata -ketika berbicara tentang azab kubur-:
وَإِنَّمَا أُضِيفَ الْعَذَابُ إِلَى الْقَبْرِ لِكَوْنِ مُعْظَمِهِ يَقَعُ فِيهِ وَلِكَوْنِ الْغَالِبِ عَلَى الْمَوْتَى أَنْ يُقْبَرُوا وَإِلَّا فَالْكَافِرُ وَمَنْ شَاءَ اللَّهُ
“Hanyalah disandarkan azab kepada kuburan karena mayoritas terjadinya azab di kuburan, hal ini karena kebanyakan orang-orang yang meninggal dikuburkan. Meskipun orang kafir dan siapa saja yang Allah berkehendak untuk mengazabnya dari kalangan para pelaku maksiat tetap aja akan diazab setelah meninggalnya meskipun tidak dikubur. Akan tetapi hal ini tertutup (tidak terlihat) bagi manusia kecuali siapa yang Allah kehendaki.”
Oleh karenanya Firaun meskipun jasadnya selamat dan banyak dari pengikutnya yang tenggelam dan tidak dikubur mereka tetap mengalami alam barzakh.
Allah berfirman:
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS. Yunus: 92)
Apakah Firaun selamat dari siksaan di alam barzakh? Jawabannya tidak.
Allah berfirman menjelaskan hal tersebut:
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.” (QS. Ghafir: 46)
Para ulama berdalil dengan ayat di atas bahwa Firaun bersama bala tentaranya saat ini sedang disiksa di alam barzakh. Kemudian pada hari kiamat kelak mereka akan mendapat siksa dengan azab yang lebih pedih lagi yaitu azab neraka.
Perkara-Perkara di alam barzakh
Ada beberapa perkara yang terjadi di alam barzakh:
Pertama: Kegelapan kubur
Kedua: Himpitan kubur
Ketiga: Fitnah kubur
1. Kegelapan kubur
Abu Hurairah meriwayatkan:
أَن امْرَأَة سَوْدَاء كَانَت تقم الْمَسْجِد ففقدها رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم فَسَأَلَ عَنْهَا فَقَالُوا مَاتَت فَقَالَ أَفلا كُنْتُم آذنتموني فَكَأَنَّمَا صغروا أمرهَا فَقَالَ دلوني على قبرها فدلوه فصلى عَلَيْهَا ثمَّ قَالَ إِن هَذِه الْقُبُور مَمْلُوءَة ظلمَة على أَهلهَا وَإِن الله تَعَالَى ينورها لَهُم بصلاتي عَلَيْهِم
“Sesungguhnya ada seorang wanita berkulit hitam yang suka membersihkan masjid, maka suatu hari Rasulullah mencarinya dan tidak menemukannya. Maka Nabi bertanya tentang wanita tersebut. Para sahabat berkata, “Ia telah meninggal”. Nabi berkata, “Kenapa kalian tidak mengabarkan aku?”, Seakan-akan mereka meremehkan perkara wanita tersebut. Nabi berkata, “Tunjukkan kepadaku dimana kuburannya!”, Lalu merekapun menunjukan kuburannya kepada Nabi, lalu Nabi shalat janazah kepada wanita tersebut, kemudian beliau berkata, “Sesungguhnya kuburan ini penuh dengan kegelapan atas penghuninya, dan sesungguhnya Allah menerangi kuburan tersebut dengan shalatku atas penghuni kubur.”
2. Dhommah atau Dhogtoh (himpitan kubur).
Saat di alam barzakh, seseorang pada kuburannya akan merasakan Dhommah atau Dhogtoh (himpitan).
Nabi bersabda:
إِنَّ لِلْقَبْرِ ضَغْطَةً وَلَوْ كَانَ أَحَدٌ نَاجِيًا مِنْهَا نَجَا مِنْهَا سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ
“Sesungguhnya pada alam kubur itu ada himpitan. Seandainya ada orang yang selamat, niscaya akan selamat Sa’ad bin Mu’adz.”
Sa’ad bin Mu’adz adalah seorang sahabat yang sangat shaleh, sampai-sampai ketika ia meninggal Arasy Allah bergetar. Walaupun begitu shalehnya Mu’adz ternyata ia tidak selamat dari himpitan kubur.
Adapun bagaimana tentang himpitan tersebut, maka para ulama khilaf. Intinya ada orang himpitan yang akan dirasakan. Jika himpitan itu berupa rasa sakit, maka itu sebagai penggugur dosa. Sama seperti seseorang merasakan sakaratul maut, hal tersebut bukanlah azab, akan tetapi ia sebagai pengurang rasa sakit atau peninggi derajat seseorang.
