A. Rukun لا إله إلا الله
Kalimat لا إله إلا الله (La ilaha illallah) memiliki dua rukun, yaitu:
1. النفي (an-Nafyu atau mengingkari), yaitu mengingkari atau menafikan semua yang disembah selain Allah.
2. الإثبات (al-Itsbat atau menetapkan), yaitu menetapkan ibadah hanya kepada Allah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
Allah berfirman:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah (2): 256)
Allah juga berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), Beribadahlah kepada Allah (saja), dan jauhilah thaghut, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antara mereka yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (Rasul-Rasul).” (QS. An-Nahl (16): 36)
B. Syahadat: “Muhammad Rasulullah” Dan Konsekuensinya
Makna syahadat: “Muhammad Rasulullah” adalah menetapkan dengan lisan dan meyakini dengan hati bahwasanya Muhammad bin Abdillah al-Qurasyi al-Hasyimi adalah utusan Allah kepada seluruh makhluk, yakni manusia dan jin.
Adapun konsekuensi dari syahadat: “Muhammad Rasulullah” adalah:
1. طاعته فيما أمر, yaitu mentaati apa-apa yang telah beliau perintahkan.
Mentaati beliau termasuk mentaati Allah. Seorang muslim wajib mentaati Rasulullah secara mutlak, dan taat kepada Rasulullah akan membawanya kepada kebahagiaan dunia serta akhirat, dan memasukkan seorang muslim ke dalam Surga.
Allah berfirman:
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Itulah batas-batas (hukum) Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam Surga-Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang agung.” (QS. An-Nisa (4): 13)
2. تصديقه فيما أخبر, yaitu membenarkan apa-apa yang beliau sampaikan.
Kita wajib membenarkan semua yang disampaikan Nabi selama riwayatnya shahih. Tidak boleh didustakan.
Allah berfirman:
وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zumar (39): 33)
Dan firman Allah:
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4)
“Dan tidaklah yang diucapkannya itu (al-Qur-an) menurut keinginannya. Tidak lain (al-Qur-an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm (53): 3-4)
Juga firman Allah:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hadid (57): 28)
3. اجتناب ما نهى عنه وزجر, yaitu menjauhkan diri dari apa-apa yang beliau larang.
Seorang muslim wajib menjauhkan diri dari semua yang dilarang oleh Rasulullah. Apa saja yang beliau larang, maka kita wajib berhenti dan jauhkan. Jangan dilanggar, karena akibatnya fatal dan akan membawa ke Neraka.
Allah berfirman:
… وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“… Dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr (59): 7)
4. أن لا يُعبد اللهُ إلا بما شرع, yaitu tidak beribadah kepada Allah melainkan dengan cara yang telah disyariatkan.
Artinya, kita wajib beribadah kepada Allah menurut apa yang disyari’atkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad, atau kita wajib ittiba’ kepada beliau.
Allah berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah (Muhammad): Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu: Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali Imran (3): 31)
Sesungguhnya Rasulullah diutus oleh Allah kepada golongan jin dan manusia, dan kita pun diperintahkan untuk beriman kepada Rasulullah dan ittiba’ kepada beliau. Diutusnya Nabi Muhammad merupakan nikmat yang besar dan agung bagi kaum mukminin.
Sebagaimana Allah berfirman:
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur-an) dan al-Hikmah (as-Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS, Ali Imran (3): 164)
Sesungguhnya nikmat paling besar yang Allah karuniakan kepada hamba-hamba-Nya adalah diutusnya Rasul yang mulia ini. Dengan diutusnya Rasulullah, Allah menyelamatkan manusia dari kesesatan dan Allah menjaga mereka dari kebinasaan.
C. Syirik Dan Macam-macamnya
Ahlus Sunnah wal Jamaah sepakat bahwa syirik merupakan bentuk kemaksiatan yang paling besar kepada Allah. Syirik itu merupakan sebesar-besar kezhaliman, sebesar-besar dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah, jika dia mati dalam keadaan berbuat syirik.
Oleh karena itu mengetahui tentang syirik dan berbagai macamnya merupakan jalan bagi manusia untuk dapat menjauhinya dengan sejauh-jauhnya.
Definisi Syirik
Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Nama-nama dan Sifat-Nya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah membagi syirik menjadi dua macam.
Pertama, syirik dalam Rububiyyah, yaitu menjadikan (meyakini) adanya tuhan bersama Allah yang mengatur alam semesta, sebagaimana firman-Nya berikut:
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ
“Katakanlah (Muhammad): Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah) selain Allah! Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka sama sekali tidak mempunyai peran serta dalam (penciptaan) langit dan bumi, dan tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.” (QS. Saba (34): 22)
Kedua, syirik dalam Uluhiyyah, yaitu beribadah (berdoa) kepada selain Allah, baik dalam bentuk doa ibadah maupun doa mas-alah.
Umumnya yang dilakukan manusia adalah menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah, yaitu dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdoa kepada selain Allah di samping berdoa kepada Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdoa, dan sebagainya kepada selain-Nya.
Karena itulah siapa yang menyembah dan berdoa kepada selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu adalah kezhaliman yang paling besar.
Allah berfirman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya: “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” (QS. Luqman (31): 13)
Dari Abu Bakrah, ia berkata: Rasulullah bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الكَبَائِرِ (ثلاثا)؟ قَالُوا: بَلى يَا رَسُول اللهِ، قال: الإِشْرَاكُ بِاللهِ، وَعُقُوقُ الوَالدَيْنِ، وَجَلسَ وكَانَ مُتَّكِئًا فَقال: أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ، قَالَ: فَمَا زَال يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلنا لَيْتَهُ سَكَتَ
“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar?” (Beliau mengulanginya tiga kali) Mereka (para Sahabat) pun menjawab: “Tentu saja, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua” Ketika itu beliau bersandar, lalu beliau duduk tegak seraya bersabda: “Dan ingatlah, (yang ketiga) berkata dusta dan menjadi saksi palsu!” Perawi berkata: “Beliau terus mengulanginya hingga kami berharap beliau diam.”
Syirik (menyekutukan Allah) dikatakan dosa besar yang paling besar dan kezhaliman yang paling zhalim, karena ia menyamakan makhluk dan Khaliq (Pencipta) pada hal-hal yang khusus bagi Allah.
Barang siapa yang menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia telah menyamakannya dengan Allah, dan hal ini merupakan sebesar-besar kezhaliman. Zhalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.
Contoh-contoh perbuatan syirik, di antaranya adalah orang yang memohon (berdoa) kepada orang yang sudah mati, baik itu Nabi, wali, maupun yang lainnya. Perbuatan ini adalah syirik.
Berdoa (memohon) kepada selain Allah, seperti berdoa meminta suatu hajat, istianah (minta tolong), istighatsah (minta tolong di saat sulit) kepada orang mati, baik itu kepada Nabi, wali, habib, kyai, jin, maupun kuburan keramat, atau meminta rezeki, meminta kesembuhan penyakit dari mereka, atau kepada pohon dan selainnya selain Allah, semua itu termasuk adalah syirkun akbar (syirik besar).
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: “Barangsiapa yang memalingkan satu macam ibadah kepada selain Allah, maka ia adalah musyrik kafir.”
Allah berfirman:
وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
“Dan barangsiapa menyembah ilah yang lain selain Allah, padahal tidak ada suatu bukti pun baginya tentang itu, maka perhitungannya hanya pada Rabbnya. Sungguh orang-orang kafir itu tidak akan beruntung.” (QS. Al-Mu’minun (23): 117)