7. Malaikat Tidak Disifati Dengan Jenis Laki-Laki Maupun Perempuan
Allah berfirman:
فَاسْتَفْتِهِمْ أَلِرَبِّكَ الْبَنَاتُ وَلَهُمُ الْبَنُونَ (149)
“Maka tanyakanlah (Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Makkah): “Apakah anak-anak perempuan itu untuk Rabbmu sedangkan untuk mereka anak laki-laki?
أَمْ خَلَقْنَا الْمَلَائِكَةَ إِنَاثًا وَهُمْ شَاهِدُونَ (150)
Atau apakah Kami menciptakan Malaikat-malaikat berupa perempuan sedangkan mereka menyaksikan(nya)?
أَلَا إِنَّهُمْ مِنْ إِفْكِهِمْ لَيَقُولُونَ (151)
Ingatlah, sesungguhnya di antara kebohongannya mereka benar-benar mengatakan:
وَلَدَ اللَّهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (152)
“Allah mempunyai anak”. Dan sungguh, mereka benar-benar pendusta,
أَصْطَفَى الْبَنَاتِ عَلَى الْبَنِينَ (153)
apakah Dia (Allah) memilih anak-anak perempuan daripada anak-anak laki-laki?
مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ (154)
Mengapa kamu ini? Bagaimana (caranya) kamu menetapkan?
أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (155)
Maka mengapa kamu tidak memikirkan?
أَمْ لَكُمْ سُلْطَانٌ مُبِينٌ (156)
Ataukah kamu mempunyai bukti yang jelas?” (QS. Ash-Shaffat (37): 149-156)
Al-Hafizh Ibnu Katsir (wafat th. 774 H) telah menerangkan, “Allah menyebutkan tiga perkataan mereka tentang Malaikat, tiga perkataan tersebut merupakan puncak kekufuran dan kedustaan, yaitu:
Pertama, mereka menjadikan para Malaikat itu sebagai anak-anak perempuan Allah, maka mereka menjadikan bagi Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Suci mempunyai anak.
Kedua, mereka menjadikan anak tersebut anak perempuan.
Ketiga, kemudian mereka menyembahnya selain Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Suci. Setiap perkataan itu sudah cukup membuat mereka kekal di dalam Neraka Jahannam.
Perkataan-perkataan mereka itu kelak akan dihisab di hadapan Allah. Mereka telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu, padahal di antara dosa paling besar adalah berbicara atas Nama Allah tanpa dasar ilmu.
Allah berfirman:
وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ
“Dan mereka menjadikan para Malaikat hamba-hamba (Allah) Yang Maha Pengasih itu sebagai jenis perempuan. Apa mereka menyaksikan penciptaan (Malaikat-malaikat itu)? Kelak akan dituliskan kesaksian mereka dan akan dimintakan pertanggungjawaban.” (QS. Az-Zukhruf (43): 19)
8. Malaikat Memiliki Hati
Allah berfirman:
وَلَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“Dan syafaat (pertolongan) di sisi-Nya hanya berguna bagi orang yang telah diizinkan Nya (memperoleh syafaat itu). Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata: Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?’ Mereka menjawab: (Perkataan) yang benar, dan Dialah (Allah) Yang Maha Tinggi, Maha Besar.” (QS. Saba (34): 23)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda:
إِذَا قَضَى اللَّهُ الْأَمْرَ فِي السَّمَاءِ ضَرَبَتِ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعَانًا لِقَوْلِهِ كَأَنَّهُ سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوَانَ، فَإِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“Apabila Allah telah memutuskan satu perkara di langit, para Malaikat pun memukulkan sayap-sayap mereka karena takut terhadap firman Allah, seolah-olah suara gemerincing di atas batu. Kemudian jika rasa takut telah dicabut dari hati-hati para Malaikat, mereka pun bertanya: “Apakah yang difirmankan Rabb kalian?” Mereka yang lain menjawab: “Kebenaran”, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Shahih HR Al Bukhari no. 7481, 4701)