Sebagaimana juga kelak pada hari kebangkitan, bukankah orang beriman juga mengalami rasa takut, khawatir, dan gelisah? Perasaan-perasaan tersebut bukanlah azab, akan tetapi itu adalah bagian dari kedahsyatan-kedahsyatan hari kiamat. Dan di antara kedahsyatan di alam barzakh adalah dhogtoh (himpitan kubur). Berbeda dengan orang kafir, himpitan kubur bagi mereka adalah siksaan.
Nabi bersabda:
وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلَاعُهُ
“Kuburnya disempitkan baginya hingga menghimpit tulang rusuknya.”
3. Fitnah Kubur
Fitnah kubur (pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir) merupakan suatu peristiwa yang sangat berat. Oleh karenanya dalam suatu hadits Nabi menyamakan antara fitnah kubur dengan fitnah Dajjal.
Nabi bersabda:
أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونُ فِي قُبُورِكُمْ مِثْلَ أَوْ قَرِيبٍ لا أَدْرِي أَيَّ ذلك قَالَتْ أَسْمَاءُ مِنْ فِتْنَةِ المسيح الدَّجَّالِ
“Diwahyukan kepadaku: bahwa kalian akan terkena fitnah dalam kubur kalian seperti atau hampir berupa fitnah yang aku sendiri tidak tahu apa yang diucapkan Asma’ di antaranya adalah fitnah Al Masihu ad-Dajjal.”
a. Fitnah kubur berbeda dengan azab kubur.
Secara bahasa fitnah artinya ujian yang bisa jadi seseorang lulus atau tidak lulus. Jika seseorang tidak lulus dari fitnah kubur barulah ia akan mendapatkan azab kubur. Karenanya Nabi membedakan antara fitnah kubur dan azab kubur. Diantara doa Nabi:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَالْهَرَمِ وَالْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ
“Ya Allah aku berlindung kepadamu dari kemalasan, kepikunan, dosa, hutang, dari fitnah kubur dan dari adzab kubur.” (HR. Al-Bukhari No. 6368, dari hadis Aisyah)
Ibnu Abdil Barr berkata:
وَقَدْ ثَبَتَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَسْتَعِيذُ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ فِي حَدِيثٍ وَاحِدٍ وَذَلِكَ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ عَذَابَ الْقَبْرِ غَيْرُ فِتْنَةِ الْقَبْرِ
“Dan telah valid dari Nabi bahwasanya beliau berlindung dari fitnah kubur dan azab kubur dalam satu hadits. Ini menunjukan bahwa azab kubur bukan fitnah kubur.” (At-Tamhid 22/252).
Kita tahu fitnah Dajjal adalah fitnah yang sangat luar biasa, yang mana Dajjal adalah manusia yang sangat sakti mampu melakukan hal-hal di luar nalar manusia. Dajjal jika mengatakan hujan maka hujan akan turun meskipun di musim kemarau, jika mengatakan tumbuhan tumbuh, maka tumbuhan akan tumbuh meskipun di musim kemarau. Banyak hal-hal luar biasa yang mampu ia lakukan sehingga membuat manusia ragu akan keimanannya kepada Allah. Sebegitu dahsyatnya fitnah Dajjal, ternyata fitnah kubur semisal dengan fitnah Dajjal.
Ibnu Taimiyyah berkata:
الْأَحَادِيث الصَّحِيحَة المتواترة تدل على عود الرّوح إِلَى الْبدن وَقت السُّؤَال وسؤال الْبدن بِلَا روح قَول قَالَه طَائِفَة من النَّاس وَأنْكرهُ الْجُمْهُور وقابلهم آخَرُونَ فَقَالُوا السُّؤَال للروح بِلَا بدن وَهَذَا قَالَه ابْن مرّة وَابْن حزم وَكِلَاهُمَا غلط وَالْأَحَادِيث الصَّحِيحَة ترده وَلَو كَانَ ذَلِك على الرّوح فَقَط لم يكن للقبر بِالروحِ اخْتِصَاص
“Hadits-hadits yang shahih yang mutawatir menunjukan akan kembalinya ruh ke jasad ketika waktu pertanyaan (malaikat munkar dan nakir). Dan pendapat bahwa pertanyaan hanya ke badan tanpa ruh merupakan pendapat sekelompok orang dan diingkari oleh mayoritas. Sebaliknya sebagian orang berpendapat bahwa pertanyaan (malaikat Munkar dan Nakir) tertuju pada ruh tanpa badan. Ini adalah pendapat Ibnu Murroh dan Ibnu Hazm, dan keduanya telah salah, hadits-hadits yang shahih telah membantah pendapat ini. Jika pertanyaan hanya ditujukan kepada ruh saja maka tidak ada kekhususan keterkaitan ruh dengan kuburan.”
