3. Seorang hamba akan mengetahui bahwa Allah sangat perhatian terhadap hamba-Nya.
Allah mengutus para Malaikat kepada manusia yang bertugas untuk menjaga dan memerhatikan mereka serta mencatat amal-amal mereka dan perkara-perkara selainnya. Yang dengan hal tersebut dapat mewujudkan kemaslahatan bagi manusia di dunia dan akhirat. Sehingga, wajib bagi mereka untuk bersyukur atas nikmat tersebut.
Allah berfirman:
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ …
“Bagi manusia ada Malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah ….” (QS. Ar-Ra’d (13): 11)
Yang dimaksud مُعَقِّبَاتٌ (penjaga) adalah mereka yang bertugas silih berganti, saling menggantikan satu sama lainnya. Mereka adalah Malaikat penjaga menurut jumhur mufassirin (ahli tafsir).
Al-Hafizh Ibnu Katsir menerangkan: “Setiap hamba memiliki Malaikat yang selalu menjaganya pada malam dan siang hari, mereka menjaga hamba dari berbagai keburukan dan malapetaka. Begitu pula Malaikat lain silih berganti bertugas menjaga amal-amal seorang hamba yang baik dan yang buruk di kala malam dan siang hari.”
4. Seorang hamba akan merasa senang atau gembira kepada Malaikat dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah.
Karena Allah menguatkan para wali-Nya untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah dengan bantuan para Malaikat-Nya.
Allah berfirman:
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا …
“(Ingatlah), ketika Rabbmu mewahyukan kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman ….” (QS. Al-Anfal (8): 12)
Al-Hafizh Ibnu Katsir, berkata: “Tatkala para Malaikat turun untuk menolong (kaum muslimin), Rasulullah pun melihat mereka. Ketika itu beliau tertidur ringan, kemudian beliau terbangun dan menyampaikan kabar gembira tersebut kepada Abu Bakar, seraya mengatakan: “Bergembiralah, wahai Abu Bakr, karena Jibril datang menunggangi kudanya, sedang di gigi serinya berhamburan debu-debu, yakni karena ia mengikuti peperangan tersebut.
Kemudian Rasulullah keluar dari tendanya dengan mengenakan baju besi, dan beliau menyemangati para Sahabat untuk berperang, memberikan kabar gembira dengan mengabarkan akan turunnya Malaikat (yang ikut berperang bersama mereka). Sehingga setelah itu, para Sahabat tetap berada di barisan-barisan mereka dan tidak menyerang musuh mereka, dan ketika itu pula mereka mendapat ketenangan dan ketenteraman. Bahkan mereka mendapatkan kantuk yang itu merupakan tanda dari ketenangan, keteguhan, dan keimanan.”
Sebagaimana firman Allah:
إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِنْهُ …
“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya ….” (QS. Al-Anfal (8): 11)
Dari Aisyah, ia berkata: “Tatkala Rasulullah kembali dari Perang Khandaq, beliau meletakkan senjatanya dan mandi. Maka datanglah Jibril dalam keadaan kepalanya penuh dengan debu. Maka Jibril berkata: Wahai Muhammad apakah engkau telah meletakkan senjatamu? Jibril berkata: “Kami belum meletakkan senjata kami, berdirilah menuju Bani Quraizhah.”
Anas berkata: “Seakan-akan aku melihat debu berterbangan di gang-gang Bani Gunm, tepat pada tempat berjalannya Jibril ketika Rasulullah berjalan menuju Bani Quraizhah.”
Dan termasuk rasa senang dengan Malaikat adalah bahwasanya ketika seorang mukmin meyakini adanya Malaikat di alam semesta ini yang melaksanakan ketaatan kepada Allah dengan cara yang paling baik dan paling sempurna, ia pun merasa senang dan tenang. Dan ia mengetahui bahwa ada makhluk lain yang bersaing dengannya dalam melaksanakan ibadah, sehingga hal itu membuat ia menjadi bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ketaatan dan ibadah, dan membuat ia istigamah di atas perintah Allah.
5. Seorang hamba akan mencintai Malaikat dan ia pun akan berusaha menyerupai mereka untuk terus-menerus melaksanakan ketaatan dan ibadah kepada Allah.
Allah berfirman:
وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّونَ (165) وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ (166)
“Dan sesungguhnya kami selalu teratur dalam barisan (dalam melaksanakan perintah Allah). Dan sungguh, kami benar-benar terus bertasbih (kepada Allah). (QS. Ash-Shaffat (37): 165-166)
Ibnu Jarir berkata: “Allah ta’ala telah berfirman memberitakan akan Malaikat-Nya,
وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّونَ
“Dan sesungguhnya (para Malaikat) kami selalu teratur dalam barisan, yakni dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya.”
وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ
“Dan sungguh, kami benar-benar terus bertasbih (kepada Allah).”
Maksudnya ialah melaksanakan shalat dengan bertasbih kepada-Nya, dan pada tafsir yang kami sebutkan ada atsar dari Rasulullah, dan para ahli tafsir pun juga menyebutkannya.
Maka para Malaikat itu melaksanakan ibadah dan ketaatan kepada Allah, mereka bertasbih dengan memuji-Nya.
Allah berfirman:
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
“(Malaikat-malaikat) yang memikul Arsy dan (Malaikat) yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Rabbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman (seraya berkata), “Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah mereka dari adzab Neraka.” (QS. Al-Mu’min (40): 7)
Imam Ibnu Jarir berkata: “Para Malaikat yang memikul Arsy Allah dan yang berada di sekeliling Arsy, dari kalangan Malaikatnya. “mereka bertasbih memuji Rabbnya.” Tafsirnya: Mereka mengagungkan Rabb mereka dengan memuji dan bersyukur pada-Nya. “Dan mereka beriman kepada-Nya” Tafsirnya: Mereka meyakini tidak ada ilah bagi mereka selain Allah. Dan mereka bersaksi akan hal itu, serta tidak menyombongkan diri dari beribadah kepada-Nya.”
Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُونَهُ وَلَهُ يَسْجُدُونَ
“Sesungguhnya Malaikat-malaikat yang ada di sisi Rabbmu tidak merasa enggan menyembah Allah dan mereka menyucikan-Nya, dan hanya kepada-Nya mereka bersujud.” (QS. Al-A’raf (7): 206)
6. Seorang hamba hendaknya menjauhi diri dari menyakiti atau pun mengganggu para Malaikat. Karena sesungguhnya, Malaikat merasa terganggu terhadap hal yang mengganggu anak adam.
Yang paling banyak mengganggu Malaikat adalah gambar-gambar, patung-patung, bau yang tidak sedap, serta perbuatan dosa dan maksiat yang manusia lakukan.
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah bersabda:
مَنْ أَكَلَ مِنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ فَلا يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا، وَلاَ يُؤْذِينَا بِرِيحِ الثُّومِ
“Siapa yang memakan bagian dari pohon ini, maka jangan sekali-kali ia mendekati masjid kami, dan jangan mengganggu kami dengan aroma bawang putih.”
Dalam riwayat yang lain:
مَنْ أَكَلَ الْبَصَلَ وَالثُّومَ وَالْكُرَّاثَ فَلَا يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَتَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ بَنُو آدَمَ
“Siapa yang memakan bawang merah, bawang putih, bawang bakung (bombai), maka jangan sekali-kali ia mendekati masjid kami. Karena sesungguhnya Malaikat merasa terganggu dengan hal yang mengganggu anak adam (manusia).”
7. Seorang hamba hendaknya berhati-hati dari hal-hal yang melalaikan dan selalu mengingat akan kematian.
Tiap kali seorang mukmin mengingat Malaikat maut yang mencabut ruh-ruh, maka pasti ia akan mempersiapkan kematian, berhati-hati dari kelalaiannya, ia pun mengetahui bahwasanya dunia adalah tempat untuk beramal. Setiap yang ada di dunia pasti akan hilang dan tidak akan kekal. Di saat-saat itulah Malaikat datang dalam keadaan apa pun, maka ia pun memperbaiki amal shalihnya serta mempersiapkan untuk hari Akhir.
Allah berfirman:
… وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ
“…Dan diutus-Nya kepadamu Malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu maka Malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya.” (QS. Al-An’am (6): 61)
8. Seorang hamba hendaknya membersihkan aqidahnya dari kesyirikan.
Seorang muslim apabila mengimani adanya Malaikat yang Allah bebankan atas mereka dengan tugas yang agung, maka ia pun akan meninggalkan keyakinan adanya makhluk-makhluk yang ikut serta dalam mengatur alam semesta.
Sehingga seorang muslim membersihkan aqidahnya dari berbagai kotoran kesyirikan. Begitu pun ketika seorang muslim mengetahui bahwasanya Malaikat tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat melainkan dengan izin Allah, maka ia mengetahui bahwasanya mereka adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan mereka tidak melanggar apa yang Allah perintahkan, dan melaksanakan apa yang Allah perintahkan.
Tatkala seorang muslim mengetahui, maka ia tidak akan menyembah mereka (Malaikat) dan tidak menghadap kepada mereka, serta tidak bergantung kepada mereka. Hidupnya dan seluruh kehidupan seorang muslim akan bergantung, beribadah, berdoa, mengharap, tawakkal, dan lainnya hanya kepada Allah Rabbul alamin.