9. Malaikat Memiliki Wajah
Diriwayatkan dari al-Bara’ bin Azib: Nabi bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الشَّمْسُ، مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ، وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ …
“Sesungguhnya seorang hamba yang beriman jika putus dari kehidupan dunia (wafat) dan menghadap akhirat, turunlah Malaikat dari langit yang putih wajahnya seolah-olah wajahnya adalah matahari. Para Malaikat itu membawa kain kafan dari kain-kain kafan Surga dan membawa minyak wangi dari minyak-minyak wangi Surga …” Shahih HR. Ahmad (IV/287) atau (no. 18534) dan Ibnu Abi Syaibah dalam al Mushannaf (no. 12175) Lihat Shahih al Jami’ush Shagir (no. 1676)
10. Malaikat Memiliki Mata
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya ia berkata. “Rasulullah bersabda:
جَاءَ مَلَكُ الْمَوْتِ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ لَهُ: أَجِبْ رَبَّكَ، قَالَ: فَلَطَمَ مُوسَى عَيْنَ مَلَكِ الْمَوْتِ، فَفَقَأَهَا، قَالَ: فَرَجَعَ الْمَلَكُ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَقَالَ: إِنَّكَ أَرْسَلْتَنِي إِلَى عَبْدٍ لَكَ لَا يُرِيدُ الْمَوْتَ،
“Telah datang Malaikat maut kepada Musa lalu berkata kepadanya: “Penuhilah seruan Rabbmu? Lalu Musa menampar Malaikat maut itu hingga matanya keluar. Kemudian Malaikat kembali kepada Allah seraya berkata: “Sesungguhnya Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba-Mu yang tidak ingin mati”.
وَقَدْ فَقَأَ عَيْنِي، قَالَ: فَرَدَّ إِلَيْهِ عَيْنَهُ، قَالَ: ارْجِعْ إِلَى عَبْدِي، فَقُلْ لَهُ: الْحَيَاةَ تُرِيدُ؟ فَإِنْ كُنْتَ تُرِيدُ الْحَيَاةَ، فَضَعْ يَدَكَ عَلَى مَتْنِ ثَوْرٍ، فَمَا تَوَارَتْ يَدُكَ مِنْ شَعْرَةٍ، فَإِنَّكَ تَعِيشُ بِهَا سَنَةً
Dan, ia telah mengeluarkan mataku: Lalu Allah mengembalikan matanya dan berfirman: “Kembalilah kepada hamba-Ku tersebut lantas katakanlah: Apakah kehidupan yang engkau inginkan? Apabila engkau ingin hidup, maka letakkan tanganmu di atas punggung sapi jantan. Setiap helai bulu yang disembunyikan (di balik) tanganmu, maka engkau akan hidup dengannya selama satu tahun?
Dalam riwayat al-Bukhari disebutkan dengan lafazh: “Maka baginya dengan setiap satu helai bulu yang ditutupi tangannya mendapatkan (hidup) satu tahun? Musa bertanya: “Kemudian apa? Dijawab: “Kemudian engkau akan mati” Musa berkata: Matikanlah aku segera sekarang.”
Diriwayatkan juga dari Abu Hurairah, bahwa ia mengatakan: “Rasulullah bersabda:
إِنَّ طَرَفَ صَاحِبِ الصُّورِ مُنْذُ وُكِّلَ بِهِ مُسْتَعِدٌّ يَنْظُرُ نَحْوَ الْعَرْشِ مَخَافَةَ أَنْ يُؤْمَرَ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْهِ طَرَفُهُ كَأَنَّ عَيْنَيْهِ كَوْكَبَانِ دُرِّيَّانِ
“Sesungguhnya pandangan mata (Malaikat) peniup Sangkakala senantiasa berjaga-jaga (tidak pernah berkedip) sejak ia ditugaskan dengannya dan senantiasa memandang ke arah Arsy, merasa takut jika perintah itu datang sebelum matanya kembali terbuka. Seolah-olah kedua matanya adalah dua bintang yang bersinar.”