b. Orang Mukmin Menghadapi Fitnah Kubur
Setelah dimasukkan ke dalam kubur, maka mayat akan ditinggalkan oleh orang-orang yang mengantarkannya ke kuburnya. Menjadi sesuatu hal yang menyedihkan adalah Allah membuat mayat mendengar langkah-langkah kaki orang-orang yang beranjak pergi meninggalkan kuburnya. Istri, anak-anak, keluarga serta orang-orang yang dicintainya pergi meninggalkan dirinya sendiri di kuburan tersebut yang sangat sempit dan gelap tanpa ada cahaya dan penerangan.
Kemudian datanglah dua malaikat yang hitam dan biru menghampirinya. Nabi bersabda:
إِذَا قُبِرَ الْمَيِّتُ -أَوْ قَالَ: أَحَدُكُمْ- أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ يُقَالُ لِأَحَدِهِمَا: الْمُنْكَرُ وَالْآخَرِ: النَّكِيرُ
“Apabila mayat atau salah seorang dari kalian sudah dikuburkan, ia akan didatangi dua malaikat hitam dan biru, salah satunya Munkar dan yang lain Nakir.”
Wallahu a’lam bagaimana hitam dan birunya yang jelas keduanya datang dalam keadaan yang aneh dan menakutkan. Kedua malaikat tersebut menghampiri mayat lalu mendudukkan mayat. Setelah itu kedua malaikat menanyakan kepada mayat tentang tiga pertanyaan yang disebut dengan fitnah kubur. Pertanyaan tersebut adalah adalah “Siapa Tuhanmu?” Apa agamamu? Dan siapa Nabimu?”. Seseorang yang beriman di dunia, maka ia akan bisa menjawab pertanyaan ini.
Nabi bersabda:
إذا أُقْعِدَ الْمُؤْمِنُ فِي قَبْرِهِ أُتِيَ ثُمَّ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ محمد رَسُولُ اللَّهِ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمنوا بالقول الثابت}
“Jika seorang mukmin telah didudukkan di dalam kuburnya, ia kemudian didatangi (oleh dua malaikat lalu bertanya kepadanya), maka dia akan menjawab dengan mengucapkan: ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah’. Itulah yang dimaksud dengan firman Allah yang artinya: Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang kukuh di dunia dan akhirat.”
Maka orang mukmin menjawab: “Tuhanku adalah Allah, agamaku adalah Islam, dan Muhammad adalah nabiku”. Kemudian terdengar suara menyeru:
أَنْ صَدَقَ عَبْدِي، فَأَفْرِشُوه مِنَ الْجَنَّة، وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّة، قَالَ: فَيَأْتِيه مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا
“Benarlah apa yang dikatakan oleh hamba-Ku, hamparkanlah permadani untuknya di surga, bukakan baginya pintu-pintu surga dan berikan kepadanya pakaian surga.”
Maka sampailah kepadanya dari angin surga dan wanginya surga.”
c. Orang Munafik Menghadapi Fitnah Kubur
Keadaan orang-orang munafik ketika mengalami fitnah kubur sangat mengerikan.
Hal tersebut disebutkan dalam sabda Nabi:
وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي
“Datanglah dua Malaikat yang mendudukkannya dan berkata: Siapa Rabbmu? Orang itu berkata: Hah…hah…aku tidak tahu. Kedua Malaikat itu berkata: Apa agamamu? Orang itu berkata: Hah… hah…aku tidak tahu. Kedua Malaikat itu berkata: Siapakah laki-laki ini yang diutus kepada kalian? Orang itu berkata: Hah..hah.. aku tidak tahu.
Dalam riwayat lain orang-orang munafik ketika tidak bisa menjawab tiga pertanyaan dari malaikat mereka berkata:
هَاهْ هَاهْ، لَا أَدْرِي، سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ شَيْئًا فَقُلْتُهُ
“haah haah, aku tidak tahu, aku mendengar manusia mengatakan sesuatu akupun mengikutinya.”