AMALAN-AMALAN YANG MENDATANGKAN DOA MALAIKAT
Di antara amalan-amalan yang dapat mendatangkan doa malaikat kepada orang yang mengerjakannya adalah:
1. Bertobat dengan tobat yang tulus (توبة نصوحا)
Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat nasuha (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At-Tahrim: 8)
(توبة نصوحا) artinya taubat yang benar-benar tulus. Ayat ini merupakan isyarat kepada orang-orang yang berhijrah agar benar-benar meluruskan niatnya untuk berhijrah atau bertobat dan tatkala dia mulai meninggalkan kemaksiatan. Tentu saja, sesudah dia berhijrah, akan ada ujian dan tantangan di balik itu. Apabila dia bersungguh-sungguh dalam hijrahnya, niscaya para malaikat akan mendoakannya dengan doa yang sangat luar biasa.
Allah berfirman,
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ (7)
“(Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan (malaikat) yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah mereka dari azab neraka yang menyala-nyala.
“Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan orang yang shaleh di antara nenek moyang mereka, istri-istri, dan keturunan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
“Dan peliharalah mereka dari (bencana) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (bencana) kejahatan pada hari itu, maka sungguh, Engkau telah menganugerahkan rahmat kepadanya dan demikian itulah kemenangan yang agung.” (QS. Ghafir: 7-9)
Di antara faedah ayat ini adalah bahwa ‘arys Allah dipikul oleh malaikat-malaikat yang agung. Selain itu, mereka dan malaikat-malaikat yang lain juga berdoa untuk orang-orang yang beriman dan bertobat. Inilah doa yang agung dari para malaikat kepada orang-orang yang bertobat dan berhijrah dengan hijrah yang tulus. Lihatlah para malaikat ketika berdoa, mereka tidak hanya sekedar berdoa saja, namun mereka beradab ketika berdoa.
Di dalam doa tersebut, mereka bertasbih, memuji Allah dan beriman kepada-Nya, lalu membuka doa mereka dengan bertawasul kepada sifat-sifat Allah,
رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ (7)
“Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala.” (QS. Ghafir:7)
رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (8)
“Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan orang yang shaleh di antara nenek moyang mereka, istri-istri, dan keturunan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (9)
“Dan peliharalah mereka dari (bencana) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (bencana) kejahatan pada hari itu, maka sungguh, Engkau telah menganugerahkan rahmat kepadanya dan demikian itulah kemenangan yang agung.” (QS. Ghafir: 7-9)
Para malaikat tidak hanya berdoa agar Allah mengampuni dosa-dosa hamba-hamba-Nya. Bahkan, mereka berdoa agar Allah menyelamatkan mereka dari azab neraka Jahanam dan dimasukkan ke dalam surga. Selain itu, mereka juga berdoa untuk keluarga orang-orang yang beriman. Kebaikannya begitu luar biasa. Padahal, kebiasaan yang terjadi pada manusia ketika berdoa untuk temannya adalah berdoa hanya untuk diri temannya sendiri. Berbeda dengan malaikat, selain mereka berdoa kebaikan untuk orang-orang yang beriman, mereka juga berdoa kebaikan untuk keluarga-keluarga mereka.
Ibnu Athiyyah berkata,
أنَّ رجُلاً قال لبعض الصالحين: ادع لي، واستغفر لي، فقالَ لَهُ: تُبْ، واتبع سَبِيلَ اللَّهِ يَسْتَغْفِرْ لَكَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنِّي، وتلا هذه الآيَةَ
“Ada seseorang yang berkata kepada sebagian orang yang shaleh, ‘Doakan aku dan mohonkanlah ampunan bagiku’, lalu orang shaleh tersebut berkata, ‘Bertobatlah dan ikutilah jalan Allah, maka makhluk yang lebih baik dariku akan memohonkan ampunan bagimu (yaitu malaikat)’ dan dia membacakan ayat tersebut.”
Jika setiap orang mau merenungi bahwa zaman sekarang ini sangat penuh dengan sarana bermaksiat, baik pada pendengaran, mata, hati, lisan ataupun ucapan, maka dia akan mendapati banyak sekali peluang-peluang baginya untuk berbuat maksiat kepada Allah. Oleh karenanya, untuk berlepas diri dari itu, hendaknya dia bertobat dengan tobat yang sesungguhnya.
Barang siapa yang bertobat dan berhijrah dengan tobat dan hijrah yang sesungguhnya, maka dia akan didoakan oleh para malaikat. Meskipun dia tidak mendengar doa mereka. Akan tetapi, hendaknya dia yakin, karena Allah telah menyebutkannya di dalam Al-Qur’an.