Dalam riwayat lain, dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda:
كَيْفَ أَنْعَمُ وَصَاحِبُ الصُّورِ قَدِ الْتَقَمَ الْقَرْنَ وَحَنَا ظَهْرَهُ يَنْظُرُ تِجَاهَ الْعَرْشِ كَأَنَّ عَيْنَيْهِ كَوْكَبَانِ دُرِّيَّانِ لَمْ يَطْرَفْ قَطُّ مَخَافَةَ أَنْ يُؤْمَرَ قَبْلَ ذَلِكَ
“Bagaimana kita dapat bersenang-senang sedangkan (Malaikat) peniup Sangkakala telah meletakkan sangkakala di mulutnya, dahinya telah merunduk, dan pandangannya menatap ke arah Arsy. Seolah-olah kedua matanya adalah bintang yang bersinar. Tidak berkedip karena khawatir diperintah sebelum (matanya kembali) terbuka.”
11. Jarak Antara Telinga Dan Pundak Malaikat
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, bahwa Rasulullah pernah bersabda:
أُذِنَ لِي أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ حَمَلَةِ اَلْعَرْشِ، إِنَّ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إِلَى عَاتِقِهِ مَسِيرَةُ سَبْعِمِائَةِ عَامٍ
“Aku diperkenankan untuk menceritakan salah satu Malaikat pemikul Arsy, yaitu jarak antara telinga bagian bawah dan pundaknya sejauh perjalanan 700 tahun.”
Dan diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa ia mengatakan: “Rasulullah bersabda:
أُذِنَ لِي أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ حَمَلَةِ الْعَرْشِ، رِجْلاهُ فِي الأَرْضِ السُّفْلَى، وَعَلَى قَرْنِهِ الْعَرْشُ، وَبَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إِلَى عَاتِقِهِ خَفَقَانُ الطَّيْرِ مَسِيرَةُ سَبْعِ مِائَةِ سَنَةٍ يَقُولُ: سُبْحَانَكَ حَيْثُ كُنْتَ
“Aku diperkenankan untuk menceritakan salah satu Malaikat pemikul Arsy. Kedua kakinya di bumi yang paling bawah, sedang Arsy di atas pundaknya. Di antara telinga bagian bawah dan pundaknya sejauh jarak burung terbang selama 700 tahun. Dan Malaikat itu mengucapkan, “Maha Suci Engkau (ya Allah) di mana pun Engkau berada.”
12. Malaikat Memiliki Mulut Dan Dahi
Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah bersabda:
كَيْفَ أَنْعَمُ، وَصَاحِبُ الصُّوْرِ قَدِ الْتَقَمَ، وَحَنَى جَبْهَتَهُ، يَنْتَظِرُ مَتَى يُؤْمَرُ أَنْ يَنْفُخَ؟ قِيْلَ: قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا نَقُوْلُ يَوْمَئِذٍ؟
“Bagaimana kita dapat bersenang-senang sedangkan (Malaikat) peniup Sangkakala telah meletakkan sangkakala di mulutnya dan dahinya telah merunduk (menunggu) saatnya ia diperintah untuk meniupnya.” Beliau pun ditanya: “Wahai Rasulullah, apa yang mesti kami ucapkan pada hari itu?
قَالَ: قُوْلُوْا: حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلِ، عَلَى اللهِ تَوَكَّلْنَا
Beliau menjawab: Ucapkanlah: “Cukuplah Allah bagi kami dan Dia sebaik-baik tempat bersandar. Hanya kepada Allahlah kami bertawakkal.”