Ini menunjukkan bahwa jawaban pada alam barzakh itu berkaitan dengan iman bukan hafalan. Orang-orang kafir saat ini jika kita bertanya kepada mereka siapa Tuhan mereka, maka mereka dengan mudah menjawab “Allah”. Akan tetapi di alam barzakh perkaranya berbeda. Apalagi orang munafik di zaman Nabi, mereka statusnya muslim, bahkan hidup di tengah kaum muslimin, bahkan mereka shalat di Masjid Nabawi, tentu mereka kenal betul tentang Islam, tentang Allah, dan tentang Nabi.
Akan tetapi ketika ditanya di alam barzakh maka ia tidak bisa menjawab sama sekali. Yang lebih menyakitkan orang munafik tersebut berusaha mengingat jawabannya, bahkan ia berusaha dengan berkata, “Aku mendengar orang-orang mengucapkan “sesuatu” …”, namun tetap saja ia tidak mampu untuk mengingat dan menjawab, ia lupa akan “sesuatu” tersebut. Ini adalah suatu kondisi yang sangat tragis bagi seorang munafik, ia ketika di dunia tahu betul tentang Allah, Nabi, dan Islam, akan tetapi di kubur ia berusaha mengingat namun tidak mampu untuk mengingatnya.
Ketika orang munafik tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh malaikat, maka ia pun disiksa oleh malaikat.
Nabi bersabda:
ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ
“Lalu orang itu dipukul dengan palu besi sehingga ia berteriak-teriak yang suaranya terdengar oleh makhluk yang berada di sekelilingnya selain jin dan manusia.”
d. Orang Kafir menghadapi fitnah kubur
Bagaimana dengan orang-orang kafir, apakah mereka akan mendapati fitnah kubur? Ada khilaf di kalangan para ulama, sebagian ulama mengatakan bahwa orang kafir tidak ditanya mereka langsung disiksa, sebagian ulama lain mengatakan bahwa mereka juga akan ditanya, mereka berdalil dengan sebagian riwayat yang menjelaskan hal tersebut. Pendapat ini wallaahu a’lam orang kafir juga akan mendapati fitnah kubur untuk ditegakkah hujjah, agar mereka disiksa di atas hujjah.
Bagaimana dengan orang-orang terdahulu sebelum datangnya Islam, apakah mereka akan mendapati fitnah kubur? Pendapat yang paling kuat bahwasanya sebagaimana umat ini ada fitnah kubur maka umat-umat terdahulu juga ada fitnah kubur.
e. Siapakah orang-orang yang selamat dari fitnah kubur?
1. Orang yang mati syahid.
Dalam sebuah hadits Nabi pernah ditanya:
يا رسولَ اللَّهِ، ما بالُ المؤمنينَ يفتنونَ في قبورِهم إلا الشهيدُ؟ قال: كفَى ببارقةِ السيوفِ على رأسهِ فتنةً
“Ya Rasulullah mengapa orang-orang yang beriman diuji di dalam kuburan mereka kecuali orang-orang yang syahid? Rasulullah menjawab: “Cukuplah kilatan pedang di atas kepalanya sebagai ujian.”
Berdasarkan hadits ini para ulama mengatakan bahwa para Siddiqqin lebih utama untuk tidak mendapatkan fitnah kubur, sebab derajat mereka lebih tinggi dari para Syuhada. Apalagi Para Nabi tentu mereka tidak akan mendapati fitnah kubur, karena Para Nabi bukan ditanya akan tetapi orang-orang ditanya tentang mereka.
2. Orang yang meninggal dalam keadaan Murobith (berjaga di daerah perbatasan).
Ini adalah pekerjaan yang berat karena berjaga dalam peperangan di daerah perbatasan tidak diketahui kapan musuh akan datang. Sehingga setiap saat bisa dibunuh, selalu dalam kondisi waspada tiada hentinya, Dan biasanya jika orang berjaga maka itu berhari-hari.
Berbeda jika dalam kondisi perang, maka kita mengetahui bahwa musuh ada di hadapan kita sehingga kita bisa bersiap-siap menghadapinya.
Nabi bersabda:
رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ
“Berjaga-jaga sehari-semalam (di daerah perbatasan) lebih baik daripada puasa beserta shalat malamnya selama satu bulan. Seandainya ia meninggal, maka pahala amalnya yang telah ia perbuat akan terus mengalir, dan akan diberikan rezeki baginya, dan ia terjaga dari malaikat yang mengujinya (yaitu Munkar dan Nakir).”
3. Orang meninggal di malam Jumat atau di hari Jumat
Nabi bersabda:
مَا من مُسلم يَمُوت يَوْم الْجُمُعَة أَو لَيْلَة الْجُمُعَة إِلَّا وَقَاه الله فتْنَة الْقَبْر
“Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at, melainkan Allah akan menjaganya dari fitnah (siksa) kubur.”