Dan diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah bersabda:
إنَّ العَبْدَ إذَا تَسوَّكَ ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي، قَامَ المَلَكُ خَلْفه، فَيَسْمَعُ لِقَرَاءَتِهِ، فَيَدْنُو مِنْهُ حتى يَضَعَ فَاهُ على فِيهِ، فما يَخْرُجُ مِنْ فِيهِ شَيْءٌ مِنَ القُرْآنِ إلاَّ صَارَ فِي جَوْفِ المَلَكِ فَظَهِرُوْا أَفْوَاهَكُمْ لِلْقُرْآنِ
“Jika seorang hamba bersiwak lalu mengerjakan shalat, maka Malaikat berdiri di belakangnya untuk mendengar bacaannya hingga mendekat kepadanya sampai Malaikat tersebut meletakkan mulutnya di atas mulut orang itu. Dan tidaklah bacaan al-Qur-an keluar dari mulutnya melainkan masuk ke dalam rongga Malaikat tersebut. Karena itu, hendaklah kalian membersihkan mulut kalian ketika membaca al-Qur-an.”
13. Malaikat Memiliki Tangan
Allah berfirman:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ
“Siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, atau yang mendakwakan: “Telah diwahyukan kepadaku!” padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepada dirinya, dan orang yang mengatakan: Aku akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.
وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ
(Alangkah ngerinya) sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zhalim ini (berada) dalam kesakitan sakaratul maut, di mana para Malaikat memukul dengan tangannya,
أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ
(sambil berseru), Keluarkanlah nyawamu! Pada hari ini, kamu akan dibalas dengan adzab yang sangat menghinakan, karena kamu telah mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu telah menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’am (6): 93)
Allah berfirman:
فِي صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ (13) مَرْفُوعَةٍ مُطَهَّرَةٍ (14) بِأَيْدِي سَفَرَةٍ (15) كِرَامٍ بَرَرَةٍ (16)
“Di dalam Kitab kitab yang dimuliakan (di sisi Allah), yang ditinggikan (dan) disucikan, di tangan para utusan (Malaikat), yang mulia lagi berbakti.” (QS. Abasa (80): 13-16)
Allah berfirman:
فَلَمَّا رَأَى أَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً قَالُوا لَا تَخَفْ إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَى قَوْمِ لُوطٍ
“Maka ketika dilihatnya tangan mereka (Malaikat) tidak menjamahnya (hidangan itu), ia (Ibrahim) mencurigai mereka, dan merasa takut kepada mereka. Mereka (Malaikat) berkata: “Jangan takut, sesungguhnya kami diutus kepada kaum Luth.” (QS. Hud (11): 70)
Diriwayatkan dari Fathimah binti Qais, dari kisah (riwayat) Tamim ad-Dari, bahwasanya Dajjal berkata:
إِنِّي أَنَا الْمَسِيحُ وَإِنِّي أُوشِكُ أَنْ يُؤْذَنَ لِي فِي الْخُرُوجِ فَأَخْرُجُ فَأَسِيرُ فِي الْأَرْضِ فَلَا أَدَعُ قَرْيَةً إِلَّا هَبَطْتُهَا فِي أَرْبَعِينَ لَيْلَةً غَيْرَ مَكَّةَ وَطَيْبَةَ هُمَا مُحَرَّمَتَانِ عَلَيَّ كِلْتَاهُمَا
“Aku adalah al-Masih ad-Dajjal. Hampir tiba waktunya bagiku untuk diizinkan keluar, maka aku akan keluar lalu berjalan di permukaan bumi. Tidaklah aku tinggalkan satu negeri pun melainkan aku telah singgah padanya dalam waktu 40 malam, selain Makkah dan Madinah, karena keduanya diharamkan bagiku.
كُلَّمَا أَرَدْتُ أَنْ أَدْخُلَ وَاحِدَةً – أَوْ وَاحِدًا – مِنْهُمَا اسْتَقْبَلَنِي مَلَكٌ بِيَدِهِ السَّيْفُ صَلْتًا يَصُدُّنِي عَنْهَا وَإِنَّ عَلَى كُلِّ نَقْبٍ مِنْهَا مَلَائِكَةً يَحْرُسُونَهَا.
Setiap kali aku hendak memasuki salah satu dari keduanya maka datanglah Malaikat dengan membawa pedang terhunus di tangannya untuk menghalangiku darinya. Dan sungguh, di setiap lorongnya terdapat Malaikat yang menjaganya.” Shahih HR. Muslim (no 2942 (119)) dan lainnya